Harmonisasi Pemikiran dan Aksi
(Diterjemahkan dari artikel yang berjudul ‘Düşünce-Aksiyon İçİçeliği’, Dari buku Kırık Testi 11: Yaşatma Ideali)
Tanya: Rencana kegiatan yang baik disebut sebagai salah satu disiplin yang mempengaruhi kesuksesan sebuah program. Di sisi lain, dikatakan bahwasanya sebuah aksi berawal dari keberadaan pemikiran. Bagaimana kita harus memahami dan mempraktikkan kedua hal tersebut?
Jawab: Setiap individu yang berkeinginan untuk memberikan manfaat duniawi dan ukhrawi pada umat manusia, agar manfaat yang diberikan bisa berumur panjang, maka semua kegiatan dan pekerjaan yang akan diimplementasikan harus didasarkan pada rencana program yang baik dan memiliki tolok ukur yang jelas. Bagi orang beriman sudah jelas, tolak ukur mereka adalah adilla-i arba’ah[1], yaitu Al Quran, sunnah, ijma umat, serta qiyas fukaha. Selain itu, juga terdapat adilla-i ta’liyah atau adilla-i zamaniyah yang terdiri dari maslahat, istihsan, dan urf. Keputusan yang didasarkan padanya disebut ijtihad dan istinbat[2]. Akan tetapi, perlu diketahui bahwasanya ijtihad dan istinbat hanya dapat dihasilkan dari evaluasi secara mendalam atas poin-poin kriteria yang terdapat dalam sumber-sumber rujukan. Para mujtahid kiram yang mulia tidaklah menetapkan hukum dari kepala mereka sendiri, tidak“min indi anfusihim”[3]. Istilahnya dalam kaidah ushul fikih[4], para mujtahid dengan bersandar kepada maqisun alaih[5]lalu melakukan qiyas atau ijtihad atasnya. Harus kita katakan bahwa sosok-sosok agung tersebut telah menyelesaikan pekerjaan besar yang amat sulit dengan penuh ketelitian dan kepekaan.
Rencana Ringkas
Kita kembali pada topik awal. Ya, di awal kita harus membuat rencana yang mengikuti tolak ukur tertentu. Akan tetapi, al fakir[6] selalu melihat rencana tersebut sebagai sebuah rencana ringkas. Sebagaimana manusia ketika pertama kali beriman, awalnya ia masuk ke wilayah iman dengan pengetahuan yang ringkas. Maksudnya, di awal dengan pengetahuan yang ringkas: “Allah itu hak keberadaannya. Dialah Sang Khaliq A’zham[7] dan Khaliq Aalam[8]” lalu seseorang menerima iman. Seiring berjalannya waktu dan bertambahnya usia, kematangan, serta pengetahuan, seseorang akan mampu menjelaskan iman dengan berbagai argumentasinya; dengannya ia akan menemukan kedalaman dalam beriman.
Baik, lalu apa sebenarnya rencana ringkas yang Anda maksud? Dalam diri seorang mukmin, terdapat nilai-nilai dasar yang diyakini dan dipahaminya. Seorang mukmin berkeinginan agar nilai-nilai dan keindahan-keindahan iman yang diyakininya diketahui orang lain. Ia seakan senantiasa bersyair: ‘Seandainya masyarakat dunia mencintai apa yang kucintai / Seandainya semua kata dan kalimat hanya membahas kekasihku..!’(Taslicali Yahya). Syair tersebut menunjukkan ringkasan pemikiran dan keinginan seorang mukmin untuk mengenalkan nilai dan keindahan dari apa yang diimaninya kepada seluruh umat manusia, kepada seluruh kalbu yang berada di muka bumi. Akan tetapi, setiap wilayah geografi memiliki kriteria, lingkungan budaya, serta adat istiadat yang unik. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut lalu bagaimana caranya agar kita berhasil merangkul masyarakatnya akan bergantung pada pemikiran yang detail serta rencana dan program yang mendetail. Inilah yang kami maksud dengan ‘pemikiran yang mendahului aksi’. Maksudnya, informasi ringkas yang dimiliki harus dikonversi menjadi pelaksanaan dari apa yang sudah direncanakan dan diprogramkan, yaitu menjadi gerakan dan aksi nyata. Walhasil, melakukan bimbingan dan pendampingan atas rencana dan pemikiran yang detail ada di posisi awal sebelum akhirnya gerakan dan aksi nyata dilakukan.
Mereka adalah Para Pewaris Rasullallah
Mari kita buka pembahasan ini lebih detail lagi. Katakanlah Anda pada hari ini meyakini sepenuh hati sistem nilai dari langit yang dihadiahkan kepada umat manusia ini. Anda benar-benar merasakannya meresap secara mendalam. Sebagai hasil dari iman yang meresap semakin dalam pada diri Anda, bagaikan orang yang cinta buta, Anda berkeinginan untuk memperdengarkannya kepada seluruh dunia. Dalam melakukannya, propaganda, misioner, memaksakan agama Anda untuk diyakini orang lain, dan tidak memiliki bagian dalam tujuan Anda. Namun, saat Anda tidak mampu mewakili agama yang Anda yakini dalam setiap sikap dan tingkah laku Anda, maka Anda tidak akan mampu menuai hasil kecuali menipu diri. Oleh karena itu, dikatakan: “Tinggalkan semua penjelasan-penjelasan Anda. Cukup penjelasan tersebut diwakili oleh tingkah laku Anda. Biarkan kesempurnaan serta kematangan yang terpancar dari sikap dan tingkah laku Anda mempengaruhi nurani lawan bicara Anda. Jadikan mereka yang melihat dan memperhatikan Anda, lewat perilaku, gerak-gerik, cara pandang serta cara berbicara Anda, kemudian mengingat Allah, dan selalu menyebut namaNya”; sehingga penilaian seperti:”Apa yang disampaikan orang ini bukan omong kosong. Setiap langkah mereka tidak ada yang sia-sia” akan terfermentasi di setiap hati orang-orang yang menyaksikan Anda. Mereka yang berdiri di atas kaidah-kaidah kokoh dan diamanahkan kepada sandaran yang tangguh, walaupun terjadi gempa sebesar 10 skala Richter sekalipun, mereka tidak akan ambruk karenanya. Teknik kata-kata sesempurna dan sepenuh sastra sekalipun tanpa didalami oleh representasi dari kata-kata yang disampaikannya akan luluh lantak diguncang gempa walau hanya berkekuatan 3 skala Richter. Oleh karena itu, dapat dikatakan jika kata tidaklah terlalu penting. Kata, selama menjadi ungkapan dari sifat dan tingkah laku pengucapnya, maka ia memiliki nilai yang mulia. Ketika ia telah menjadi tabiat dari seseorang, atau saat seseorang telah mampu menjadi representasi dari kedalaman tabiat dan budi pekerti yang luhur, maka ia akan membangkitkan rasa penasaran lawan bicaranya, ia pun akan mampu mempengaruhi orang di sekitarnya. Misalnya, Anda tidak membiarkan hal haram walau sebesar biji wijen terusap di atas tangan Anda. Meskipun Anda berada dalam keadaan amat terdesak sekalipun, Anda tetap berpegang teguh pada prinsip Anda. Anda lakukan sekali, dua kali, tiga kali, hingga akhirnya keadaan Anda tersebut mendapat perhatian dari orang lain. Bukankah ketika Bediuzzaman Said Nursi sedang menyebrangi selat Golder Horn di Istanbul bersama Sayyid Taha dan Haji Ilyas, beliau senantiasa menundukkan dan menahan pandangannya. Ketika Sayyid Taha dan Haji Ilyas menyampaikan ketakjubannya, Bediuzzaman menanggapinya dengan jawaban:”Aku tidak menginginkan penderitaan dan penyesalan akibat kelezatan sementara yang tidak terlalu penting namun diliputi dosa”[9].
Menampilkan budi pekerti yang demikian sepanjang umur kehidupan amatlah penting. Ya, setelah 40 tahun mereka mengamati gerak-gerik Anda, mereka akan memberikan kesaksian:’Luar biasa! Orang-orang ini benar-benar layak menjadi pewaris Nabi! Mereka memiliki sifat-sifat Baginda Nabi seperti ismah[10], sidik, amanah, tablig, dan fatanah. Oleh karena tidak ada Nabi setelah Baginda Nabi Muhammad SAW, maka mereka pastilah pewarisnya!’
Apalagi di masa di mana wajah cemerlang Islam berusaha diburamkan, maka Anda harus mengerahkan segala daya dan upaya untuk mampu menjadi representasi sejati dari nilai-nilai agama yang Anda sandang demi memperbaiki kesalahpahaman orang awam terhadap agama kita. Misalnya, Anda harus menjelaskan bahwasanya perbuatan seperti bom bunuh diri, mengumumkan perang sembari menyembelih kepala sandera, melontarkan satu dua roket ke sasaran yang terdiri dari orang-orang tak bersalah padahal ia idak memiliki kekuatan yang mumpuni, tidaklah sesuai dengan identitas seorang muslim. Islam tidak meninggalkan tempat kosong dalam setiap bidang kehidupan. Islam telah menjelaskan dengan sangat jelas bagaimana berjuang melawan kezaliman dan ketidakadilan lewat jalan yang legal dan benar. Misalnya, dalam Perjuangan Kemerdekaan Turki (Istiklal Mucadele), pemerintah membentuk suatu komisi dan mereka memutuskan untuk mengumumkan perang. Setiap individu pun sebagai anggota masyarakat mentaati dan memenuhi panggilan untuk berjuang ini. Semua warga negara dari segala penjuru bangkit memenuhi panggilan ini. Mereka pun berjuang dengan legal.
Demikianlah. Anda harus memiliki rencana menyeluruh untuk menunjukkan kepada dunia betapa cemerlangnya wajah Islam yang dikotori oleh pihak-pihak tertentu ini. Ketika kita mengatakan menyeluruh, maka yang dimaksud darinya adalah lewat usaha kita dalam merepresentasikan Islam dengan sebaik-baiknya, kita berkewajiban untuk membuat masyarakat nantinya berkata:’Ternyata muslim-muslim yang hakiki masih tersisa!’. Tentu jika kita mengharapkan pujian ini ditujukan kepada kita, maka itu adalah perbuatan riya. Namun jika pujian itu memiliki tujuan yang ditujukan kepada kemuslimannya, maka ia adalah kewajiban. Ya, menampilkan identitas kemusliman asli dan hakiki ke seluruh penjuru dunia merupakan hutang budi kita kepada Manusia Kebanggaan Alam shallallahu alayhi wasallam serta para Khulafaur Rasyidin radhiyallahu anhuma. Wajah Islam yang berkabut, tertutup asap hitam, dan berkarat harus dihapus. Singkatnya, kita harus menampilkan kemuslimanan sejati yang cemerlang dan gemilang. Itulah hakikat dari kewajiban yang digantungkan di leher kita sebagai seorang muslim.
Misalnya lewat aktivitas membuka sekolah dan pusat kebudayaan di berbagai tempat di seluruh dunia, sambil membangun jembatan dan sarana untuk mendidik siswa-siswa, serta mengirimkan siswa-siswa untuk mengunjungi keluarga para wali murid secara silang; atau misalnya lagi dengan memanfaatkan momen spesial seperti membuat bubur asyura, borek, kunefe di hari asyura dan membagikannya ke tetangga-tetangga kita, dengan menjelaskan bahwa ini semua adalah bagian dari budaya orang Turki kita berusaha menutup lubang antara kita dengan lawan bicara kita yang muncul akibat terjadinya salah pengertian. Lewat aktivitas tersebut kita akan mampu mendekatkan jarak serta membangun jembatan antara kita dengan lawan bicara yang mungkin berasal dari budaya dan agama yang berbeda. Dengan jalan tersebut, yaitu dengan membangun jembatan yang menyambungkan daratan yang dipisahkan oleh sungai-sungai; dengan membangun terowongan yang menembus gunung-gunung; sekali lagi kita bersiaga untuk merengkuh kalbu umat manusia serta memperkenalkan mereka kepada Penciptanya, Allah Subhanahu wa ta’ala, lewat jalan yang lebih fitri sembari menyingkirkan hal-hal yang menghalangi kalbu untuk mengenalNya.
Gagasan Alternatif serta Berbagai Proyek Kemanusiaan
Ya, orang-orang di daerah dimana Anda pergi ke sana, disadari atau tidak, akan mengamati setiap gerak-gerik serta detak jantung Anda. Misalnya, beberapa orang yang berniat buruk datang ke negara-negara tempat Anda mengabdi untuk kemudian menemui masyarakat di negara itu dan mulai menjelek-jelekkan Anda. Saat itu, masyarakat negara tersebut akan menjawab:’Kami mengamati orang-orang ini selama sepuluh tahun. Kami tidak menemukan sedikitpun dari apa yang kalian sampaikan terdapat pada diri mereka. Kami tidak menemukan aritmea[11] pada diri mereka. Detak jantung meraka selalu sama.’ Sebagaimana disaksikan bersama lewat respon tersebut, mereka seakan sedang melindungi Anda. Seandainya di beberapa tempat terdapat kebuntuan, sebabnya adalah ketidakmampuan dalam menjelaskan jati diri kita, atau ketidaksempurnaan kita dalam menggambarkan jati diri kita. Di sini kita perlu memperhatikan satu hal: Setiap saat kita harus memiliki rencana dan program alternatif yang dapat membalik hasil negatif yang tadinya tidak kita perkirakan menjadi hasil yang positif.
Ya, mengevaluasi kembali kondisi terkini pada saat faktor-faktor penentu berubah untuk kemudian membuat rencana dan proyek alternatif berdasarkan faktor-faktor penentu terkini itu kita sebut sebagai perencanaan menyeluruh. Di waktu yang sama, ia juga dapat disebut sebagai pemikiran yang berdasarkan pada aksi. Ya, di satu sisi rencana menyeluruh, di sisi lain Anda harus memiliki informasi utama yang mana gerakan dan kegiatan Anda dibangun atasnya. Di sisi lain, Anda juga harus meninggalkan ujung yang terbuka pada perubahan zaman. Anda juga harus memiliki rencana dan proyek alternatif yang nantinya dipraktikkan sesuai perubahan kondisi dan faktor terkini. Dengan mempertimbangkan ragam kebudayaan, bahasa, agama, pemahaman, serta respon masyarakat atas setiap peristiwa, setelah Anda mengenal masyarakatnya, sembari beraksi Anda harus dapat mengatakan:”di sini program A bisa dibuat, di sana lebih cocok untuk membuat program B.” Anda harus dapat merancang berbagai program alternatif sesuai kondisi negara atau wilayah Anda dimana Anda mengabdi, dan atas izin serta inayah dari Allah, Anda harus mampu mengembangkan sistem berpikir baru yang sesuai dengan kondisi masyarakat di sana.
Kesimpulannya, orang yang biasanya berpikir sederhana dan dangkal akan berpikir sangat luas dan dalam. Meminjam istilah Ziya Gokalp ketika mengekspresikan kebodohan, mereka yang di awal berpikir dangkal dan sederhana, saat menuju akhir, mereka mulai berpikir lebih menyeluruh – Anda bisa menambahkan dengan istilah lain juga – dan akhirnya setelah ini mereka akan berpikir lebih matang lagi. Maksudnya, saat berpikir dan menganalisis suatu masalah, kalian akan memiliki keluasan ufuk dengan mempertimbangkan berbagai alternatif sembari berkata:”seperti ini juga bisa, dibuat seperti itu juga bagus, tapi seperti yang lain pun juga bisa.” Semua ini adalah faktor-faktor yang perlu ditelaah terkait pembahasan rencana dan proyek menyeluruh.
[1] Adilla-i arba’ah adalah dalil-dalil yang djadikan rujukan dalam ilmu fikih. (Penerj.)
[2] Istinbat adalah pengungkapanmakna tersembunyi dari sebuah permasalahan yang dilakukan oleh mujtahid atau alim besar melalui tatqiq sumber-sumber yang ada secara mendalam. (Penerj.)
[3] Dari pendapatmereka sendiri. (Penerj.)
[4] Metodologi fikih. (Penerj.)
[5] Sesuatu yang asli, yang atasnya dilakukan qiyas. (Penerj.)
[6] Maksudnya al fakir di sini adalah penulis, yaitu M. Fethullah Gulen. (Penerj.)
[7] Pencipta Yang Maha Besar. (Penerj.)
[8] Pencipta Alam Semesta. (Penerj.)
[9] Biografi Bediuzzaman Said Nursi, Bab Kehidupan Emirdag
[10] Terjaga dari dosa
[11]Cardiac arrhythmia, istilah yang digunakan untuk merujuk pada perubahan sekuens normal dari detak jantung manusia, dapat dipahami juga sebagai ritme detak jantung yang tidak normal. Dalam tulisan ini mungkin ditujukan pada detak jantung tidak normal orang-orang yang berbohong atau berpura-pura yang bisa tertangkap oleh lie detector.