Selawat
Tujuan dihadirkannya Rasulullah SAW, para nabi dan rasul adalah agar mereka semua menjadi suri teladan dan contoh yang dapat diikuti oleh umat mereka masing-masing. Allah menyatakan di dalam Alquran:
“Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah maka Ikutilah petunjuk mereka.” Q.S. Al An’am ayat ke-90
Ayat ini ditujukan kepada Rasulullah SAW sebagai pesan Allah untuk beliau agar mengikuti jejak para nabi terdahulu yang nama-nama mereka telah disebutkan di ayat sebelumnya. Marilah kita renungi ayat berikut ini:
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” Q.S Al-Ahzab ayat 21
Para Nabi adalah teladan kita dan sekaligus menjadi imam kita. Sebagaimana halnya kita harus mengikuti imam di saat salat. Kita juga harus mengikuti perilaku para Nabi dalam seluruh aspek kehidupan. Hal itu harus dilakukan, sebab kehidupan yang hakiki bagi kita adalah kehidupan yang dicontohkan oleh nabi kita Muhammad SAW dan para nabi lain sebelum beliau. Para sahabat yang hidup semasa dengan Rasulullah telah berhasil mengikuti jejak Rasulullah langkah demi langkah. Itulah sebabnya para sahabat dan tabiin berhasil mencapai kedudukan mulia. Seperti yang disebutkan oleh Rasulullah SAW dalam hadits beliau:
Akan datang suatu masa pada manusia ketika mereka menyerang segolongan orang lain mereka ditanya:
“Apakah diantara kalian ada yang pernah bertemu Rasulullah?”
mereka menjawab “Ya” maka dibukakanlah jalan kemenangan untuk mereka
kemudian mereka menyerang segolongan orang lalu mereka ditanya
“Apakah diantara kalian ada yang pernah bertemu orang yang bersahabat dengan Rasulullah?”
mereka menjawab iya maka dibukakanlah jalan kemenangan untuk mereka
kemudian mereka menyerang segolongan orang lalu mereka ditanya
“Apakah diantara kalian ada yang pernah bertemu orang yang bersahabat dengan orang yang bersahabat dengan Rasulullah?”
mereka menjawab Ya maka dibukakanlah jalan kemenangan untuk mereka
dalam hadis lain dinyatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda
“Sebaik-baik manusia adalah masa lalu orang-orang setelah mereka lalu orang-orang setelah mereka.”
Lewat sampai ini Rasulullah SAW menyatakan keunggulan masa yang terdekat dengan masa hidup beliau. Hal itu dapat terjadi karena orang-orang muslim yang hidup pada masa itu memiliki kepekaan yang tinggi dalam mengikuti sunah-sunah Rasulullah SAW dalam segala hal, dalam kehidupan, perilaku dan pemikiran. Jadi tak dapat dipungkiri bahwa amatlah penting bagi mereka untuk selalu berusaha memiliki tujuan hidup yang semirip mungkin dengan Rasulullah, yang telah diutus untuk menjadi teladan dan kemudian mengimplementasikannya dalam kehidupan nyata. Begitulah para sahabat, tabiin, tabiut tabiin, memang telah menunjukkan kepekaan yang tinggi atas masalah yang satu ini. Itulah sebabnya mereka menjadi manusia-manusia yang lebih baik dibandingkan semua orang yang hidup di masa yang lain. Merekalah para sahabat Rasulullah SAW yang dimaksud oleh Isa a.s. dalam sabdanya
“Di tangan mereka tergenggam panji-panji orang-orang Kudus.” At-Tsaniyah bab 33 ayat 3
sungguh sebuah ungkapan penghormatan yang luar biasa.
Sebuah hadis Dhaif berbunyi
“Para ulama umatku adalah seperti nabi-nabi bagi Israel” terlepas dari kedhaifannya hadits ini menunjukkan keunggulan umat Muhammad SAW. Ya, para pengikut Rasulullah memang telah berhasil mengikuti jejak sang nabi hingga mencapai tingkat yang sedemikian tinggi, dan berada persis di bawah derajat kenabian. Kiranya Umar bin Khattab r.a., dapat menjadi contoh mengagumkan di antara sekian banyak manusia biasa yang telah berhasil menjadikan Rasul Allah sebagai pembimbing dan teladan dalam semua sendi, serta aspek kehidupan. Dan kemudian menghiasi hidup mereka dengan contoh yang telah diberikan Rasulullah. Bahkan Umar sama sekali tidak mengubah sedikitpun gaya hidupnya, setelah berhasil menundukkan Byzantium dan bangsa-bangsa lain.
Ketika Al-Quds, Yerusalem, yang saat itu masih berduka di bawah cengkraman penjajah Israel dan menjadi noda yang mencoreng wajah umat Islam, dulu berhasil ditaklukan Pasukan Islam, ternyata para pendeta yang berada di kota suci itu tidak bersedia menyerahkan kunci kota kepada Panglima pasukan muslim, yang telah memenangi pertempuran.
Para pendeta itu berkata: “Kami tidak menemukan seorang pun di antara kalian, yang layak menerima kunci kota suci ini.”
Singkat cerita setelah berita tentang sikap para pendeta itu sampai ke telinga Umar r.a. Sang Amirul Mukminin langsung berangkat menuju Al Quds, dengan mengendarai seekor unta yang dipinjamnya dari Baitul Mal. Di sepanjang perjalanan menuju akun Umar r.a. bahkan rela bergantian mengendarai unta pinjaman itu dengan pelayannya. Secara kebetulan, ketika unta yang dikendarai Umar hampir sampai di gerbang Al Quds tibalah giliran si pelayan untuk mengendarai unta itu. Umar pun turun dan mempersilahkan pelayannya untuk naik ke punggung unta. Sementara dia menuntun, sambil berjalan. Si pelayan pun menolak karena tak bisa membiarkan sang Amirul Mukminin, memasuki Al Quds sambil berjalan menuntun unta, yang dikendarai oleh seorang pelayan.
Silakan Anda bayangkan betapa dramatisnya peristiwa itu.
Dalam sekejap mendadak seisi Yerusalem riuh rendah oleh orang-orang yang tak percaya dengan apa yang mereka lihat. Seorang pemimpin tertinggi kekhalifahan Islam berjalan memasuki kota sambil menuntun unta yang dikendarai oleh pelayannya sendiri.
Dan ketika hal itu dilihat oleh para pendeta memegang kunci kota, mereka pun berujar: “Iya memang seperti inilah sifat orang yang akan menerima kunci kota ini! Seperti yang telah disebutkan dalam kitab suci kami.
Mereka langsung menyerahkan kunci kota al-quds kepada Umar Bin Khattab r.a.
Selain peristiwa ini silakan Anda bayangkan ketika Umar tergeletak di tanah setelah ditikam oleh seorang lelaki majusi, sehingga membuat makanan yang baru disantapnya terburai keluar dari perut yang sobek. Ketika itu Umar tergolek diam tak sadarkan diri dan tak ada seorangpun yang berhasil membuatnya siuman.
Berkenaan dengan kejadian ini Miswar bin Makhzamah menuturkan sebuah riwayat “Ketika aku melihat Umar Bin Khattab sedang tergeletak, aku bertanya kepada orang-orang yang ada di situ, Menurut kalian bagaimana keadaannya?
Mereka menjawab, “Keadaannya separah yang kau lihat.”
Aku berkata, “Bangunkanlah Ia dengan seruan salat.”
Ketika kami tidak mengetahui ada cara yang lebih ampuh untuk menyadarkan Umar dari pingsan melainkan dengan mengajaknya salat.
Maka orang-orang pun berseru, “Salat…! Wahai Amirul Mukminin!”
Sontak Umar pun siuman dari pingsannya, seraya berujar, “
telah mempelajari semua yang dilakukan itu dari rasulullah yang amat dicintainya. Sosok yang wajib dijadikan panutan dan diikuti dengan cara yang sedemikian rupa untuk kemudian menjadi teladan sempurna bagi semua generasi yang muncul kemudian. Begitulah diutusnya para nabi dan rasul untuk menjadi teladan yang baik bagi umat mereka adalah salah satu tujuan utama kedatangan mereka.
Diambil cahaya abadi Muhammad SAW kebanggaan umat manusia Hocaefendi