Kerja keras adalah lawan dari sikap santai. Secara fitrah manusia membutuhkan makan, minum dan istirahat. Tetapi manusia seharusnya mempunyai kemampuan berpikir dan kemauan yang kuat untuk bisa memenuhi kebutuhannya itu secara seimbang. Oleh karena itu ketika rasa santai dan malas datang menghampiri seseorang, maka orang tersebut harus mulai berpikir dan mulai menggunakan keinginan mau melakukan sesuatu yang kuat untuk melawannya. Jika ia merasa apa yang sudah dilakukannya itu belum cukup maka ia harus menerima bahwa hasil yang akan diperoleh adalah sesuai dengan apa yang telah diusahakannya. Sebenarnya hasil yang diperoleh dari usaha kita tidak mesti harus sesuai dengan yang kita inginkan atau berhubungan dengan apa yang kita lakukan, terkadang hasil yang diperoleh adalah berupa rasa nyaman ataupun bertambahnya semangat dan motivasi kita. Sebagai contoh, jika kita sudah bekerja keras dalam belajar untuk ujian matematika, ternyata hasil yang didapatkan kurang memuaskan, maka sikap kita seharusnya bisa menerimanya dan berusaha lebih keras lagi pada ujian selanjutnya. Bukan berarti kerja keras kita itu tidak ada artinya, tetapi justru kita mendapatkan semangat baru dalam belajar dan belajar dari kesalahan yang mungkin kita lakukan pada ujian tersebut. Jika kita bekerja keras maka motivasi kita akan meningkat, memberi pengalaman buat kita, menguatkan semangat kita dan pada akhirnya akan membawa keberhasilan pada kita
Dalam setiap keberhasilan terdapat dua kebaikan. Pertama, perasaan bersyukur kepada Tuhan YME yang telah memasukkannya ke dalam lingkaran kebaikan dengan sikap tidak menyombongkan diri terhadap apa yang telah diraihnya. Kedua, diberikannya kesempatan bagi dirinya untuk terus berjuang melawan nafsu pada dirinya yang selalu mengatakan bahwa keberhasilan ini berasal dari dirinya sendiri. Kita seharusnya bersyukur terhadap pertolongan yang diberikan Tuhan YME sehingga kita bisa mencapai semua ini. Dengan ini Tuhan YME akan melipat gandakan kebaikannya kepada kita sehingga semakin banyak kebaikan yang akan diperoleh.
Rasa malas disebabkan karena perasaan ingin selalu bersantai dan menyebabkan terjadinya ketidakteraturan. Nafsu kita selalu menginginkan ini, sehingga pada kesempatan pertama kita harus melawannya setelah kita berhasil pada kesempatan pertama, maka akan sangat mudah bagi kita untuk mengalahkannya. Rasa malas juga bisa timbul karena banyaknya hal yang harus dilakukan. Yang harus dilakukan adalah memulai segala sesuatunya dengan perencanaan, tetapkan benang merah dan point penting dari segala halnya, kemudian mulailah membagi waktu dan pekerjaan yang harus dilakukan. Pada saat kita sudah mulai melakukannya walaupun 10% darinya maka akan timbul suatu kepuasan tersendiri, kita akan mulai berpikir positif, jika 10% nya sudah bisa terselesaikan maka sisanya akan bisa terselesaikan juga. Oleh karena itu, rasa malas harus dilawan, jangan mengalah diawal, harus berjuang dengan kemauan yang keras walaupun susah, ketika kita mampu melawan itu semua maka kita akan mendapatkan kenikmatan, kepuasan dan kenyamanan yang tidak bisa didapatkan dalam kemalasan.
Setiap orang yang memiliki kepercayaan yang kuat terhadap Tuhan YME harus selalu aktif bergerak setiap saat. Aktif bergerak sudah menjadi prinsip dalam hidupnya baik dalam bekerja dan istirahat sekali pun. Ia pintar membagi waktunya dan tak pernah menyia nyiakannya. Di luar kebutuhan fitrahnya untuk tidur, ia mempunyai prinsip “active break” yaitu beristirahat dengan cara mengganti kegiatan yang dilakukan, ia mempunyai metode yang dinamis dalam kehidupannya, “istirahat dalam bekerja, bekerja dalam istirahat”.
Sebagaimana atom dan galaksi yang selalu bergerak dan aktif melakukan tugasnya masing-masing, begitu juga semua entitas yang lain, maka tidak bisa terpikirkan jika manusia sebagai ciptaan terbaik Tuhan memiliki sifat malas. Karena kemalasan, kemonotonan akan berujung pada ketiadaan. Sesuatu yang nikmat, jika terlalu sering dirasakan akan hilang kenikmatannya. Oleh karena itu, orang yang malas dan tidak aktif bergerak adalah orang yang rugi dan selalu membawa masalah. Sebagai kesimpulan, orang yang bekerja keras akan mencapai kebahagiaan, mewarnai dirinya dengan rasa syukur bukan hanya dengan keluhan.
Penuntut ilmu memiliki tanggung jawab kepada masyarakat, yaitu untuk menuntut ilmu, Ia harus fokus menuntut ilmu, Ia tidak boleh menyia-nyiakan waktunya, Ia harus mengatur waktunya dengan baik, Ia harus menghayati prinsip “ta’awun,” yaitu saling membantu antar sesama penuntut ilmu. Ia akan saling membutuhkan bantuan dari sesamanya, Para penuntut ilmu harus serius dalam menuntut ilmu, tidak boleh menyalahgunakan niat baik dari masyarakat. Karena masa depan sebuah bangsa bergantung pada kualitas generasi penuntut ilmunya.
Kalau tidak diperhatikan, maka bangsa itu akan runtuh. Ia harus belajar siang malam. Kalau perlu tidur hanya 4 jam, sisa 20 jamnya harus digunakan untuk menuntut ilmu sampai otaknya berdenyut, dengan istilahnya Necip Fazil, “isi otaknya harus sampai keluar lewat hidung”. Saking seriusnya, kalau perlu kerja di laboratorium sampai pingsan, atau tertidur di atas tumpukan buku. Pekerjaan yang normalnya selesai 10 hari harus dipersingkat jadi 2 hari saja. Waktu tidak boleh disia-siakan, Tuhan YME akan meminta pertanggungjawabannya. Waktu adalah aset paling berharga bagi manusia. Kalau memang mau mengerjakannya, selesaikanlah secepat mungkin… Apa saja yang perlu digunakan, gunakanlah dengan tepat, Ambillah banyak referensi, Binalah hubungan baik dengan gurumu. Dengan loyalitas yang sempurna, agar hak masyarakat juga bisa ditunaikan serta agar tidak mengecewakan dan tidak mengotori husnuzan masyarakat. Maka para penuntut ilmu harus belajar dengan serius sehingga masyarakat pun kagum dan berkata: “Usaha kalian menuntut ilmu demi kemajuan bangsa sungguh luar biasa!”