Karya Pembaca: Mahir Martin
Niat Dalam Beragama dan Berorganisasi
Dalam agama, niat merupakan salah satu hal penting yang perlu dipahami. Ketika seseorang melakukan ibadah, maka ibadah harus diawali dengan niat. Meskipun ada perbedaan bagaimana cara mengucapkan atau melafalkan niat, tetapi tak ada yang menafikan pentingnya kedudukan niat dalam ibadah.
Terkait niat ini, Rasulullah SAW pernah bersabda,
”Siapa saja yang berhijrah kepada Allah dan rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan rasul-Nya. Tetapi siapa yang berhijrah kepada dunia yang akan ditemuinya, atau kepada perempuan yang akan dikawininya, maka hijrahnya kepada sasaran hijrahnya.”
Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin mendefinisikan makna niat sebagai kehendak atau maksud, atau satu kondisi dan suasana hati yang dikelilingi dua hal yakni ilmu dan amal (perbuatan).
Niat, Rencana, Aksi, dan Evaluasi
Niat, tidak hanya penting dalam amalan beragama. Dalam berorganisasi niat juga memiliki peran yang sangat penting. Mungkin sebagian kita tidak menyadarinya. Hal ini disebabkan karena biasanya kita terlalu fokus pada hal-hal yang bersifat formal. Dan niat bukan suatu hal yang formal untuk dilakukan.
Sebagai contoh, dalam berorganisasi, formalnya ada tiga fase penting yang perlu dilewati. Ada fase perencanaan (planning), fase aksi (action), dan fase evaluasi (evaluation). Berbagai macam teori, metode, dan model tentang ketiga hal tersebut bisa kita dapatkan dengan mudah. Kita bisa mempelajarinya baik melalui buku, internet, maupun sumber-sumber lainnya.
Lantas, apa korelasi niat dengan rencana, aksi, dan evaluasi?
Untuk menjawabnya, mari kita perhatikan perkataan ulama dan cendekiawan muslim Muhammad Fethullah Gulen Hojaefendi yang dikutip dari bukunya yang berjudul Islam Rahmatan Lil Alamin.
Beliau berkata, “Segala sesuatu bermula dalam bentuk gambaran di dalam benak, yang kemudian berkembang menjadi rencana, kemudian beralih kepada upaya untuk mewujudkannya dengan tekad dan kesungguhan.”
Artinya, sebuah rencana harus didahului oleh bentuk gambaran yang ada di dalam benak. Bentuk gambaran dalam benak inilah yang diartikan dengan niat. Tanpa adanya niat, tak ada satu pekerjaan pun yang bisa dimulai dan diselesaikan dengan baik. Sejujurnya, dapat dikatakan bahwa niat itulah sumber kekuatan yang tersimpan yang akan membuat sesuatu bisa terjadi.
Jarang sekali para ahli ilmu manajemen organisasi yang menjelaskan dan membahas tentang niat ini. Padahal, kunci berjalannya perencanaan, aksi, dan evaluasi terletak pada motivasi dan semangat pada individu-individu yang memiliki tekad, dan kesungguhan untuk menjalankannya. Dengan kata lain individu-individu yang memiliki niat yang kuat.
Yang sering terjadi, sistem berorganisasi yang telah dirancang sempurna dengan fase perencanaan, aksi, dan evaluasi yang dipersiapkan dengan begitu matang, ternyata dalam pelaksanaanya terdapat banyak kendala disebabkan karena tidak adanya motivasi dan semangat dari individu dalam menjalankan organisasi.
Inilah apa yang dimaksud dengan niat adalah sumber kekuatan dari segala sesuatu untuk terwujud. Tanpa adanya niat, segala sesuatu tak akan berjalan dengan lancar dan sempurna.
Sejatinya, niatlah yang akan menimbulkan motivasi dan semangat yang tak akan pernah luntur pada diri seseorang dalam berorganisasi.
Niat dan Proses Dalam Berorganisasi
Di sisi lain, selain niat itu penting sebelum perencanaan, adanya niat yang kuat juga penting agar individu dalam organisasi memahami dan mencermati proses dalam berorganisasi.
Lantas, bagaimana niat seseorang bisa mempengaruhi seluruh proses dalam organisasi?
Dengan niat yang kuat dalam benaknya, seseorang akan memahami apa yang sebenarnya menjadi tujuan hakiki dirinya melakukan kegiatan dalam berorganisasi. Sejatinya, proses perencanaan, aksi, dan evaluasi hanyalah dijadikan wasilah baginya untuk menggapai niat dan maksud yang paling tinggi.
Niat dan maksud yang tidak bisa dibandingkan dengan niat dan maksud yang bersifat duiniawi.
Dengan pemahaman seperti ini, maka tak akan ada rasa kecewa, takut, dan khawatir ketika menjalankan kegiatan dalam berorganisasi tersebut.
Intinya, niat yang kuat menyebabkan individu-individu yang ada di dalam organisasi mampu menyandarkan segalanya kepada Zat yang menjadi niat dan maksud yang paling tinggi dalam kehidupan.
Oleh karenanya, dalam sebuah organisasi, sebelum memulai sebuah proses, bukan perencanaan yang harus didahulukan, tetapi terlebih dahulu perlu dilakukan penanaman niat, kehendak, kemauan, tekad, dan kesungguhan bagi individu-individu yang ada dalam organisasi tersebut.
Setelah semua individu dalam organisasi memiliki kekuatan niat yang sama, barulah proses perencanaan dibuat. Perencanaan yang didasari niat yang kuat akan mempermudah berjalannya proses aksi. Pada akhirnya, proses evaluasi yang dilakukan pun akan berjalan dengan baik. Inilah gambaran nyata bagaimana proses dalam berorganisasi dipengaruhi oleh niat yang kuat.
Sebuah Refleksi
Niat, ibarat dinamo sentral dalam sebuah organisasi. Niat ini yang akan menentukan arah sebuah organisasi untuk bergerak. Niat ini yang akan terus menjaga kobaran motivasi dan semangat yang ada di dalam proses berorganisasi.
Ya, dengan niat, yang kecil dapat bernilai besar. Sebaliknya yang besar bisa tak bernilai apa-apa, apabila salah niatnya. Niat juga yang sangat menentukan baik tidaknya sesuatu. Jika sudah ada niatan baik, walaupun jalan yang harus ditempuh terkadang berkelok, namun hasilnya pasti akan membawa kebaikan.
Jika niat itu bersih, yang diharapkan pasti akan terealisasi.
Yang perlu kita ingat bersama adalah bahwasanya hanya mengandalkan niat saja tidaklah cukup.
Seperti halnya perkataan Imam Al-Ghazali, niat harus diikuti dengan ilmu dan amal. Tanpa ilmu dan amal, niat yang baik pun bisa menjadi bagaikan harapan hampa yang tidak akan menghasilkan apa-apa dalam realitanya, melainkan hanya pahala niat melakukan kebaikan.
Oleh karenanya, yang terbaik untuk dilakukan adalah mengamalkan setiap niat baik yang ada di dalam benak kita. Mengamalkannya dengan cara yang benar, dan dengan ilmu yang dipelajari dengan benar.
Alhasil, membahas tentang niat dalam beragama dan berorganisasi dapat membuat kita memahami bahwa betapa pentingnya memahami ilmu agama.
Ilmu agama terlalu sempurna jika dibandingkan dengan ilmu duniawi. Banyak hal penting dan krusial yang terkadang tidak bisa diakomodir oleh ilmu duniawi. Perlu ada sentuhan nilai agama di dalamnya.
Seperti halnya, rencana, aksi, dan evaluasi yang perlu didahului dengan niat yang baik, yaitu niat yang diajarkan oleh ilmu agama.
Oleh karenanya, apapun yang kita lakukan, kita tidak boleh sekali-kali meninggalkan agama. Agama harus selalu menjadi titik pusat dalam mempertimbangkan proses dalam setiap kegiatan yang akan kita lakukan.