Jangan biarkan diri terperangkap dalam rasa takut yang berlebihan. Jika kita selalu membiarkan diri terjebak dalam ketakutan, maka kita hanya akan memicu hal yang kita takutkan itu menjadi nyata. Dalam semangat berani, ada pesan mendalam dari para tokoh yang memegang teguh nilai-nilai kebenaran dan keberanian, seperti yang diungkapkan oleh Badiuzzaman Said Nursi. Beliau menegaskan, “Jikalau pun seluruh kekuatan dunia digunakan untuk melawan saya, kepala yang rela dikorbankan demi kebenaran Al-Qur’an ini tak akan menyerah kepada para Zindik.” Ungkapan ini mengajak kita untuk tak gentar, meski menghadapi ancaman yang tampaknya besar dan tak terkalahkan.
Baniuzzaman Said Nursi dengan lantang menyampaikan bahwa kematian bukanlah akhir dari perjuangan, justru sebaliknya, ia akan menjadi ledakan semangat yang menghancurkan kezaliman. “Setelah membunuh satu orang yang setia, kalian tidak akan hidup tenang. Kematian saya akan meledak seperti bom yang menghancurkan kepada kalian. Jika kalian ingin hidup tenang, jangan ganggu saya,” ungkapnya. Pesan ini menjadi pelajaran bagi kita untuk tidak takut menghadapi kezaliman dan ancaman, tetapi sebaliknya, hadapi dengan keyakinan dan keteguhan iman. Ketahuilah, pembalasan dari Allahﷻ bagi ketidakadilan akan datang, bahkan dengan kekuatan yang berkali-kali lipat.
Harapan beliau pada Allahﷻ adalah bahwa kematian dapat lebih melayani agama daripada hidupnya sendiri. Ucapan ini menegaskan pengorbanan total, bahkan hingga titik terakhir, demi keyakinan. Semangat seperti ini harus diwarisi oleh generasi setelahnya, untuk tidak takut atau gentar melawan ketidakadilan dan kezaliman. Keberanian yang terpancar dalam kata-kata tersebut menyiratkan bahwa setiap dari kita memiliki potensi untuk menjadi suara zaman, menghadapi tantangan dengan keteguhan yang kuat.
Ketika kota Istanbul diduduki, tampak di tengah-tengah tentara penjajah seorang uskup Gereja Anglikan dengan keangkuhan dan pertanyaan menantang kepada umat Islam. Pada saat seperti inilah seorang “Pahlawan Zaman” muncul dan mengangkat suaranya dengan penuh keteguhan. Dalam kondisi di mana ketangguhan dan perlawanan mutlak diperlukan, beliau memberikan perlawanan yang nyata.
Bisa saja, dalam keadaan penuh tekanan dan intimidasi, Badiuzzaman memilih untuk menjawab tantangan itu dengan tindakan, yaitu meludah. Meludah bukan pada orang, tetapi pada wajah ketakutan, pada wajah ancaman, pada wajah pengusiran, kehancuran, perbudakan, dan kezaliman. Sebuah simbol dari ketidakpatuhan terhadap ancaman yang menindas. Inilah bentuk keberanian dan keyakinan yang luar biasa, bahwa rasa takut harus dilawan, bukan ditakuti.
Siapakah yang benar di antara mereka yang berjuang untuk kebenaran dan mereka yang menyebarkan kezaliman? Hanya waktu yang akan menunjukkan kebenarannya. Waktu tidak pernah berdusta; ia adalah saksi yang selalu akurat dalam menafsirkan hasil dari setiap tindakan. Keberanian yang dibarengi dengan kebenaran akan tetap bersinar, meskipun mungkin harus melewati jalan panjang.
Percayalah pada tafsiran waktu, karena waktu adalah manifestasi dari kehendak, kekuasaan, perlindungan, dan pertolongan Allah. Semoga Allah tidak mencabut keberanian dan keyakinan itu dari kita semua, karena keberanian adalah kunci untuk mengalahkan ketakutan dan menghadapi segala rintangan dengan hati yang mantap. Aamiin.