DITULIS OLEH: MUHAMMAD FETHULLAH GÃœLEN HOCAEFENDI
Berdo’a merupakan tugas utama yang harus senantiasa dilakukan oleh seorang da’i, karena berdo’a adalah sarana yang paling utama untuk berhubungan dengan Allah Swt. Masalah ini sangat dibutuhkan oleh setiap orang, terutama para nabi dan da’i, karena untuk memberi petunjuk kepada manusia tidaklah mudah, dan kewenangannya hanya di tangan Allah Swt. Dia yang berhak memberi petunjuk atau kesesatan bagi siapapun yang dikehendaki-Nya. Jadi, manusia, siapa pun, tidak berwenang memberi petunjuk atau memberi kesesatan kepada siapapun. Tentang masalah ini, Allah Swt telah berfirman, “Katakanlah (kepada orang-orang musyrik), “Tuhanku tidak mengindahkan kamu, melainkan kalau ada ibadatmu. (Tetapi bagaimana kamu beribadat kepada-Nya), padahal kamu sungguh telah mendustakan-Nya? Karena itu, kelak (azab) pasti (menimpamu),” (QS al-Furqân [25]: 77).
Kesimpulannya, setiap mukmin, khususnya para nabi dan da’i, harus rajin memohon kepada Allah Swt untuk diberi kemudahan membuka pintu hati para pendengarnya. Adakalanya, karena do’a seorang yang mukhlis, banyak orang yang diberi petunjuk oleh Allah Swt lebih dari yang diberi ceramah. Sehingga, do’a mempunyai kekuatan bagai sihir yang dapat memengaruhi hati orang banyak. Selain itu, do’a juga menjadi senjata orang mukmin dan benteng yang paling ampuh baginya, baik di masa lalu maupun di masa kini. Karenanya, setiap da’i harus rajin memohonkan petunjuk kepada Allah Swt bagi umatnya sebelum ia berdakwah; kemudian, setelah itu, ia berdakwah semampunya. Dengan kalimat yang lebih sederhana, dapat dikatakan di sini bahwa setiap da’i harus berdo’a, menggunakan cara-cara yang masuk akal, sederhana, menarik, dan menimbulkan simpati agar dakwahnya bisa diterima oleh orang banyak.
Rasulullah Saw. telah berusaha sekuat tenaga untuk menyampaikan dakwahnya kepada kaumnya dengan berbagai cara, tetapi beliau tidak pernah terlepas dari berdo’a. Disebutkan bahwa beliau Saw. pernah berdo’a memohon pertolongan Allah Swt agar hati Ê¿Umar bin Khattab dibuka untuk masuk ke dalam Islam. Do’a beliau Saw. diterima; tidak lama setelah itu, Umar diberi petunjuk oleh Allah Swt untuk masuk Islam.
Disebutkan bahwa pada suatu hari, Abu Hurairah meminta do’a dari Rasulullah agar hati ibunya dibuka sehingga mau menerima Islam. Dalam sebuah riwayat yang lain, disebutkan bahwa Abu Hurairah ra. berkata, “Pada suatu hari, aku mengajak ibuku masuk ke dalam Islam, ketika ia masih sebagai wanita musyrik. Namun, ia mengata-ngatai Islam, sehingga aku datang kepada Rasulullah Saw. seraya menangis, “Ya Rasulullah Saw., tadinya aku mengajak ibuku masuk ke dalam Islam, tetapi ia menjelek-jelekkan Islam. Karena itu, do’akan semoga ibuku mau masuk Islam.” Kemudian, Rasulullah Saw. berdo’a, “Ya Allah, berilah petunjuk kepada ibunya Abu Hurairah.” Kemudian, aku keluar pulang ke rumahku untuk mengabarkan kepada ibuku tentang do’a beliau baginya. Namun, anehnya, ketika aku tiba di depan pintu rumahku, aku lihat pintu rumahku tertutup. Ketika ibuku mendengar langkah kakiku, ia berkata, “Tunggulah sebentar, wahai Abu Hurairah.” Aku mendengar ia sedang mandi; setelah itu, ia memakai baju dan kerudung, kemudian ia membuka pintu seraya berkata, “Wahai Abu Hurairah, aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi juga bahwa Muhammad adalah hamba Allah dan Rasul-Nya.” Kata Abu Hurairah, “Kemudian aku kembali ke tempat Rasulullah Saw. sambil menangis atas keislaman ibuku.”