Sekali Lagi Pembahasan Tentang Salat[1]
Terdapat sebagian orang yang mengatakan bahwasanya disebabkan oleh kesibukan, dia tidak memiliki waktu untuk menunaikan salat. Apa yang dapat Anda sampaikan terkait permasalahan ini?
Jawab: Sebagaimana inti dari segala permasalahan adalah iman, maka pendekatan yang harus diambil dalam menangani permasalahan ini utamanya harus berasal dari kerangka iman itu sendiri. Demikianlah, di antara prinsip-prinsip yang membentuk iman, ia kemudian membentuk sudut pandang seseorang terhadap dunia. Berdasarkan hal tersebut, iman kepada Allah merupakan satu-satunya asas yang tiada duanya dalam menghadirkan dan menjamin ketenteraman kalbu. Kalbu yang tidak memiliki iman kepada Allah SWT, tidak akan bisa menutup kekosongan itu dengan hal lainnya. Maka waspadalah! Ayat: “Hanya dengan berzikirlah kalbu bisa menjadi tenang” mengingatkan kita akan hakikat ini.
Iman kepada Para Nabi merupakan faktor penting yang dapat menyelamatkan kita dari kerugian menatap masa lalu sebagai kegelapan dan menghadapi masa depan dengan penuh kekhawatiran. Berkat iman kepada para Nabi, khususnya iman kepada Sultannya para Nabi yaitu Nabi Muhammad SAW, kita pun meyakini bahwa kita bisa melewati tempat-tempat paling berbahaya baik di dunia maupun di akhirat layaknya kilatan petir yang menyilaukan mata; kita juga meyakini bahwa kita dapat meraih nikmat-nikmat di luar jangkauan panca indera kita melalui syafaatnya.
Iman kepada para malaikat memberikan keyakinan kepada diri kita bahwasanya dalam kondisi sendiri pun mereka senantiasa membersamai dan mengawasi kita. Dengan keyakinan seperti ini, maka perilaku kita akan senantiasa berada di bawah kendali dan kita pun menjalani kehidupan ini dengan penuh kesadaran.
Iman kepada takdir berarti meyakini sepenuh hati bahwasanya musibah dan kebahagiaan semuanya berasal dari Allah SWT serta tidak memberi kesempatan pikiran kita untuk memikirkan jika semua itu berasal dari hal-hal selain Allah SWT.
Iman kepada akhirat selain menjadi unsur terbesar yang menjaga sikap dan perilaku kita supaya senantiasa selalu terkendali, ia juga memberikan manfaat-manfaat duniawi yang tak terhitung banyaknya. Selain itu, cita-cita teragung setiap mukmin yaitu untuk bertatap muka dengan Rasulullah hanya dapat terwujud di akhirat. Para Nabi, para salafus salih, para auliya kiram, para asfiya fiham, semuanya berkumpul di akhirat. Oleh karena itu, para mukmin yang memiliki kerinduan mendalam untuk bertemu sosok-sosok agung seperti mereka, merupakan sisi lain yang dihasilkan oleh iman kepada akhirat.
Sekarang, mengimani semua asas-asas ini, akan membantu setiap individu khususnya dalam pelurusan akidah, kemudian ia akan berpijak di tempat di mana seharusnya berpijak, dan dengannya ia akan menemukan ketenteraman sejati. Kemudian, unsur-unsur yang dapat merusak ketenteraman ini akan ditolak secara iradiyah (sengaja) dan ibadah-ibadah yang memelihara kelanjutan ketenteraman ini pun dikerjakan. Oleh karena itu, permasalahan yang dibahas dalam pertanyaan, apabila ingin dicari solusi pencegahannya, maka hendaknya ia dicari pada sumber masalah, yaitu asas-asas iman yang secara singkat dibahas tadi sebelum masuk ke dalam pembahasan ibadah. Mereka yang memiliki iman kamil tidak akan pernah mengalami masalah-masalah seperti itu.
Ketika mencari jawaban atas pertanyaan tersebut, saya rasa beberapa bahasan ringkas seputar salat juga dapat dilakukan. Salat adalah ibadah yang mengingatkan kita akan asas-asas iman yang sebelumnya kita bahas secara ringkas tadi. Di dalam salat senantiasa terdapat potensi pengingat dan dzauq (kelezatan maknawi) yang amat dalam. Salat mengingatkan manusia betapa tak berdaya dan papanya ia di hadapan Rabb-nya Masalah-masalah besar yang dirasa mustahil ditangani ataupun jalan keluar dari problem yang timbul menunjukkan bahwa asas dan sumber dari kekuatan yang mampu menangani segala sesuatu adalah iman kepada Sang Pemilik Takdir yang Mutlak SWT. Jawaban terakhir, kita dapat membuka pembahasan ini lebih lebar lagi lewat perenungan terhadap beberapa ayat dalam surat al Fatihah.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ (Alhamdulillahi rabbil ‘alamin). Pujian hanyalah bagi Allah SWT, yang mengatur, menumbuhkan, dan mematangkan segala sesuatu, mulai dari zarah hingga ke sistem. Setelah beriman kepada Sang Rabb yang telah menyelamatkan kita dari keterbenaman dan menggenggam tangan kita saat berhadapan dengan seribu satu peristiwa, bagaimana mungkin aku bisa berputus asa?
الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (Ar Rahmanir rahim). Dia Maha Pengasih, baik kepada orang kafir maupun kepada orang mukmin, di dunia dan di akhirat. Rahmatnya melebihi kemarahan dan kemurkaanNya. Jika demikian, bagaimana mungkin aku bisa berputus asa?
مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ (Maaliki yaumiddin). Dia adalah Sang Pemiliki dari hari pembalasan. Amal terkecil dari seorang hamba yang dikerjakannya di dunia akan ditampilkan di hadapanNya dan akan dimintai pertanggungjawaban. Akan tetapi, Allah SWT yang rahmatNya melebihi murkaNya kembali akan mengulurkan tanganNya untuk menolongku.
اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ (Iyyaka na’budu wa iyyaka nastain): Penghambaanku hanya kupersembahkan kepadaMu, dan hanya kepadaMu kumohon pertolongan. Kami datang ke pintu gerbangMu dengan penyerahan dan kesadaran total atas Rububiyah dan UluhiyahMu. Dengan demikian, kami mengakui dan mendeklarasikan bahwasanya kami adalah hambaMu. Akan tetapi, betapa mulianya penghambaan ini. Sultan kami adalah Sultannya para sultan, itulah Engkau Ya Allah. Di samping itu, kita adalah hambaMu yang mulia dan terhormat, di mana kami tidak bersujud di hadapan makhluk lainnya, dan hanya kepadaMu saja kami memohon. Dalam ungkapan yang digunakan oleh Yunus Emre:
Yang disebut-sebut sebagai surga
Berisi beberapa istana dan bidadari
Berikanlah ia kepada mereka yang menginginkannya
Aku hanya menginginkan Kamu cuma Kamu…
Demikianlah.
Kini, tampilan akidah tauhid di segala sisi dan pengakuan penghambaan yang penuh kesadaran serta permohonan bantuan semata-mata kepadaNya sebenarnya merupakan rasa syukur yang sudah selayaknya disampaikan atas beragam anugerah dan kebaikan Ilahi, serta merupakan pengiktirafan bahwasanya ibadah belum ditunaikan dengan sempurna. Pernyataan yang menggambarkan hubungan antara makhluk ciptaan dengan Sang Pencipta adalah ungkapan perasaan tak berdaya dan papa. Jika demikian, orang yang memiliki pemikiran dan pandangan yang seperti itu, bagaimana mungkin akan putus asa?
Kalimat-kalimat berikutnya dari surah Al Fatihah juga dapat dipahami dalam bentuk yang serupa. Oleh karena saya anggap makna yang akan dijelaskan dapat dipahami sebagaimana mestinya, maka saya menjelaskannya singkat saja. Ya, seorang manusia yang berhasil menunaikan salat dengan pemahaman dan pemikiran demikian, tidaklah mungkin akan mengabaikan salat disebabkan oleh alasan-alasan pekerjaan duniawi. Jika demikian, setelah iman, maka kita memiliki kewajiban juga untuk menjelaskan hakikat salat, atau jika memungkinkan membuat informasinya sampai kepada setiap manusia.
Seorang manusia dengan ibadah salatnya akan menyempurnakan dirinya sebagaimana bunga matahari yang pertumbuhannya menjadi sempurna dengan mekar ke arah matahari bersinar. Dengan bertawajuh kepada Tuhannya sehari sebanyak lima kali, seseorang akan membangkitkan kembali kesadarannya yang layu dan lesu. Kesadarannya akan bangkit dan ia pun memperbaharui janji setianya kepada Rabbnya. Dari sisi ini, maka salat adalah anugerah terbesar dari Allah SWT kepada kita. Ketiadaannya seperti ketiadaan mentari. Sebagaimana ketiadaan mentari akan menyebabkan ketiadaan bunga matahari dari segi hukum sebab akibat; maka ketiadaan ibadah yang demikian di satu makna berarti juga ketiadaan manusia. Jika demikian, maka sebenarnya kitalah yang membutuhkan ibadah.
Seorang manusia yang menunaikan salat dan mengisi ulang energinya di hadapan Sang Rabb akan terhindar dari hal-hal haram dan makruh ketika menekuni bidang perdagangan. Khususnya salat yang ditunaikan di tengah hari seperti salat zuhur dan ashar, ia dapat mengobarkan semangat muraqabah dan muhasabah dari seorang manusia. Salat di waktu itu akan membangkitkan mekanisme tersebut dan menyelamatkan manusia dari berbuat kesalahan. Sedangkan salat magrib, isya, tahajud, dan subuh merupakan pusat tajali rahasia yang ingin dijelaskan dalam bait berikut ini:
Di tempat di mana dialami kebuntuan
Seketika terbukalah tirai
Menjadi solusi bagi setiap masalah
…
Dan salat merupakan faktor yang mendorong seorang muslim untuk menata hidupnya dalam sistem yang teratur. Seorang manusia yang menemui Tuhannya sehari sebanyak lima kali mau tidak mau akan menata kehidupannya menjadi lebih teratur. Dia mulai bekerja sesudah menunaikan salat subuh. Setelah lelah bekerja selama 6-7 jam, maka ia kembali mengobarkan semangatnya melalui salat zuhur. Ia kembali bekerja hingga tiba waktu ashar. Melalui salat ashar sekali lagi ia menyegarkan pikirannya dan badan pun menikmati masa istirahatnya. Apabila ia tidak membagi waktunya dengan cara demikian, maka pekerjaan yang ditekuninya tidak akan bisa meraih hasil yang diinginkan, bahkan performanya akan menurun. Mereka yang tidak mampu memahami prinsip-prinsip tersebut yang terdapat di dalam salat, akan terjebak ke dalam pusaran kekacauan, dia akan terseret dari krisis yang satu ke krisis yang berikutnya.
Kesimpulannya, mereka yang tidak menemukan waktu untuk menunaikan salat sebenarnya adalah mereka yang matanya tertutup dari hakikat-hakikat Ilahi. Berdasarkan pada hal itu, kelemahan iman, tidak meyakini prinsip-prinsip iman sebagaimana mestinya, dan ketidakmampuan memahami hakikat salat sebagaimana kita singgung dalam satu dua tempat di atas, sayangnya dapat mendorong masyarakat kita ke pemikiran yang seperti itu. Cara untuk menyelamatkan diri dari bahaya itu adalah dengan beriman dan menampilkannya dalam kehidupan kita sebagaimana sebagian telah dijelaskan pada pembahasan di atas.
[1] https://fgulen.com/tr/eserleri/prizma/bir-kere-daha-namaz