
GHURABA
Akhir-akhir ini, telah banyak terjadi berbagai macam fitnah dan cobaan yang berdatangan silih berganti. Munculnya kebatilan di setiap tempat yang menyebabkan berbagai kekacauan di tengah-tengah masyarakat. Banyaknya manusia yang menuruti hawa nafsu dan syahwatnya sampai mereka dikalahkan, diperbudak, bahkan berada di bawah kendali dan perintah hawa nafsunya. Terlebih banyaknya manusia yang malas dan lalai dalam melaksanakan ibadah dan ketaatan sehingga menjauhkan diri mereka dari Sang Maha Pencipta. Akan tetapi sesungguhnya Allahﷻ berkuasa atas segala sesuatu dan kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.
Dari Anas bin Malik, Rasulullahﷺ bersabda; “Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti orang yang menggenggam bara api.”
Sesungguhnya diantara mereka ada sebuah kelompok yang Allahﷻ memilih mereka dan mensucikan mereka. Mereka dijaga dari berbagai macam fitnah manakala mereka senantiasa menjaga dan melaksanakan ketaatan atas perintah-perintah Allahﷻ kepadanya. Merekalah yang dinamakan Ghuraba.
Siapakah Ghuraba itu? diantara pendapat para ulama tentang Ghuraba, ada dua pendapat yang paling kuat, yaitu: (الذِيْنَ يُصْلِحُوْنَ إِذَا فَسَدَ النَّاسُ) “orang-orang yang berbuat kebajikan dan senantiasa melakukan perbaikan ketika manusia telah rusak”. (أُنَاسٌ صَالِحُوْنَ فِيْ أُنَاسِ سُوْءٍ كَثِيْرٍ مَنْ يَعْصِيْهِمْ أَكْثَرُ مِمَّنْ يُطِيْعُهُ) “orang-orang saleh diantara banyaknya orang-orang yang buruk, orang yang menyelisihi mereka lebih banyak daripada yang mentaatinya”. Jadi, bisa kita simpulkan bahwa Ghuraba adalah orang yang berpegang teguh pada ajaran islam yang murni, di saat kondisi zaman yang semakin parah, mereka adalah sekelompok manusia yang tetap tegak, kokoh diatas kebenaran, istiqomah dengan ajaran al-Haq, menjaga ajaran Islam yang mulia.
Rasulullahﷺ bersabda,“Sesungguhnya Islam dimulai dengan keterasingan dan akan kembali asing sebagaimana awalnya, maka beruntunglah orang-orang yang asing (Al-Ghuroba)”. Sahabat bertanya, “Siapakah mereka ya rasulallah?. Rasulullah bersabda: “Mereka adalah orang yang senantiasa memperbaiki keadaan manakala manusia telah rusak” (HR. Ahmad).
Berkata Auza’i rahimahullah, “Islam dimulai dengan keadaan asing dan Islam akan kembali asing sebagaimana dia datang”. Kemudian beliau melanjutkan “Bukan Islam yang pergi, tapi yang pergi adalah para ahlussunnah sampai-sampai tidak tersisa dari mereka kecuali satu orang saja”. Yunus Abu ubaid berkata: “Bukanlah sunnah yang asing, melainkan yang asing adalah orang yang mengetahuinya, mengikutinya dan mengamalkannya”.
Rasulullahﷺ mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang memperbaiki keadaan, artinya bukan hanya orang yang saleh untuk dirinya sendiri saja. Karena orang yang saleh hanya untuk dirinya sendiri tidaklah cukup. Sedangkan salah satu dari sifat Ghuraba adalah mereka yang suka berdakwah dan memperbaiki, mereka yang mensalehkan diri mereka sendiri sekaligus meningkatkan kesalehan masyarakatnya, mereka ikut menanggung derita dari orang lain, mereka bukanlah orang yang apatis yang hanya peduli pada diri mereka sendiri, akan tetapi berusaha untuk melayani dan mengabdikan diri untuk kemaslahatan umat, mereka bukan orang yang gampang berputus asa dan menyerah dengan keadaan yang telah rusak. Mereka bisa saja duduk manis sambil menyeruput secangkir kopi dengan tenang di pagi hari, menikmati hasil usahanya sendiri, hidup bahagia dengan keluarganya tanpa perlu memperdulikan keadaan sekitarnya. Tapi Ghuraba berbeda, justru mereka adalah orang yang selalu berada di garda terdepan dalam urusan umat, mereka tidak bisa tinggal diam manakala terjadinya kemungkaran, mereka selalu berusaha memberikan solusi terbaik untuk perkembangan umat, bahkan kepala mereka sampai panas dan berdenyut karena memikirkan tanggung jawab dan beban umat yang begitu banyak, tidur pun hanya 3-4 jam saja selebihnya mereka gunakan untuk berkhidmah untuk agama ini. Mereka rela meninggalkan kampung halaman yang dimana tempat mereka dibesarkan, meninggalkan sanak kerabat dan saudara mereka menuju suatu negeri hanya untuk meninggikan kalimat Allahﷻ yang mulia. Karena sedikitnya mereka di antara manusia, maka mereka disebut dengan Ghuraba atau orang yang asing.
Ibnu Rajab mengatakan: “Ghuraba terbagi menjadi 2 golongan. Pertama, mereka yang memperbaiki diri ketika manusia telah rusak dan inilah kedudukan paling bawah. Kedua, adalah mereka yang berusaha berdakwah dan memperbaiki keadaan yang telah rusak oleh perbuatan manusia dan inilah yang paling tinggi dan yang paling utama.
Seorang pebisnis yang ingin menempuh cara yang halal dan tidak berbuat curang akan terasa asing di tengah-tengah pebisnis lainnya yang menghalalkan segala cara demi mendapatkan keuntungan. Karena dia mengetahui bahwa Islam menuntut untuk mencari rezeki dengan cara yang halal dan jujur tanpa berbuat kecurangan karena itulah yang mendatangkan keberkahan.
Seorang pemuda yang mulai istiqomah senantiasa menjaga ibadahnya, salat, sedekah, puasa dan perintah-perintah syariat agamanya, maka dia adalah orang asing di kalangan teman-temannya yang lalai dan mengabaikan perintah agamanya.
Seorang yang bersusah payah membuka matanya di waktu sepertiga malam terakhir, bangkit dari tempat tidurnya yang hangat di musim dingin kemudian membersihkan diri serta mengambil air wudhu dan berdiri dihadapan Tuhan semesta Alam adalah orang yang asing di kalangan orang yang nyaman terlelap dalam buaian tidurnya.
Mereka adalah keluarganya Allahﷻ yang sebenar-benarnya dan pada dasarnya mereka tidaklah asing. Janganlah mengira para Ghuraba itu berada dalam kesusahan dan kepayahan. Justru mereka adalah orang yang paling bahagia. Sebagaimana sabda Nabi “Beruntunglah para Ghuraba”. Merekalah orang yang paling bahagia didunia dan mereka mempunyai derajat yang sangat tinggi di akhirat setelah para Nabi.
إِنَّ الدِّينَ بَدَأَ غَرِيبًا وَيَرْجِعُ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ الَّذِينَ يُصْلِحُونَ مَا أَفْسَدَ النَّاسُ مِنْ بَعْدِي مِنْ سُنَّتِي
“Sesungguhnya Islam itu muncul dalam keadaan asing dan ia akan kembali dalam keadaan asing, maka beruntunglah Ghuraba’ (orang-orang yang terasing), yaitu orang orang yang memperbaiki sunnahku di saat manusia merusak sunnah-sunnahku” (HR. At-Tirmidzi).
Perlu diketahui bahwa, hadits-hadits yang berkaitan dengan Ghuraba bukanlah berarti penyusutan atau kemunduran Islam dan seakan-akan tidak ada harapan kejayaan Islam kembali. Inilah yang kebanyakan orang memahaminya dari golongan orang-orang yang berputus asa. Ini adalah pendapat yang keliru karena Jika Islam dimulai dalam keadaan asing, maka dengan izin Allahﷻ, dia akan kembali dengan kekuatan sebagaimana yang didapat pada generasi Islam yang pertama. Dan inilah yang benar dalam memahami masalah ini karena banyak dalil yang memperkuatnya baik di dalam ayat Al-Qu’ran maupun hadits.
Allahﷻ berfirman yang artinya “Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang”. “Sesungguhnya Allahﷻ Maha Kuat lagi Maha Perkasa” (Al-Mujadalah : 21).
Semoga Allahﷻ senantiasa memberikan taufik dan hidayahnya, melimpahkan limpahan rahmat dan keberkahan-Nya kepada kita semua agar kita menjadi generasi yang senantiasa meningkatkan kesalehan diri kita, keluarga kita dan membantu meningkatkan kesalehan di masyarakat kita. Hanya Allahﷻ yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.
wallahu Ta’ala A’lam.