Sebuah Nafas – Definisi Jiwa Berdedikasi di Masa Kini
Ketika manusia membaca dan menulis demi bisa menjelaskan sesuatu kepada orang lain, dia bisa terjatuh dalam kelalaian. Ia bisa menganggap seeakan hanya orang lain dan bukan dirinya yang membutuhkan nasihat itu. Pada prinsipnya, yang paling butuh nasihat adalah dirinya sendiri, Bagaimana supaya apa yang diyakini dapat menjadi bagian dari karakternya di masa dimana iman terguncang dari akarnya. Saya rasa itulah definisi futuwah yang sejati. Agar imannya terus menyala, ia harus selalu ternutrisi dengan baik. Mungkin Anda duduk dan bangkit untuk salat, berpuasa menahan lapar, dan melakukan perjalanan jauh untuk berhaji. Saya tidak meremehkan penunaian ibadah tersebut, ia memiliki arti di sisi-Nya. Namun, bagi mereka yang bertahun-tahun berada di gerakan ini tapi masih saja taklid buta. Masih saja mudah jenuh & bosan, Ketika disebut nama “Allah & Nabi” hatinya tetap tidak bergeming. Masih belum bisa berseru: “Hal min mazid (هَلْ مِنْ مَزِيدٍ) /Ya Allah mau tambah lagi”.
Jika kata telah dipraktikkan berarti kata itu telah berhasil memberi pengaruh. Karena yang pengaruhnya paling kuat adalah perbuatan & representasi harian. Dan sisi paling berpengaruh dari Sang Nabi adalah bagaimana beliau mempraktikkan pesan-pesan yang diterimanya. Dan layaknya “Cermin yang Agung” beliau memantulkan cahaya-Nya ke orang-orang di sekitarnya. Ketika orang melihatnya SAW, mereka akan mengingat Allah SWT. Seolah-olah Sang Nabi sedang berdiri di hadapan Allah SWT, bukan sekedar kata ataupun sandiwara belaka.
Saat ini kita hidup di masa dimana banyak pihak muncul mengatasnamakan Islam, tetapi justru mencorengnya. Mereka yang mengaku “Aku seorang muslim”, kebanyakan malah menodai Islam. Mereka berkata: “Gampang sekali mengendalikan masyarakat kita bisa menipu mereka dengan kedok agama”. Dikatakan: “Dengan ini kita bisa jalan-jalan dengan mobil mewah berlapis baja”. Mereka membeli pesawat pribadi, membangun istana dengan ribuan kamar. Katanya demi wibawa negara. Padahal tidak ada hubungannya, walau hanya sebesar zarah. Seandainya ada hubungannya, pasti kita lihat ratusan contoh dari masa sebelumnya. Mereka tak terbebani hisab di hari kiamat atas apa yang telah mereka lakukan itu, karena tak ada satupun penyesalan yang terlihat. Berarti mereka memang berada di jalan yang salah. Bediuzzaman Said Nursi berkata: “Gunakanlah prinsip-prinsip brilian dari Al-Quran”. Zaman ini adalah masanya Al-Quran, Sunah, & mengenalkan Allah lewat amal perbuatan. Itulah prinsip dasar futuwah di masa kini. Allah tidak memberikan tugas yang tak bisa kita tunaikan. Semoga Allah memberi kita kesuksesan dalam mengemban amanah suci ini. Dengan izin Allah, semoga kita bisa menjadi representasi ruh futuwah di abad ini.