Nutrisi AkhlakSerpihan Cahaya

Prinsip ke-2 : Berlaku Tawaduk

“Prinsip ke-2 : Berlaku Tawaduk”

Said, layaknya tanah ia wajib memiliki sifat seperti kerendahan hati, meninggalkan akuisme, dan ketawadukan mutlak; Jangan sampai kekurangannya mencemari Risalah Nur dan meremukkan pengaruhnya.

Lampiran Kastamonu, halaman 13

Penjelasan:

Al Quranul Karim dengan maknanya yang menyeluruh bersuara kepada segala masa dan kepada setiap manusia dari beragam derajat dan kedudukan yang hidup di setiap masa tersebut; di dalam makna-makna isyaratnya yang menyeluruh dengan makna parsialnya, ayat tentang tayamum[1] “فَتَيَمَّمُواْ صَعِيدٗا” juga memberikan perhatiannya kepada masa dan pengabdian kita. Kata “ صَعِيدٗا /Sha’idan” disini (dengan huruf shad) yang bermakna tanah mengisyaratkan Said (dengan huruf sin). Kata yang mengisyaratkan penggunaan huruf ‘sin’ di dalam Al Quran juga terdapat pada kata “بَصۜۡطَةٗۖ/bashthatan” di Surat al A’raf ayat ke-69.

Demikianlah, kata “صَعِيدٗا /Sha’idan” yang memiliki makna ‘tanah’, seakan memberi pesan isyarat kepada Ustaz:’Said, milikilah kerendahan hati layaknya tanah; tinggalkanlah akuisme; berlakulah tawaduk secara mutlak. Karena risalah nur merupakan ungkapan indah lagi bersih  yang terperas dan tertapis dari Al Quran, ia bagaikan telaga kautsar dari samudera Al Quran. Agar telaga tersebut tidak tercemari dan pengaruhnya tidak terkurangi, maka ia harus hidup dengan kekhususan-kekhususan tersebut. Sesungguhnya Ustaz sendiri telah menampakkan keindahan dari karakter-karakter ini setiap saat sebagai sesuatu yang diperlukan oleh fitrahnya.

Diterjemahkan dari buku Seputar Panduan Berkhidmah, oleh Bediuzzaman Said Nursi.

Pemilihan artikel dan penjelasan oleh Abdullah Aymaz.

Sumber: Aymaz, Abdullah, 2010, Hizmet Rehberi Uzerine, Istanbul: Sahdamar Yayinlari, hlm. 12

[1] QS Al Maidah 5:6 maka bertayamumlah dengan debu yang baik (suci)

Comments are closed.

You may also like