mengembangkandiri.com_children-are-tired-of-learning-and-sleepy-2021-09-01-01-43-52-utc

Sebagai Pengingat

Karya Pembaca: Habib A.S

Tidaklah terasa, tahun Masehi 2022 telah berlangsung, seakan – akan waktu berlalu dengan begitu cepat. Suka duka, manis pahit, kucuran keringat, tetesan air mata, dan semuanya yang terjadi pada tahun sebelumnya, akan menjadi sebuah kenangan sekaligus menjadi bekal untuk menjalani kehidupan di tahun berikutnya sebagaimana yang telah Dia tetapkan. Entah apa yang akan terjadi besok, seorang hamba harus siap menghadapi kehidupan dunia yang penuh dengan problematika. Memang, dunia ini adalah tempatnya lelah. Dunia bukanlah tempat untuk manusia beristirahat dengan tenang, apalagi untuk bersenang – senang, terlebih bagi mereka yang beriman dan berserah diri kepada Tuhan yang tiada sekutu bagi-Nya.

Sebagaimana Imam Ahmad bin Hambal pernah ditanya, “Wahai Imam, kapankah waktu istirahat itu?”

Kemudian beliau menjawab, “Istirahat yang sesungguhnya ialah pada saat engkau pertama kali menginjakkan kakimu di dalam Surga.”

Ya, kadang kala dunia dan segala kesibukan yang dibuatnya, membuat seorang hamba lupa akan akhirat dan segala hal yang terkait dengannya, meskipun pada nantinya akan segera teringat. Hal tersebut tidaklah lain tergantung dari kadar keimanan dan ketakwaan, serta kuantitas dan kualitas dzikir seorang hamba kepada-Nya.

“Sebagai pengingat”, tulisan ini akan mengingatkan tentang sesuatu yang sangat penting nan agung yang tidak lama lagi akan datang membersamai kehidupan. Ia adalah tamu yang mulia yang sangatlah perlu disambut dengan sambutan yang mulia pula. Ia bagaikan hujan yang kedatangannya sangat dinantikan oleh sekelompok manusia yang telah lama hidup dalam kondisi kekeringan. Ia bagaikan anak burung yang menanti kedatangan induknya dengan membawa makanan yang siap untuk disuapkan kepadanya. Ia bagaikan seorang ayah yang kehadirannya sangat dirindukan oleh buah hatinya setelah sekian lama berpisah.

Lalu, apakah sesuatu yang dimaksudkan itu?

Apakah kalian tahu?

Jika belum, tulisan “Sebagai Pengingat” ini yang akan memberi tahu.

Baik, dalam kalender Masehi, ada suatu waktu dimana sebagian besar manusia tidaklah lupa untuk memperingatinya. Suatu waktu yang begitu dinantikan saatnya oleh hampir seluruh manusia di dunia, terutama semenjak matahari terbenam hingga menuju waktu puncaknya. Dinantikannya percikan api yang menghiasi langit bumi, tiupan terompet dan teriakan manusia yang turut memeriahkannya, dan diramaikan dunia maya dengan ucapan “Happy New Year” beserta kreasi lainnya yang tidak melenceng jauh dari maksud utamanya. Meskipun ia hanya berlangsung semalam, namun kedatangannya begitu dinantikan. Hal tersebut tidaklah lain dikarenakan oleh keistimewaan yang dimilikinya.

Jikalau demikian, suatu waktu yang masanya berlangsung jauh lebih lama, yaitu sekitar tiga puluh hari, dan ia memiliki nilai dan keistimewaan yang jauh lebih besar dibandingkan malam tersebut, tentunya akan sangat dinantikan kedatangannya bukan?

Benarkah begitu?

Jika memang benar, maka “sesuatu” yang menjadi pertanyaan di awal telah terjawab. Dan bagi seorang hamba yang beriman, tentu ia telah mengetahuinya terlebih dahulu sebelum sesuatu tersebut disebutkan dengan jelas.

Langsung saja, sesuatu tersebut adalah Ramadhan. Suatu waktu yang kedatangannya sangatlah dinantikan oleh mereka yang benar – benar menantikannya. Suatu waktu dengan keistimewaan yang tidak dimiliki oleh waktu – waktu lainnya, keistimewaan yang tidak dibuat – buat dan tidak diada – ada, keistimewaan yang langsung diberikan oleh Tuhan Semesta Alam dengan dasar firman-Nya dan dilengkapi oleh sabda rasul-Nya. Suatu waktu yang kehadirannya menjadi harapan bagi mereka yang beriman dan berserah diri kepada-Nya, yang dengan perantaranya dijadikanlah berlipat ganda seluruh amal kebaikan yang dilakukan, yang dihapuskannya dosa – dosa, yang diturunkannya al qur`an sebagai keterangan yang jelas bagi seluruh manusia dan menjadi petunjuk bagi mereka yang bertakwa, yang di dalamnya terdapat satu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan, yang dibukakannya pintu – pintu surga, ditutupnya pintu – pintu neraka, dibelenggunya setan, dibebaskannya seorang hamba dari neraka, dikabulkannya doa, dan berbagai keutamaan lainnya yang tidak sempat tertuliskan.

Sebagai pengingat, ia akan segera datang dalam kehidupan. Terhitung tujuh puluh tiga hari sejak dituliskannya tulisan ini, ia akan membersamai seorang hamba selama tiga puluh hari ke depan dengan membawa nuansa kehidupan yang berbeda dari biasanya, membawa kenikmatan, ampunan, rahmat, serta ridho Tuhannya.

Lantas, sudahkah seorang hamba mempersiapkan sesuatu yang indah untuk menyambut kedatangannya?

Atau jangan – jangan, ia belum tahu apa yang perlu dipersiapkan olehnya?

Ya, sesuatu yang perlu dipersiapkan tidaklah lain adalah dirinya sendiri. Diri yang hampir satu tahun ditinggalkan olehnya, mungkin saja mengalami perubahan ke arah yang tidak diinginkan olehnya selepas kepergiannya. Oleh karena itu, sangatlah perlu bagi seorang hamba untuk memperbaiki, membenahi, dan memantaskan diri untuk menyambut kedatangannya sekaligus membersamainya dalam kehidupan yang sebatas tiga puluh hari saja.

Tidaklah etis bukan, apabila seseorang tidak mempersiapkan sesuatu untuk ia dihidangkan kepada tamu yang telah memberikan kabar sebelumnya?

Tentu tamu tersebut akan merasa sedih, kecewa, atau bahkan merasa tidak dihargai.

Dan tidaklah tepat pula bukan, jika seseorang tidak mempersiapkan dirinya dengan belajar untuk menghadapi ujian kelulusan di sekolah?

Tentu kelulusan seseorang tersebut akan sangat diragukan. Sama halnya, ketika seorang hamba tidak mempersiapkan dirinya dengan memperbaiki dan membenahi diri untuk menyambut kedatangan Ramadhan yang agung nan mulia. Tentu ia akan membuatnya kecewa. Dan lebih dari sekadar itu, ia akan membuat kecewa Tuhan yang telah memberikan kesempatan untuk berjumpa kembali dengannya. Namun, sejatinya ia sama sekali tidak membuat keduanya kecewa. Sebab, ia justru telah membuat dirinya sendiri menyesal dan merugi di hari kemudian karena telah menyia – nyiakannya.

Maka dari itu, perlu bagi seorang hamba untuk memperbaiki, membenahi, dan memantaskan diri sebelum kedatangannya. Agar pada nantinya, ia benar – benar bisa membersamainya dengan baik, mendapatkan apa yang dibawanya dari Tuhannya, baik berupa rahmat, ampunan, pahala yang berlipa ganda, dan bahkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi.

Benarkah demikian?

Tulisan ini dimuat dalam Buletin Yayasan RUBIC 2022 edisi bulan Februari

mengembangkandiri.com decorative-moon-and-stars-on-color-background-spa-2021-09-02-15-10-21-utc

Telah Tiba! Hari yang Lebih Baik dari Seribu Hari!

“Hari yang lebih baik dari seribu hari telah tiba!” 

Menyebutnya sebagai ‘hari yang lebih baik dari seribu hari’ saja rasanya kurang. Karena saat kita memasuki musim tersebut, di dalamnya terdapat malam dan hari-hari yang nilainya setara dengan seribu, sepuluh ribu, bahkan sepuluh ribu hari.

Hari-hari tersebut adalah hari-hari di tiga bulan suci dan kita telah dekat dengannya. Di tahun 2022 ini, hari pertama di bulan Rajab jatuh pada hari Kamis, tanggal 3 Februari 2022.

Semoga Allah SWT menganugerahi kita kemampuan untuk menyucikan, memuliakan, dan memenuhi hak-hak bulan suci tersebut, khususnya hak dari bulan Ramadhan.

Lalu mengapa tulisan ini diterbitkan hari ini?

Kami menginginkan agar hari-hari dan malam-malam yang keutamaannya setara dengan seluruh umur kita ini tidak tenggelam oleh hiruk pikuk kesibukan agenda-agenda harian.

Mari kita menyambut datangnya tiga bulan suci ini layaknya kita menyambut hari raya!

Mari kita menghidupkannya seakan ia adalah rahasia untuk meraih kemenangan!

Mari kita menganggap tiga bulan suci ini seakan ia adalah tiga bulan suci kita yang terakhir!

Sebagaimana yang Anda ketahui, kita sangat membutuhkan hadiah dan anugerah-anugerah kejutan dari Allah SWT. Kita menantikan kejutan tersebut dengan penuh hasrat dan gairah. Kita juga menginginkan pertolongan dan perlindungan yang luar biasa dariNya.

Demikianlah, tetapi segala sesuatu ada harganya. Hadiah dan anugerah istimewa dari Sang Rabb menginginkan ibadah dan usaha keras dari si hamba.

Dan kesempatan tersebut datang tepat di hadapan kita.

Bukankah kita seharusnya mengarungi bulan-bulan yang seperti samudera kesempatan ini tidak dengan kelalaian, melainkan dengan penuh persiapan, terencana, dan terprogram?

Jangankan kita kaum muslim akhir zaman yang penuh dengan kesalahan, sultannya umat manusia SAW saja menunggu datangnya bulan-bulan suci ini dengan penuh harapan. Agar bisa menemui tiga bulan suci ini, beliau berdoa:

“Ya Allah berkahilah kami dengan bulan Rajab dan Sya’ban, serta sampaikanlah kami ke bulan Ramadhan! (Musnad 1:259)

Karena sampai ke tiga bulan suci ini dengan menghidupkannya, sampai ke bulan ramadhan dan memuliakannya dengan ibadah, merupakan anugerah luar biasa baik bagi Baginda Nabi maupun bagi umatnya.

Tantangan tokoh-tokoh besar juga besar. Baginda Nabi di setiap waktunya senantiasa memikirkan kebahagiaan dunia dan akhirat umatnya yang akan datang. Beliau juga memikirkan masalah-masalah yang menimpa seluruh umat manusia. Beliau berusaha keras dan berdoa demi turunnya hidayah bagi mereka.

Jembatan Kesempatan

Demikianlah Baginda Nabi SAW, sosok yang memiliki kredit agung serta wibawa mulia di sisi Allah SWT telah menganggap tiga bulan suci serta bulan Ramadhan ini sebagai kesempatan di atas kesempatan. Beliau memusatkan konsentrasinya untuk beribadah dan berdoa di bulan ini.

Para sahabat dan kekasih-kekasih Allah yang meneladaninya juga melakukan hal serupa. Salah satunya adalah Bediuzzaman Said Nursi. Dalam suratnya kepada murid-muridnya, walaupun hidup di bawah siksaan berat ketika tinggal di Penjara Afyon selama 20 bulan, beliau memberikan kabar gembira yang dibawa oleh tiga bulan suci ini:

Lima hari lagi bulan-bulan yang penuh pahala ibadah dan penuh keberkahan yaitu  tiga bulan suci akan tiba. Jika ganjaran setiap kebaikan di luar waktu tesebut hanya bernilai sepuluh, di bulan Rajab nilainya mulai dari  seratus, di bulan Syaban nilainya mulai dari tiga ratus, sedangkan di bulan Ramadhan yang penuh  berkah nilainya mulai dari seribu. Ganjaran di malam-malam jumatnya dimulai dari seribu, sedangkan di malam lailatul qadar bisa mencapai 30.000 kali lipat.

Pasar suci dimana terjadi perdagangan ukhrawi yang memberikan keuntungan berupa banyak faedah-faedah ukhrawi;  serta masyhar atau perkumpulan sempurna bagi ahli hakikat dan ahli ibadah; melewati waktu di madrasah Yusufiyah yang mana satu kebaikan diberi 10 ganjaran ditambah adanya garansi kepada ahli iman berupa ganjaran sepanjang umur sebanyak 80 tahun untuk ibadah  yang dilakukan di dalam tiga bulan ini; tentu saja hal tersebut adalah keuntungan yang amat besar. Seberapa pun besar kesusahan di dalamnya, ia tetaplah bulan rahmat (Sinar ke-14).

Ya Allah! Dapatkah Anda cermati sudut pandang tersebut! Walaupun kondisi beliau sangat kurus, sangat tua, dan sangat sensitif, beliau bertahan dengan ibadah dan doa dalam menghadapi cuaca dingin dan penyakit bertubi-tubi. Tak cukup dengannya, beliau juga diracun. Pahlawan ibadah yang bersabar ini telah menganggap segala macam kesusahan sebagai rahmat, tidak mengeluh, dan tidak mencari-cari alasan. Malahan menyambutnya seakan yang akan datang adalah hari raya!

Karena tiga bulan suci merupakan rantai yang merangkai kesempatan-kesempatan besar seperti itu, ketika ia dihidupkan di bawah kondisi penjara yang amat berat, maka ganjaran dan pahala yang dianugerahkan Allah SWT sepuluh kali lipat lebih banyak.

Dari kabar gembira yang diberikan oleh Ustaz tersebut dapat kita pahami bahwasanya tiga bulan suci, khususnya bulan Ramadhan, setiap hari-harinya, apalagi malam Ragaib, malam Mikraj, malam Nisfu Syaban, dan malam Lailatul Qadar merupakan jembatan kesempatan yang memfasilitasi diraihnya ribuan, sepuluh ribu, dua puluh ribu, bahkan tiga puluh ribu  ganjaran.

Angka-angka ini bukanlah kinayah, melainkan hakikat. Pahala-pahala melimpah dan ganjaran-ganjaran berkali lipat di bulan-bulan suci ini seperti buah jagung yang penuh berkah dimana ia menghasilkan banyak biji atau mengingatkan kita pada promosi toko dimana mereka memberi hadiah tambahan bagi konsumen yang membeli salah satu produk yang dijualnya.

Kita yang memberikan perhatian berlebih kepada promosi-promosi sementara yang ada di dunia, bukankah kita seharusnya memberikan perhatian lebih lagi pada hari-hari dan malam-malam penuh berkah yang menjadi sarana bagi diraihnya rida Ilahi serta dihadiahkannya istana-istana surga yang abadi.

Malam Jumat Pertama di Bulan Rajab

Mari kita mulai menghidupkan tiga bulan suci ini dengan malam jumat pertama di bulan rajab. Setiap ibadah yang dilakukan di malam ini akan ditulis dengan ganjaran pahala lebih banyak seratus kali lipat.

Dalam istilah arab, istilah ini dimaknai sebagai malam yang sangat diinginkan, diharapkan, nilainya agung, anugerahnya melimpah.

Malam ini kemuliaannya ibarat kemuliaan malam saat ditanamkannya benih janin dari Nabi Muhammad di rahim ibundanya yang mana ia menjadi sebab bagi datangnya Rasulullah ke alam dunia ini.

Perhatikanlah!

Doa-doa di malam ini akan dikabulkan. Dalam sabda nabi yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar ra dan Abu Umamah ra, beliau menyebutkan terdapat lima malam dimana doa-doa tidak ditolak:

Ada lima malam dimana doa-doa yang dipanjatkan di malam tersebut tidak ditolak. Doa-doa tersebut akan dikabulkan: malam pertama di bulan Rajab, malam ke-15 di bulan Sya’ban, malam jumat, malam Idul Fitri, serta malam Idul Adha. (Lihat Jalaluddin as Suyuti, Jami’us Saghir, 3/454)

Mari kita manfaatkan kesempatan ini. Mari isi agenda kita dengan program-program untuk mengisi hari-hari dan malam-malam istimewa di dalam tiga bulan suci ini. Mari kita informasikan kesempatan ini kepada keluarga dan lingkungan kita dengan memanfaatkan segala macam sarana dan media sosial. Mari kita motivasi mereka untuk bersemangat dalam meraih keistimewaan-keistimewaan di dalamnya.

Bagaimana Menghidupkan Malam Jumat Pertama di bulan Rajab

Kita sebisa mungkin menghidupkan malam penuh berkah ini dengan doa dan ibadah hingga pagi tiba. Sayangnya di tengah-tengah usaha untuk menghidupkan malam mulia ini, setan dan nafsu akan mendorong mata kita untuk lekas mengantuk. Untuk itu, yang terbaik adalah menghidupkan malam ini di dalam majelis zikir ataupun dalam program yang dikelola bersama oleh masjid. Jika tidak memungkinkan, bisa juga dengan berkumpul di salah satu rumah anggota keluarga ataupun anggota masyarakat yang dirasa memungkinkan. Jika memungkinkan, kita usahakan programnya berlanjut hingga waktu sahur tiba. Dengan teh dan kopi kita coba usir rasa kantuk. Bisa juga menggunakan air dingin ketika memperbaharui wudu kita sehingga diri ini tetap terjaga.

Kita harus merencanakan program untuk menghidupkannya sedari sekarang. Pertama-tama, kita harus menjelaskan urgensi acara ini kepada mereka yang akan hadir. Kita juga harus mengumumkan rangkaian kegiatan apa saja yang akan dijalankan di dalam program. Bahkan kita juga harus memotivasi dan mengingatkan teman-teman yang bertugas memberi pengumuman kepada rekan-rekan lainnya. Kita jangan sampai menyia-nyiakan malam mulia ini dengan kesibukan jalan-jalan, bertamu, dan mengobrol kesana-kemari. Waktu mulia ini hanya akan kita isi dengan taubat, istigfar, salawat, salat, membaca al Quran, doa, zikir, dan wirid.

Ketika menghidupkan malam mulia ini, tidak cukup dengan orang tua, anak-anak dan remaja juga harus dilibatkan. Isi program tidak hanya diperhatikan dari susunan ibadah dan doa-doa yang akan dipanjatkan saja, melainkan jamuan-jamuannya juga perlu dibuat lebih istimewa. Jamuan-jamuannya juga perlu dibuat lebih menarik hati para pesertanya. Untuk menyiapkan hal tersebut, di siang ataupun sore harinya kita perlu berbelanja segala macam persiapannya. Malam penuh berkah ini harus kita sambut layaknya malam hari raya.

Ya, kita harus menangis dan merintih karena kita adalah pendosa, karena ada banyak saudara-saudara kita yang merintih karena ditindas. Akan tetapi, kalbu kita harus penuh dengan kebahagiaan, karena setiap doa akan dikabulkan, setiap taubat akan diterima di malam ini, insya Allah.

Mungkin beberapa orang tidak bisa menghidupkan malam ini semalam suntuk karena ada aktivitas kerja dan sekolah di keesokan hari. Jika memungkinkan, ia bisa mengambil izin atau cuti. Jika tidak, mungkin ia perlu berusaha menyedikitkan tidurnya di malam itu.

Bukankah kita pun terkadang begadang untuk memenuhi kebutuhan duniawi kita?

Apakah kita sebelumnya belum pernah begadang menjaga rekan atau anggota keluarga kita yang sedang sakit?

Apakah sebelumnya kita belum pernah begadang menantikan pesawat pertama lepas landas di bandara?

Apakah kita sebelumnya belum pernah begadang untuk menonton kesebelasan kesayangan kita bertanding di liga champion?

Apakah sebelumnya kita belum pernah begadang karena mengobrol dengan sahabat kita semalam suntuk?

Malam-malam ini adalah malam dimana kesempatan emas bertabur berlian dihamparkan layaknya ganimah. Ia adalah baskom untuk menyucikan diri sekaligus roket pendorong untuk mencapai derajat yang lebih agung.

Mereka yang terlibat dalam acara menghidupkan malam ini harus kita motivasi untuk berpuasa di keesokan harinya, termasuk di dalamnya remaja dan anak-anak. Untuk itu, kita juga harus menyiapkan hidangan sahur dengan menu makanan yang dapat memikat hati mereka.

Ibadah apa saja yang bisa dikerjakan? 

Di malam mulia ini terdapat lima ibadah penting yang dapat dikerjakan:

  1. Taubat dan beristigfar, taubat dan istigfar yang dipanjatkan di malam ini insya Allah akan diterima
  2. Membaca al Quran, khususnya surat-surat istimewa seperti Yasin, al Fath, ar Rahman, al Mulk, dan an Naba
  3. Menunaikan salat sunah, khususnya awwanin, tahajud, taubat, tasbih, dan hajat
  4. Salawat, kita harus banyak mengirimkan salawat kepada Baginda Nabi di malam yang mulia ini.
  5. Berdoa, kita harus memanjatkan doa kepada Sang Rabbi misalnya dengan doa-doa yang terdapat di al Quran dan hadis, jausyan, tauhidname, serta doa-doa yang pernah dibaca oleh sosok-sosok dan wali-wali agung. Terlebih lagi kita harus mendoakan saudara-saudara kita yang sedang terpojok dan dizalimi sehingga mereka dapat selamat dari kesulitan itu.

Kapan kita bisa berpuasa? 

Berpuasa di hari yang berhubungan dengan malam jumat pertama di bulan rajab sangatlah berfadilah. Puasa dijalankan tidak di hari sebelum malam, melainkan di hari setelah malam. Ini karena kalender ibadah dalam satu hari dimulai dengan azan magrib hingga masuk waktu azan magrib berikutnya. Sebagaimana di waktu Ramadhan, kita memulai ibadahnya dengan salat tarawih, baru berpuasa di keesokan harinya. Akan tetapi, karena hari sebelumnya adalah kamis, maka berpuasa di dalamnya juga merupakan perbuatan sunah.

Boleh juga berpuasa hanya di hari jumatnya. Karena kita melakukannya bukan karena sengaja, melainkan karena kebetulan waktu mulia tersebut jatuh di hari jumat yang sebenarnya makruh tetapi dekat dengan halal. Karena waktu mulia ini akan selalu jatuh di hari jumat, maka tidak ada pilihan lainnya. Untuk itu, bagi mereka yang tidak bisa berpuasa di hari kamis, maka berpuasa di hari jumat tidaklah makruh. Bagi mereka yang menghendaki, sebagaimana bisa berpuasa di hari kamis, jumat, dan sabtu, ia juga bisa berpuasa di hari jumat dan sabtunya.

Demikianlah kawan! Mari segera undang kawan-kawan kita untuk memuliakannya.

Sebagaimana yang Anda ketahui, penginspirasi juga akan meraih pahala dari amal yang dilakukan oleh orang yang terinspirasi darinya. Siapa yang tahu barangkali lewat pengumuman yang Anda lakukan akan menjadi sebab bagi diraihnya pahala di seantero dunia.

Diterjehkan dari artikel berjudul: Biri bine bedel günler Geliyor!|Penulis: Cemil TokpInar.| www.tr724.com

v2osk-pnm7KpwJH2E-unsplash

Kumpulan Hadist Pilihan – Bahasa IND

john-fowler-03Pv2Ikm5Hk-unsplash

Doa Bulan Ramadhan: Mukjizatul Qur’an