Aliran Mata AirNutrisi Karakter

Manusia Keprihatinan

Manusia Keprihatinan[1]

Sebenarnya saya tidak terlalu paham makna keprihatinan (اِضْطِرَاب). Semua orang dapat merasakan keprihatinan dengan derajatnya masing-masing. Apakah yang saya rasakan ini layak disebut sebagai keprihatinan atau tidak, izinkanlah saya menyampaikan beberapa gambaran dan cerita. Selanjutnya, Anda bisa putuskan apakah perasaan ini termasuk keprihatinan atau tidak.

Dalam peristiwa tsunami Aceh, diperkirakan 170ribu orang meninggal dunia. Banyak orang kehilangan orang-orang yang dicintai, tempat tinggal, dan mata pencaharian. Demikian juga tsunami Palu, terdapat lebih dari 2000 orang meninggal dunia. Sementara itu, nilai manusia tak lagi berharga di beberapa tempat. Di banyak kerusuhan, nyawa pun melayang, di antaranya di Papua kemarin.

Saya rasa, apa yang saya rasakan tersebut adalah keprihatinan yang wajar dirasakan manusia. Walaupun mungkin ia tak bisa disebut sebagai keprihatinan sejati. Untuk mengetahui makna keprihatinan sejati, kita harus mempelajarinya dari Nabi Muhammad SAW serta tokoh-tokoh yang hidup seperti Nabi Muhammad. Bagaimana keprihatinan membuat sosok-sosok agung seperti mereka merintih dan terpilin. Al Quran menjelaskan keprihatinan Baginda Nabi secara tersirat di banyak tempat, sedangkan secara tersurat terdapat dalam satu-dua ayat seperti ayat berikut:

لَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَفْسَكَ عَلَىٰ آثَارِهِمْ إِنْ لَمْ يُؤْمِنُوا بِهَٰذَا الْحَدِيثِ أَسَفًا

“Maka (Apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati setelah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al Quran)” (QS Al Kahfi: 6)

لَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَفْسَكَ أَلَّا يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ

“Boleh jadi kamu (Muhammad) akan membinasakan dirimu, karena mereka tidak beriman” (QS Asy Syuara: 3)

Dari ayat tersebut dapat kita pahami betapa hancur leburnya hati Baginda Nabi kita, sehingga Allah SWT pun lewat ayat ini memperbaiki kondisinya. Demikianlah dimensi kebijaksanaan manusiawi dari seorang Nabi. Perasaannya telah mengatakannya: “Andaikata nilai-nilai kemanusiaan tidak hidup, tidak ada artinya aku hidup.  Andaikata umat manusia tidak hidup dalam ketenteraman, tidak ada artinya aku hidup dalam ketenteraman. “ Demikianlah kerangka keprihatinan dari seorang nabi!

Orang-orang pernah bertanya kepada sosok agung abad 20, yaitu Bediuzzaman Said Nursi: “Apakah Anda tidak berencana untuk menikah?” Jawabannya:”Problematika umat manusia melampaui kebutuhan hidupku sehingga aku pun tidak menemukan waktu untuk memikirkan keadaanku.” Memang jawaban apalagi yang bisa kita harapkan muncul dari seseorang yang berteriak :”Dakwahku!” saat terpeleset dari Benteng Van.

Lalu kubandingkan teriakan ini dengan teriakanku saat mobil yang kukendarai hampir mengalami kecelakaan. Betapa egoisnya teriakanku!.  Seseorang yang mengikatkan dirinya pada dakwah tidak akan memikirkan keadaan dirinya dan berteriak “Allah” agar menyelamatkannya, tetapi ia akan mengingat cita-citanya dan meneriakkannya dengan lantang:”Dakwahku!”. Demikianlah potret manusia keprihatinan, dimana jiwanya yang agung telah memprogramkan dan mengikatkan semua umur dan takdir kehidupannya kepada takdir umat manusia. Keadaan beliau pun dapat disimak dari pernyataan yang dikeluarkan oleh murid dan orang terdekatnya:”Apabila terdapat jantung yang akan berhenti berdetak karena keprihatinan, maka demi mendengar kabar bahwa  terdapat anak muda yang meninggal dunia tanpa membawa iman, sudahlah cukup hal itu membuat jantung tersebut tercabik-cabik hingga berkeping-keping sejumlah zarah dan atom.  Menurut saya, salah satu penjelasan dari makna keprihatinan adalah dengan menjadi representasi dari pernyataan tersebut…

Saya yakin bahwasanya generasi baru yang sedang tumbuh akan mampu menjadi representasi dari keprihatinan di takaran tersebut. Maka jadilah kalian seperti sosok itu, insya Allah! Bangkitlah sebagai tombol keprihatinan, biarkan ia meresap ke dalam otak Anda! Tahanlah kebutuhan duniawimu, mondar-mandirlah kalian karena memikirkan problematika umat manusia! Mohonkanlah keselamatan umat Nabi Muhammad kepada Allah SWT tanpa kenal henti! Sebelumnya saya pernah menyampaikannya, kini saya ingin mengulanginya kembali dengan izin dari Anda:

Jika saya mampu, saya ingin membagikan rasa gelisah ini ke setiap diri Anda yang akan membuat kalian lupa jalan pulang. Saya akan lakukan hal yang sama agar Anda menguasai ilmu, pengetahuan, mencintai penelitian, mengembangkan sains dan teknologi, serta agar suara kalian didengar oleh peradaban. Akan saya kerjakan dan usahakan agar kalian tergila-gila pada semangat berdakwah. Tentu saja saya tidak mampu melakukannya. Akan tetapi jika seandainya bisa, saya akan memohonkan hal itu kepada Allah SWT. Betapa inginnya saya agar keluar suara dari langit : “Boleh jadi kamu  akan membinasakan dirimu, karena mereka tidak percaya kepada pesan-pesanmu!” Saya yakin suatu saat Allah akan mengantarkan Anda untuk tiba di ufuk ini. Saya yakin suatu saat Allah akan membuat wajah dunia tersenyum kembali lewat keprihatinan-keprihatinan Anda.  Seandainya hari itu tidak lama lagi tiba..

[1] Diterjemahkan dari artikel berjudul “Izdırap insanı” yang bisa di akses di https://fgulen.com/tr/fethullah-gulenin-butun-eserleri/fasildan-fasila/fethullah-gulen-fasildan-fasila-2/11340-izdirap-insani

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You may also like