Karya Pembaca: Mahir Martin
Kesalahan dan Cara Menyikapinya
Manusia adalah makhluk Tuhan yang tak bisa terhindar dari kekhilafan. Baik disengaja maupun tak disengaja, manusia melakukan kesalahan, manusia lupa dan alfa, manusia menyimpang dan melakukan dosa.
Kesalahan diidentikkan dengan perbuatan setan. Sebuah dosa atau kesalahan terjadi karena manusia mengikuti bujukan, rayuan, dan ajakan setan. Setelah manusia melakukan kesalahan, setan akan mengajak manusia melakukan pembenaran.
Bagi orang yang taat dan memiliki karakter kuat, setelah melakukan kesalahan, alih-alih mencari pembenaran, mereka akan kembali kepada Rabbnya untuk mencari pintu maaf atas kesalahan yang dilakukan.
Dalam al-Quran ditegaskan,
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui” (Q.S 3:135).
Memohon ampun ketika melakukan kesalahan bukan perkara mudah. Kesalahan akan membawa manusia kepada lingkaran fasid. Fasid adalah perbuatan, pekerjaan, isi hati yang rusak atau busuk. Berada dalam lingkaran fasid membuat manusia akan selalu berada dalam lingkungan yang rusak dan busuk. Hal ini menyebabkan manusia sangat rentan untuk terus melakukan kesalahan dan sulit keluar darinya.
Seperti kita ketahui, manusia sangat dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia berada. Dalam diri manusia terdapat sifat berlian dan juga sifat arang. Lingkungan yang akan menentukan sifat mana yang akan lebih dikedepankan. Jika manusia berada dalam lingkaran fasid, sudah barang tentu sifat buruklah yang akan lebih menonjol. Sifat arang akan lebih terlihat dan menutupi sifat berlian yang ada pada dirinya.
Setiap kesalahan yang dilakukan manusia akan membuat noda hitam dalam diri manusia. Noda yang akan membekas di benak manusia, sekecil apapun noda itu ditorehkan. Noda kecil akan membesar jika tidak segera dibersihkan. Oleh karenanya, sekecil apapun kesalahan tidak seharusnya diremehkan. Kesalahan yang besar maupun yang kecil sekalipun, seharusnya bisa dibersihkan dengan segera melakukan taubat dan permintaan ampun kepada-Nya.
Ketika seseorang melakukan kesalahan, maka yang seharusnya dilakukan adalah bermuhasabah dan kembali kepada Rabbnya, meminta maaf dan bertobat dengan sebenar-benarnya. Namun sayangnya, terkadang kita melupakannya. Terkadang kita lebih sibuk melakukan pembelaan diri, merasa diri tak bersalah, dan melakukan pembenaran.
Kita seolah tidak menyadari atas kesalahan yang kita lakukan.
Jika muhasabah benar-benar dilakukan, maka akan terbentuk perasaan bersalah dalam diri. Seseorang yang sadar atas kesalahan yang dilakukan akan fokus mengarahkan dirinya untuk bertobat dan hidup dalam pengharapan untuk mendapatkan maaf dari Rabbnya walaupun ia sendiri tak bisa memaafkan dirinya sendiri yang telah melakukan kesalahan tersebut.
Oleh karenanya, agar terhindar dari melakukan kesalahan, manusia harus terus berhati-hati. Manusia seharusnya menghindar dari lingkaran fasid yang ada dihadapannya, menjauh dari perbatasan untuk masuk kedalamnya. Berjalan di perbatasan, sewaktu-waktu bisa membuat manusia tergelincir ke dalamnya, masuk ke dalamnya tanpa ia sadari.
Ya, terkadang kita memang tak sadar dalam melakukan kesalahan, tak sadar masuk ke lingkaran fasid yang bisa membuat kita justru melakukan pembenaran terhadap kesalahan yang kita lakukan. Bahkan bisa saja kita justru sibuk menyalahkan orang lain atas kesalahan yang kita lakukan.
Hal ini sesuai dengan sebuah kaidah bahwa seseorang yang sibuk dengan menyalahkan orang lain, tak akan mampu melihat kesalahan dirinya sendiri.
Seseorang yang selalu mencari-cari noda dalam diri orang lain, tak akan menyadari dirinya yang berada dalam kubangan lumpur yang penuh dengan noda.
Alhasil, kita harus sangat berhati-hati dalam kehidupan. Kita harus berusaha menjaga diri untuk tidak melakukan kesalahan dan kekhilafan. Kita juga harus menyadari bahwa kita hidup di dalam dunia yang licin, yang sewaktu-waktu bisa membuat kita tergelincir ke dalam kesalahan.
Selain itu, kita juga seharusnya bisa mengulurkan tangan kepada orang-orang yang memiliki kemungkinan untuk tergelincir di tempat yang sama, karena inilah yang dibutuhkan dari keimanan dan kasih sayang kita kepada sesama manusia.