fbpx
KhazanahNutrisi Karakter

Untukmu, Jiwa-Jiwa yang Kami Nantikan!

Kami sudah sering mendengar, melihat, serta melalui berbagai macam peristiwa, namun entah mengapa kami tidak bisa menyingkirkan keresahan dan gagal menemukan hakikat kedamaian di dalam jiwa.  Kami tidak pernah merasa puas dalam mencari kedamaian hati; mengingat memang kebutuhan hati kami dan obat pelipur lara yang dunia tawarkan sungguh berbeda.

Kami sedang mengharap akan kehadiran seorang teman yang bersedia mengulurkan tangan kepada kami yang menyimpang dan bermaksiat, yang menangis bersama dengan hati yang remuk, yang gelisah gundah melihat kemungkaran. Kami mengharapkan seseorang teman dengan tutur katanya yang lemah lembut, semangatnya yang hidup, dan dakwahnya yang sungguh-sungguh.

Bertahun-tahun lamanya, kami menunggu seorang yang menawarkan obat pelipur lara atas penyakit yang kami derita. Kepadanya kami dapat menyampaikan isi lubuk hati terdalam dengan sejujurnya. Seseorang dengan iman dan kesuciannya bagaikan gunung yang kokoh menjulang. Dalam kelaparan, penyakit, dan ketakutan yang melanda kami terus-menerus, dalam penderitaan terpedih melahap jiwa dan mengikis impian kami, kami merasa setiap hembusan napas teman ini menghidupkan jiwa kami dengan harapan dan impiannya.

Seandainya saja kami dapat memahami petunjuk yang telah Tuhan sampaikan selama ini, seandainya kami percaya akan itu semua. Akan banyak kekosongan yang sudah terisi. Banyak masalah pasti sudah terselesaikan. Namun, ribuan kali kami berkumpul bersama, saling mengisi dengan harapan, menjejakkan langkah untuk memulai kehidupan baru, atau mungkin ribuan kali juga kami melanggar sumpah, lantaran kami tidak dapat menemukan hakikat apa yang kami cari dan tidak bisa mengerti hakikat dari apa-apa yang kami dapatkan.

Kalbu kami sangat haus akan kasih sayang dan cinta, terus mengharap kebajikan dari kemanusiaan. Sayang sekali! Jiwa kami malah dituntun menuju kesengsaraan. Mereka mencoba membenamkan hati kami ke dalam lautan kekejian. Kami sedang diperdaya, menderita kesedihan tanpa akhir. Dalam setiap keadaan tertindas, tercela, dan sengsara, kami terus-menerus dilecehkan dan menjadi korban ketamakan.

Inilah alasan mengapa kami tidak percaya kepada seorangpun dan tidak membuka hati kepada siapapun.

“Tatkala kita menginginkan seorang wanita cantik yang sedang memetik mawar, kita juga berharap ia memiliki pipi indah merah merona ; tatkala kita menginginkan sang penakluk Khaibar (Ali bin Abi Talib) , kita juga menginginkan pelayan kerajaan Kambar.” ( Muhammad Lutfi ).

Kami mungkin akan menemukannya, atau tidak, tetapi setelah dirundung oleh banyak masalah, yang kami inginkan sekarang adalah kemurnian, ketulusan, dan dedikasi di jalan “pecinta buta” ini. Setelah kami mengalami terlalu banyak pengabaian, bahkan pengkhianatan, akan tampak naif bila kami katakan bahwa kami merangkul orang lain dengan toleransi dan tanpa keraguan terhadapnya. Terlepas dari semua iktikad baik dan rasa toleransi kami, kami tetap saja tidak mampu untuk melenyapkan keraguan dan menghilangkan atmosfer ketidakpercayaan kepada orang lain.

Membuat kami mempercayai seseorang dan menyingkirkan keraguan dalam benak kami sangat tergantung pada ikhtiar keikhlasan yang terus menerus dari pahlawan kami ini. Berkat ketulusan dan perbuatannya yang meyakinkan, kami mampu melenyapkan segala bentuk prasangka buruk dan ketidakpercayaan yang selama ini kami rasakan. Kami muak dengan kemunafikan, sopan santun, dan keberanian palsu, berpura-pura menjadi pahlawan setelah kemenangan mereka, yang dipenuhi oleh rasa bangga diri.  Alih-alih mensyukuri nikmat, mereka malah berkeinginan kuat untuk merasakan kenikmatan duniawi, hidup dengan penuh ketamakan, dan gila jabatan. Yang kami harapkan dari pahlawan kami ialah ikhtiarnya untuk membawa sumber semangat dari puncak gunung tertinggi, tekad yang kuat, sungguh-sungguh berusaha sendiri guna mencapai kesuksesan, rela mengorbankan jiwa dan raganya demi orang lain, dan berjuang dengan ikhlas tanpa pamrih.

Biarkan pikiran mereka menjadi bersih tak ternoda. Biarkan jalan mereka menjadi lurus tanpa lika-liku. Biarkan mereka memikirkan dan menceritakan tentang hakikat kehidupan. Biarkan mereka untuk tidak menjadi munafik dan tidak memperdaya kami.

Biarkan muncul raut kesedihan dan penderitaan di wajah mereka. Biarkan wajah mereka basah berlinang air mata, dan dada mereka sesak. Biarkan hati nurani mereka menjadi hidup, tidak hitam mati. Biarkan mereka bermuhasabah diri dan berbudi luhur dengan ajaran sufi, tafakur para ulama, dan kedisiplinan dan ketundukan golongan militer. Biarkan mereka mendapatkan derajat kesempurnaan melalui perbuatan terpuji ini.

Biarkanlah mereka menolong orang terdekat kami -yang hati dan pikirannya telah terkoyak, jiwa mereka telah dirampas dari hati nuraninya – menyelamatkan mereka dari depresi yang berlarut-larut, dan semoga mereka dikembalikan ke kondisi semula seperti sedia kala.

Biarkan mereka berpegang pada kebenaran. Tidak beranggapan bahwa pikiran dan penghambaan mereka adalah satu-satunya jalan yang benar. Tidak lalai bahwa jalan menuju Sang Pencipta sangatlah banyak, sebanyak hembusan-hembusan napas ciptaan-Nya.

Biarkan mereka bersemangat menjadi insan terbaik dalam melayani dan mengabdi, namun enggan dalam menerima ganjaran dan keuntungan. Layaknya Si Tua Kato (seseorang yang memperoleh kejayaan tetapi lebih memilih menjadi petani yang sederhana dan rendah hati). Mereka harus menyingkir dari pandangan masyarakatnya setelah terpenuhinya tanggung jawab akan tugasnya dan dengan sabar menunggu tugas selanjutnya.

Para pelopor di jalan yang diridai ini senantiasa menghindari jabatan dunia. Tatkala mereka harus  menduduki suatu posisi otoritas, mereka dengan tulus dan bersikeras mengharap orang lain yang lebih layak untuk menduduki posisi tersebut.

Mereka yang dengan suka rela bekerja untuk kebangkitan umat harus tetap berada dalam jalan ini. Jika tidak, kekacauan yang ditimbulkan akibat ketidakseimbangan antara kedudukan terbatas dengan jumlah orang yang haus kekuasaan akan menjadi tidak terhindarkan dan sulit diatasi. Terutama jika gagasan ini muncul dalam jiwa-jiwa kawula muda yang belum sepenuhnya matang.

Diriku bertanya-tanya apakah kita mampu melihat ketulusan yang luar biasa dari orang-orang yang selama ini diharapkan menjadi pembimbing. Sekali lagi, kita menyampaikan keputusasaan yang kuat, mengharapkan sosok ini. Kita terus memohon kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dengan lisan seluruh makhluk – ikan di lautan dan rusa di pegunungan – agar kita tidak perlu menunggu lebih lama lagi.

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Dapatkan artikel baru setiap saat!    Yees! Tidak Sekarang