Dawai Kalbu

Sebuah Nafas – Obat Kesetiaan & Racun Statisitas

Sebuah Nafas – Obat Kesetiaan & Racun Statisitas


 Kita memiliki kewajiban untuk mencari kebersihan hati dalam setiap peristiwa yang terjadi pada diri kita. Membiarkan diri kepada tepian khayalan, pandangan yang buruk, kata-kata yang buruk, mendengar bahasan yang tidak baik, menyimak gibah, dengan berkata: “Bisa jadi,” memberi isyarat setuju akan sebuah fitnah, hal yang demikian adalah undangan  bagi datangnya bala dan musibah. Satu undangan sudah cukup untuk memanggil ribuan bala dan musibah sekaligus. Oleh sebab itu Rasulullah SAW dalam sehari beristigfar sebanyak 70-100 kali. Istigfar yang beliau baca seakan menjadi benteng serta penolak bala dan musibah.

رَبَّنَا لاَ تُعَذِّبْنَا بِذُنُوبِنَا

Yaa Allah, jangan Engkau tinggalkan kami ditimpa musibah karena dosa-dosa kami! Ampunilah kami Yaa Ghaffar! Tutupilah aib kami, Yaa Sattar! Ampunilah kami, Yaa Afuw…!

Sidik (al-shidq)  adalah kata yang digunakan oleh orang Mukmin. Seorang mukmin harus hidup dan berzikir dengan kalimat tersebut. Kalbu yang berpotensi untuk layu, pudar, dan mudah roboh harus dikokohkan dengan kesetiaan. Seorang manusia setelah beriman, keterjagaan imannya bergantung pada aksi dan amal yang dia lakukan. Lewat ikhlas beramal demi meraih ridaNya, maka iman manusia akan tetap segar dan hidup. Jika manusia statis dalam beramal, ia tak bisa menghindari kondisi seperti daun yang berguguran ditiup angin. Misalnya sekarang,  kita sedang dilempar ke dalam sumur, seperti Nabi Yusuf as. Atau kita sedang ditelan ikan besar, seperti Nabi Yunus bin Matta as. Apa yang bisa dilakukan dalam kondisi tersebut? Yang bisa dilakukan adalah tetap beramal…tetap beramal…

Iman jika tidak dinutrisi oleh aksi akan pudar dan layu, seperti halnya daun yang berguguran. Daun yang gugur bagi bunga yang bermekaran adalah kotoran di sekitar tanah. Jika Anda menggunakan segala usaha yang mampu Anda lakukan, maka itu adalah undangan bagi hadirnya rahasia ahadiyah di dalam nur tauhid. Teruslah berjalan… teruslah berjalan… teruslah berjalan… Teruslah berjalan agar tidak terseret di pinggiran jalan.

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You may also like

More in Dawai Kalbu