Ustadz Bediüzzaman, sosok teladan yang menghabiskan kehidupannya di bawah naungan Al-qur’an dan sunnah, tidak hanya seseorang yang penuh semangat dan ambisi, tetapi juga seseorang yang penuh logika dan gagasan.
Dalam mahakaryanya, beliau mempersembahkan luasnya iman, akhlak, dan kalbu Islami dalam bentuk yang begitu murni. Beliau adalah sosok yang luar biasa pada zamannya. Sosok yang dijiwai oleh rasa kemanusiaan, kesetiaan, kerendahan hati, kesucian, dan keikhlasan, beliau adalah sosok yang luar biasa.
Meskipun tampilan luarnya amat sederhana, beliau adalah sosok yang memiliki visi dan kedalaman baik dalam pemikiran maupun perilakunya. Beliau terus-menerus menggali solusi permasalahan umat di bawah semarak cahaya Al-qur’an dan sunnah.Â
Tidak hanya sebagai ulama yang ahli berlogika, beliau juga mampu mencerminkan satu karakter kuat dalam pemikiran dan perilakunya. Beliau mampu merangkul semua umat dengan pemikiran tajamnya dan melawan dengan keras kekufuran, kesewenang-wenangan, dan penyimpangan.
Mereka yang sungguh beruntung berada di sisinya telah melihat kedalaman spiritual, kebijaksanaan, kesederhanaan, keikhlasan, dan kerendahan hati sosok ini. Merekalah murid Risalah Nur.Â
Salah satu ciri-ciri utama mereka yang menjadi murid pertama Ustad Said Nursi adalah sifat kepekaan dalam mengabdi kepada agama dan Islam yang begitu dalam, dan tanpa mengharap imbalan apapun. Mereka yang tidak pernah bergumam “Aku telah mengabdi” ternyata sukses besar dalam perjuangannya, mengingat mereka menjauhkan diri kekayaan dunia, kemunafikan, dan kepuasan diri.
Mereka adalah para profesional di bidangnya masing-masing. Tatkala mereka menghadapi cobaan dan kesulitan, mereka akan mengalahkannya dengan kekuatan iman dan keikhlasan. Tentu hal ini terjadi dengan izin Allah Azza wa Jalla.
Para pejuang generasi pertama Risalah Nur, yang sangat meneladani guru mereka, mereka menempuh jalan penuh kebaikan dan aksi positif dengan tujuan menjaga ketertiban dan kedamaian dalam kehidupan masyarakat.
Dengan berlandaskan pada intisari Risalah Nur, mereka memiliki sasaran untuk mengabdi kepada agama dan Alquran atas nama-Nya yang agung tanpa menyinggung siapapun, dengan penuh kedamaian.
Mereka tidak menaruh nilai pada pribadi diri mereka.
Begitulah jalan khidmah:
Seseorang harus mengabdikan imannya semata-mata demi Tuhan, setiap tindakannya adalah penghambaan yang tulus dan murni.
Seseorang harus berhati-hati dalam menjaga keikhlasannya, karena alasan inilah, ia harus mampu menjauhkan diri dari keinginan duniawi, pangkat, ketenaran, dan kemakmuran.
Benih-benih khidmah yang telah menyinari dunia bagai sang surya, ternyata ditabur oleh segelintir orang, yang mereka memandangi dunia yang sementara ini seperti sesuatu yang tidak mempunyai nilai apapun.
Mereka adalah orang yang berhati mulia, tanpa gelar dan pangkat duniawi. Keikhlasan, altruisme, pengorbanan, dan bantuan harta dan amal mereka telah membuahkan perkembangan khidmah sampai hari ini, yang begitu indah penuh makna.Â
Tren untuk hijrah atau berpindah tempat tinggal dalam kalangan Muslim sekarang semakin meluas ke seluruh empat penjuru dunia, ini semuda masih terus terjaga karena kekuatan nilai-nilai terpusat ini. Â
Tanpa keraguan sedikitpun, di belakang kekuatan ini berdirilah Ustadz Bediüzzaman, yang menolak untuk menerima imbalan meski sebesar biji gandum.
Di sisinya, berdirilah murid-muridnya yang istimewa: Hulusi Yahyagil, Hüsrev Altmbak, Hafiz Ali, Tahiri Mutlu, Zübeyir Gündüzalp, Ceylan Callkan, Mustafa Sungur, Bayram Yüksel, Hüsnü Bayram and Abdullah Yeğin.
Seperti yang dijelaskan oleh Osman Yüksel Serdengeçti, Ustadz Bediüzzaman, yang dikelilingi orang-orang dengan rentang usia delapan hingga delapan puluh tahun, memiliki kebijaksanaan yang tinggi dalam berkhidmah untuk Al-qur’an dan Islam.
Mereka yang berada dekat dengannya memiliki kualitas iman yang tidak dapat digambarkan. Tidak peduli berbagai halangan yang merintang dihadapannya, hati yang haus akan iman terus mengalir dalam semangat kalbu mereka. Mereka yang mengamalkan Risalah Nur sejatinya menempuh jalan kebahagiaan abadi.Â
Dengan jiwa yang suci nan mulia dan keyakinan yang terhubung dengan kebenaran abadi, putra-putra Anatolia yang tulus dan setia telah berkumpul di sekitar pejuang khidmah. Seorang pria beruntung yang hidup dalam rentang Era Konstitusi, periode Komite Persatuan dan Kemajuan dan Republik untuk turun dari dataran tinggi di timur dengan iman yang tak tergoyahkan yang membuatnya tetap tegak sementara lainnya banyak yang menghilang tertelan dalam lembaran sejarah.
Orang-orang yang beruntung ini selalu berada di sisi sang Bediüzzaman, meskipun beliau dipenjara dan diseret jasmaninya ke panggung eksekusi. Di sampingnya, mereka telah menghadapi berbagai bentuk ancaman. Kendati demikian, dengan berlandaskan pada kekuatan iman, mereka tetap berdiri tegak dan tetap mengabdi hingga akhir hayat nanti.