Sebuah Nafas – Ufuk Kebangkitan di Dalam Hati
Karena egoisme yang masuk di sela antara kita dengan Allah, kita membuat gerhana terjadi di dunia kalbu kita. Jangan tanya bagaimana manusia putus hubungan dengan Allah pada saat ini. Sudah berabad-abad lamanya, dunia kalbu umat jauh dari semangat. Berabad-abad lamanya air mata ini kering. Perhatikan penekanannya: “berabad-abad!” Selama itu juga kita semakin jauh dari Allah SWT. Ketika kita berpaling, kita pun terpaku pada bayangan kita, yaitu egoisme kita. Alam bawah sadar berkata: “Kita yang paling tahu, hanya kita yang bisa kerjakan”. Jangan tanya bagaimana kita telah jauh melangkah di atas telapak kaki setan. “Waspada! Perhatikan langkahmu! Takutlah tenggelam (dalam dosa)!”.
Jangan sampai tenggelam oleh sifat-sifat hewani. Mulai dari satu suapan, satu kata, satu tepukan tangan, pujian, jabatan, kedudukan, harta yang tak seberapa, kenyamanan dunia seperti makan, minum, dan tidur. Selama manusia tak menginjak-injak keburukan itu dengan kelapangan dada melalui pemikiran & perasaan, manusia takkan bisa mengarah kepada Allah. Padahal Allah SWT menciptakan manusia dengan potensi “Ahsani Takwim”. Betapa istimewanya manusia, jika dilihat akan melahirkan respon: “Inilah yang layak menjadi cermin Sang Rabb”. Jika manusia menerima potensi seistimewa ini, maka mereka harus memberi sesuatu sebagai balasannya. Penghambaan yang kita lakukan kepada Allah bukanlah awal dari apa yang akan kita ambil di masa mendatang. Imbalannya telah kita ambil sedari dulu kala. Penghambaan yang kita lakukan tak lebih merupakan pujian dan syukur untuk-Nya. Betapa berat kewajiban yang dipikul mereka yang yakin kepada Allah & kebenaran. Sekali lagi terdapat kewajiban untuk membangkitkan dunia kalbu. Terdapat kewajiban untuk mengakui kesalahan umat hingga detik ini. Dimana wajib menyucikannya dengan air mata saat menghadap Tuhan di waktu malam. Wajib menyucikan kotoran itu dengan jalan membasahi sajadah, dan dengan bersujud di atas sajadah basah itu. Jangan remehkan tetesan air mata itu. Karena ia adalah telaga kautsar yang satu tetesnya dapat memadamkan bara api neraka sebesar gunung.
Untuk itu Nabi bersabda: “Aku berlindung dari mata yang tak pernah menangis, sebagaimana aku berlindung kepada-Mu dari godaan setan”.