Dalam menjalani kehidupan di dunia ini, seharusnya setiap manusia tahu dan paham akan karakter kehidupan di dunia yang sedang ia jalani. Sehingga dalam menjalani alur kehidupanya, ia merasakan arti disetiap detiknya. Oleh karena itu penting bagi setiap manusia untukmengetahui hakikat hidupnya di dunia ini yang bersifat sementara.
Di dalam kehidupan dunia ini, kita terkadang mendapatkan apa yang kita inginkan tetapi tak jarang juga mendapatkan kesulitan, tetapi dari sini kita pahami bahwasanya hakikat dunia adalah ujian, yang kadang kali kita menemukan yang mudah dan ada juga yang sulit yang mungkin banyak membutuhkan perjuangan dalam menjawabnya, ketika kita tahu karakteristik dunia maka kita tidak akan banyak keluh kesah melainkan yang ada lebih banyak belajar memahaminya.
Ibnu Athoillah assakandari seorang tokoh sufi di dalam kitabnya al hikam ketika mensifati dunia beliau mengatakan :
لا تَسْتَغْرِبْ وُقوعَ الأَكْدارِ ما دُمْتَ في هذهِ الدّارِ. فإنَّها ما أَبْرَزَتْ إلّا ما هُوَ مُسْتَحِقُّ وَصْفِها وَواجِبُ نَعْتِها
“Jangan engkau merasa heran atas terjadinya kesulitan selama engkau berada di dunia ini. Sebab memang begitulah yang patut terjadi dan yang menjadi karakter asli dunia.”
Hakikat dunia memang begitu adanya, karena memang kehidupan di dunia yang bersifat fana’ atau sementara merupakan bentuk ruang ujian yang penuh dengan persoalan – persoalanya yang harus dijawab dan diselesaikan dengan memulainya dengan selalu mencoba menjawabnya lalu belajar memahami persoalanya sehingga dapat terjawab dengan baik, maka dari sini tak heran banyak ulama’ kita yang mengatakan bahwasanya dunia merupakan tempat berjuang bukan tempat rohah atau istirahat untuk berleha- leha saja, karena sejatinya waktu istirahat semuanya hanyalah di akhirat, diibaratkan bahwasanya seorang mukmin ketika ia hidup di dunia sejatinya ia sedang menanam sebuah tanaman yang mana ia harus menjaganya dengan baik sehingga ia akan dapat memanenya dengan hasil yang baik di akhirat kelak.
Hal ini juga senada apa yang dikatakan oleh Ja’far Asshadiq yang mengatakan : “Siapa yang meminta sesuatu yang tidak diberikan oleh Allah, sama dengan melelahkan dirinya sendiri.” Ketika ditanya meminta apa itu? Ja’far Asshaddiq menjawab, “Kesenangan di dunia.”
Dengan pahamnya kita hakikat atau karakteristik dari kehidupan dunia ini , maka dikit sedikit kita akan biasa membangun rasa terus belajar dan bersyukur dengan tidak mengeluh apa yang kita nilai memiliki kesulitan , keresahan apa yang ada di dunia ini kelak akan menjadi nilai plus di dalam kehidupan akhirat, dan perlu diketahui juga bahwasanya para nabi merupakan manusia yang paling berat cobaanya supaya kita bisa mengambil suri tauladanya lewat kesabaran mereka dalam berjuang untuk menanamkan nilai – nilai kebaikan untuk menegakkan hal yang benar.
Artikel merupakan karya kiriman dari Sdr. Ashari Asrawi.