fbpx
Nutrisi Karakter

BUKANKAH MEMBACA BUKU SESUATU YANG KHUSUS BAGI ORANG YANG BISA MELIHAT?

Gemar membaca merupakan hal yang sangat penting yang bisa membawa manusia kepada hakikat, dan hati lebih menginginkannya dibandingkan dengan mata. Kejadian di bawah ini akan menggambarkan sebuah bukti yang bagus.

“Aku keluar dari rumah dengan tergesa-gesa. Dengan langkah sedikit berlari aku menuju ke stasiun metro sambil menyiapkan rancangan pelarajan yang akan aku ajarkan ke siswa-siswaku nanti, di samping itu aku juga berusaha untuk tetap berjalan di bawah atap trotoar jalan agar tidak basah dari hujan yang sedang gerimis. Aku turun ke stasiun menggunakan eskalator. Suara “tak.. tak.. tak..” yang keluar dari tongkat salah seorang yang berjalan searah denganku menghilangkan kepanikan dan semua pikiran yang ada di kepalaku. Jelas bahwa dia juga sedang buru-buru. Meskipun ia memiliki tas besar di punggung dan tongkat di tangannya, ia melaju hampir sepadan dengan kecepatanku. Ketika ku melihatnya dengan sedikit perhatian, barulah ku ketahui bahwa dia seorang wanita dan disaat yang sama juga ia merupakan seseorang yang ‘tunanetra’.

Aku bergumam dengan sendiriku “kira-kira kenapa dia buru-buru?”

Barangkali juga ia belum pernah melihat dunya ini. Walaupun berada dalam keadaan memiliki kekurangan melaju dengan sendirinya namun sikap dan cara berjalannya meninggalkan kesan ke setiap orang yang melihatnya bahwa ia adalah seorang yang percaya diri. Seketika aku lupa segalanya. Dia mulai bergerak secara perlahan seolah-olah berada dalam kamera slowmotion. Dia mengontrol kanan dan kiri dengan tongkatnya untuk mengetahui penghalang yang ada di depannya, agar bisa membuka jalan untuknya dan mungkin juga itu merupakan sebuah pertunjukan dari tekad hidup.

Aku merasakan bahwa kami akan mendekati tangga. “Apa ku tolong saja ketika turun dari tangga?”pikiranku.

Diapun kemudian mulai turun dari tangga dengan sendirinya. Seolah-olah dunia ini datar dan tidak ada halangan yang menghadang di depannya.

Apa ada sesuatu di ujung tongkat itu yang mengarahkannya atau wanita ini sedang bercanda?

Ketika aku sedang mengumpulkan semua pikiran yang ada dikepalaku, aku baru menyadari bahwa ia telah tiba di stasiun kereta api.

Rasa penasaran membawaku ke wanita ini dan aku menaiki gerbong yang sama dengannya. Setelah menempati dan duduk di kursinya, dia melipat tongkatnya dan memasukkannya ke bagian depan tasnya secara cepat. Ia membuka bagian tasnya yang lain. Aku mengira apakah ia akan membuka tasnya untuk mengambil walkman atau sejenis makanan dan minuman, aku merasa kasihan melihatnya. Tidak ada yang tau, mungkin ia sangat ingin melihat dunia ini; pepohonan, rumah, kendaraan, manusia dan mata. Sangat banyak hal yang bisa dilihat.

Dan saat itu juga aku merasa keistimewaan diriku. Mata adalah sebuah jendela yang terbuka untuk dunia dan aku masih belum mengetahui betapa berharganya sebuah mata. Yang dikeluarkan dari dalam tas wanita ini adalah sebuah buku tebal yang seketika mengganggu penglihatan dan menggores pikiran-pikiranku ini. Seseorang yang tidak bisa melihat akan membaca buku, tiba-tiba ia meraba-raba bukunya dengan ujung jari dan berhenti di suatu tempat. Kemungkinan ia telah menemukan halaman yang ia cari. Kemudian jari telunjuk, jari tengah dan jari manis tangan kanannya mulai bergerilya di atas tulisan bercetak timbul tersebut.

Ia sedang membaca, tapi ia tidak bisa melihat. Aku melamun beberapa detik.

Bukankah membaca buku sesuatu yang khas untuk orang-orang yang bisa melihat?

Aku mengerti. Ia sudah tidak membaca dengan matanya lagi, namun dengan hati, perasaan dan dengan jiwanya. Dan akupun malu pada diriku sendiri. Aku teringat sebuah buku yang selalu ku bawa selama berbulan-bulan dan baru ku baca beberapa lembarnya saja dan orang yang tidak pernah membaca buku selama bertahun-tahun. Andaikan saja mereka juga menyaksikan kejadian ini yang membuat manusia berfikir dan malu terhadapnya.

Di dunia ini ada berjuta-juta manusia. Kenapa aku? Aku lagi-lagi tertegun dengan pikiranku yang tiba-tiba macet. Ia telah menyelesaikan satu halaman dan berpindah ke halaman selanjutnya. Jari-jarinya yang bergerilya dengan lihainya di atas tulisan bercetak timbul itu mengisyaratkan bahwa ia adalah orang yang ahli dalam hal ini. Yang artinya bahwa ia adalah pembaca yang handal.

Tapi apa yang bisa ia baca?

Karena tidak mungkin ribuan buku, majalah dan koran diterbitkan setiap hari dan setiap minggu hanya untuk mereka yang tidak bisa melihat.

Dari peringatan masinis aku menyadari bahwa aku telah tiba di stasiun yang aku tuju. Hanya empat menit berlalu dan membaca buku merupakan sesuatu yang penting walaupun di waktu yang sesingkat ini. wanita yang memberikan pelajaran padaku itu memasukkan bukunya kedalam tas, ia bersiap-siap untuk turun. Dan sesaat kemudian kereta apipun berhenti. Aku menunggu hingga ia turun. Ia melaju dengan suara tongkatnya diantara orang-orang yang turun. Aku melihat dari belakang beberapa detik. Suara tongkat yang berbunyi “tak” tersebut menggema di dalam otakku sambil berkata baca.. baca.. baca.. dan bersyukurlah.

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Dapatkan artikel baru setiap saat!    Yees! Tidak Sekarang