Suatu hari organ tubuh mengadakan pertemuan di antara mereka sendiri. Mereka semua mengeluh tentang pekerjaan untuk perut. Perut tampaknya tidak melakukan banyak hal dan tanpa istirahat ia tidak dapat melakukan apa-apa. Semua organ tampak sangat kesal. Di akhir pertemuan, semua organ memutuskan bahwa mereka tidak akan lagi memenuhi semua permintaan perut. Mereka tidak akan menghabiskan semua upaya mereka untuk perut.
Mata mengatakan bahwa mereka tidak akan melihat lagi, tangan menekankan bahwa mereka tidak akan menggenggam, mulut menyatakan bahwa ia tidak akan menyantap lagi, gigi memutuskan untuk tidak mengunyah dan kaki mengklaim bahwa mereka tidak akan lagi berjalan untuk perut.
Mereka melakukan apa yang mereka klaim dan meninggalkan perut tanpa makanan. Namun, tak lama kemudian, mata mulai kabur, tangan mulai bergetar, mulut mengering, gigi mulai rusak dan kaki bahkan tidak bertenaga untuk melangkah. Jelas bahwa meski perut tidak bisa bertahan tanpa mereka, untuk bertahan hidup mereka juga membutuhkan perut.
Mereka menyadari bahwa semua organ tubuh saling mendukung satu sama lain dan tidak mungkin mempertahankan kehidupan tanpa keharmonisan dan kesatuan tersebut. Ini berarti bahwa setiap orang bekerja untuk satu sama lain dan ketiadaan satu organ akan dirasakan oleh yang lainnya.
Dalam sabda Nabi kita, keadaan orang beriman dalam hubungannya satu sama lain sama dengan hubungan antara organ dan sel-sel tubuh. Seperti halnya ketika ada rasa sakit di satu bagian tubuh, seluruh tubuh merasakannya dan dengan demikian berusaha untuk menyingkirkannya, semua muslim juga harus merasakan sakit yang dirasakan saudaranya dan karenanya mereka harus bertindak dengan tanggung jawab dan mencari cara untuk menyelesaikan masalah. Keburukan yang terjadi kepada seorang muslim mendorong semua muslim untuk saling membantu dalam segala situasi.