Jika kita perhatikan hadist-hadist Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam kita bisa melihat bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam sangat memerhatikan persahabatan dan pertemanan. Seorang mukmin dengan saudaranya, harus rida terhadap persahabatan mereka. Yang artinya, ia harus mampu mencintai saudaranya karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala, dan oleh karenanya mereka membangun persahabatan dan persaudaraan. Didalam salah satu hadist Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam disebutkan :
”Tali iman yang paling kuat adalah bersahabat karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan bermusuhan karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala, dan juga cinta karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan benci karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala”.
Pada kenyataannya, persahabatan yang dibangun atas dasar cinta kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan berlanjut hingga berabad-abad, sebaliknya jika persahabatan di dasari oleh landasan untuk saling memanfaatkan maka persahabatan itu bisa kandas di dunia ini. Orang yang saling mencintai dan bersahabat karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak akan ada rasa untuk saling memanfaatkan sama sekali, dalam Al-Qur’an Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman yang artinya :
“Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa”. (Az-Zukhruf, 43/67)
Jelas bahwa pertemanan yang dilakukan selain dari cinta kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala maka di akhirat kelak akan menjadi musuh yang nyata.
Disamping itu tidak ada naungan selain naungan Allah Subhanahu Wa Ta’ala, di padang mahsyar salah satu dari mereka yang akan mendapat perlindungan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala adalah “Orang yang saling mencintai karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala” yang di nukilkan di dalam hadist berupa penghargaan bagi mereka yang saling mencintai karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Seorang mukmin harus membangun persahabatan karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan seorang sahabat akan membawa sahabatnya untuk saling mengenal Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Karena persahabatan yang terbaik adalah persahabatan yang membawa kita untuk mengenal Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dalam hadist-Nya menjelaskan sebuah persamaan yang memukau tentang sahabat :
“Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap”.
Hadist Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam “Seseorang itu tergantung pada agama teman dekatnya” yang menganjurkan kita agar lebih berhati-hati dan memperhatikan ketika memilh teman. Karena teman yang baik akan membawa kita ke surga dan teman yang buruk akan membawa ke neraka.
Persahabatan seperti dua tubuh yang bekerjasama dalam satu roh. Teman dan sabahat adalah modal dunia dan akhirat kita. Mereka merupakan nilai-nilai berharga untuk memperoleh kebahagiaan di dunia ini dan akhirat kelak. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dalam hadist-Nya menjelaskan tentang hal ini :
“Sesungguhnya di antara hamba-hamba Allah Ta’ala terdapat beberapa manusia yang bukan para nabi dan orang-orang yang mati syahid. Para nabi dan orang-orang yang mati syahid merasa iri kepada mereka pada Hari Kiamat karena kedudukan mereka di sisi Allah Ta’ala. ” Mereka berkata, “Wahai Rasulullah, apakah anda akan mengabarkan kepada kami siapakah mereka? Beliau bersabda: “Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai dengan ruh dari Allah tanpa ada hubungan kekerabatan di antara mereka, dan tanpa adanya harta yang saling mereka berikan. Demi Allah, sesungguhnya wajah mereka adalah cahaya, dan sesungguhnya mereka berada di atas cahaya, tidak merasa takut ketika orang-orang merasa takut, dan tidak bersedih ketika orang-orang merasa bersedih. ”Dan beliau membaca ayat ini: “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”.