Salat Mencegah Perbuatan Keji dan Munkar

Salat Mencegah Perbuatan Keji dan Munkar

Sebagai mukmin, hidup kita berada diantara perintah dan larangan. Kita harus mengelola kehidupan kita dengan cara menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Mengerjakan semua perintah adalah bagian dari agama Islam dan menjauhi larangan juga merupakan bagian lainnya dari agama Islam.

Peran Penting dari Salat

Sebagai orang yang berharap pada Allah ﷻ, jika kita mengerjakan perintahnya, kita akan jadi umat Nabi Muhammad ﷺ. Yaitu jamaah yang meninggalkan semua yang dilarang, dan mengerjakan semua yang diperintahkan untuk meraih hal tersebut, salat memiliki peran yang sangat penting.

Pertama, salat adalah salah satu ibadah yang diperintahkan kepada kita. Bahkan ia adalah ibadah yang berat. Pelaksanaannya di 5 waktu bersama wudu dijelaskan hadis :

“Tahukah kamu tentang apa penghuni langit itu berdebat?”

Poin yang dijelaskan dalam hadis tersebut:

  • Berwudu dengan sempurna walaupun nafsu kita tidak menyukainya.
  • Berwudu secara sempurna dalam cuaca ekstrem dingin ataupun ekstrem panas.
  • Berwudu dengan sempurna tak peduli ditempat itu airnya sedikit atau banyak.

Di alam malaikat, terjadi perdebatan diantara mereka tentang bagaimana pahala ibadah para hamba tersebut dicatat. Di tengah perdebatan tersebut, terdengar suara pena beradu. Salat, kewajiban yang berat. Tetapi ia juga kewajiban yang manis. Yang diwajibkan salat, mendekatkan diri pada yang mewajibkan perintah, yaitu Allah ﷻ. Salat adalah ibadah suci. Ia adalah sarana bagi yang diperintah dan Yang Memberi Perintah untuk bertemu. Salat adalah perintah paling utama diantara perintah lainnya. Di waktu yang sama, salat oleh Al-Qur’an dikatakan sebagai pencegah manusia dari kemungkaran. Salat yang sejati mencegah manusia dari keburukan, akhlak buruk, dan segala macam ketergelinciran. Salat mencegah manusia dari nafsu yang buruk, serta segala macam kemungkaran. Salat adalah ibadah yang menyeluruh. Salat adalah cerminan dari nama Ahmad. Salat adalah penjelasan dari perpaduan asma dan sifatnya. Salat selain memiliki sisi perintah Allah ﷻ, ia juga memiliki identitas sebagai pencegah kemungkaran.

Karena itu kita menyebut salat sebagai ibadah yang menyeluruh. Salat mencegah manusia dari akhlak yang buruk. Ketika Anda menjelaskan salat dengan makna denotasi dan konotasinya. Mereka yang salatnya tidak mencegah dari akhlak yang buruk, dapat disebut bahwa orang itu tidak menunaikan salat. Pandangan ini bisa jadi benar disatu sisi, tapi tidak disisi lainnya. Tetapi, ia benar disisi ini: “Jika seorang mukmin menunaikan salat dengan benar, salat itu akan mencegahnya dari keburukan dan kemungkaran”. Karena salat bermakna sebagai hadirnya kita ke hadapan Allah, mempertanggungjawabkan hidup kita 5 kali sehari.

Salat artinya hadirnya kita dihadapan Allah ﷻ yang berfirman: “Aku memiliki surga dan neraka“. Seakan melewati neraka diatas jembatan sirat, seakan berlari ke surga, seakan Izrail akan mencengkeram kita.

Salat, ungkapan kehadiran kita dihadapan Ilahi, dimana ada dukungan malaikat dan bujukan setan di kanan kirinya. Mereka yang menghadap Allah ﷻ seperti itu, akan mengalami suasana seakan tirai ke alam gaib terbuka untuknya.

Imam salat membaca Al-fatihah dan surat pendek, Anda menunaikan salat seakan ada dihadapan Allah ﷻ. Segala sesuatu yang berhubungan dengan surga dan neraka seakan ditampilkan di hadapanmu.

Seperti apa?

Misal disampaikan pada seorang lelaki:

“Ini ada wanita, silakan pergauli semaumu. Kamu bisa menenggelamkan diri dalam keburukan.”

Silakan ambil jalan hidup tanpa mempedulikan halal dan haram. Kamu bisa makan riba, suap, dan uang korupsi. Kamu bisa menikmatinya sesukamu. Silakan ambil jalan duniawi, jalan menuju kekuasaan, dan jalan menuju pangkat jabatan dunia. Setelah kamu menikmatinya, akan kita buka tabirnya. Tempat tujuan mu berikutnya adalah sumur Gayya yang panas apinya menjalar-jalar.

Tetapi jika kamu mampu menolaknya, maka saat tabir diangkat, tempat tujuan mu adalah taman surga yang indah. Sekarang tabir-Nya kita turunkan, kamu bebas mau hidup seperti apa! Setelah hakikat itu dijelaskan dengan jelas dan terang, kamu bebas mau jadi kafir ataupun jadi mukmin. Kamu bebas mau jadi orang yang sesat, atau mau jadi orang pencari hidayah. Kamu bebas mau mengikuti keburukan, atau mau mengerjakan ketaatan beribadah.

Apakah manusia bisa tenggelam pada keburukan setelah menyaksikan hakikat ini!? Apakah manusia akan meninggalkan surga setelah mengetahui hakikat ini?

Untuk itu, Rasulullah ﷺ bersabda:

Baik surga ataupun neraka, keduanya diliputi oleh sesuatu. Salah satunya diliputi oleh hal yang disukai syahwat. Sedangkan yang lainnya diliputi oleh hal yang dibenci nafsu

Untuk masuk ke surga dibutuhkan kesabaran menghadapi kesulitan. Untuk selamat dari neraka juga dibutuhkan kesabaran menghindari bujukan syahwat. Salat menyingkap tabir ini dari kita. Sehari 5 kali, salat dengan semua makna dan esensi yang dimilikinya. Dengan qira’at dan tilawah-Nya, ketika ia membuka tabir di depan mata kita. Jangankan mengikuti larangan, jangankan tenggelam dalam keburukan, jangankan kemungkaran. Barangkali hal-hal yang mubah sekalipun dapat menghilangkan selera bagi orang-orang mukmin sejati.

Umar radhiyallahu ‘anhu karena mendengar sesuatu dari alam lain ketika salat, ia jatuh sakit dan harus istirahat dirumah. Sahabat meriwayatkan: Karena sakit, penjenguk berdatangan (Sayyidina Umar) terbaring sakit. Demikianlah salat menghindarkan manusia dari dunia dan hal-hal duniawi.

Sungguh mengingat Allah ﷻ  adalah pekerjaan yang agung. Bagaimana Allah ﷻ membuat kita mengingat-Nya. Di sisi lain, tidak lupa kepadanya juga sangat agung. Ini adalah sisi lain dari ungkapan ini. Ini adalah sisi lain dari ungkapan ini. Kita membacanya setiap akan turun dari mimbar Jumat mengingat Allah ﷻ  sangatlah agung. Banyak mengingat Allah ﷻ adalah sebab lahirnya ketenteraman dan penyingkir kemuraman. Di dunia ini tidak ada yang lebih agung dari mengingat Allah ﷻ didalam hati.

Untuk itu, seorang mukmin sejati tidak akan tahan jika Allah ﷻ keluar dari akalnya. Beberapa Ahlullah pun sesuai derajatnya mengharuskan dirinya untuk gusul (mandi besar) jika akalnya lupa akan Allah ﷻ. Makna Gusul adalah: berbuat kesalahan, menjauhi Tuhan sementara waktu, memenuhi kebutuhan syahwat. Sebagai kafarat-Nya, Anda melakukan Gusul (mandi besar). Jika seorang Ahlullah lalai dari mengingat Allah ﷻ walau tak sampai sedetik, ia mengharuskan diri untuk gusul. Hal ini tidak ada dalam syariat. Ini sukarela, ungkapan dari kebersihan hati Nurani.

Seorang Ahlullah tidak bisa tahan jika ia lupa Allah ﷻ walau kurang dari sedetik dan selama Allah ﷻ  ada diakalnya, tidak mungkin sesuatu yang lain masuk ke dalamnya. Sayyidina Ali minta sahabat mencabut panah dari tubuhnya saat ia salat. Ia tidak merasa kesakitan saat panah yang menembus tulangnya dicabut. Karena Allah ﷻ yang ia ingat telah melingkupi akalnya.

Izinkan saya menjelaskan satu kisah kenangan dari keturunannya: Abdullah ibn Ja’far ibn Abi Talib.

Apakah ada yang belum mengenalnya? Apakah ada yang belum mengenal putra dari Ksatria Mu’tah?

Rasulullah ﷺ sepulang dari perang mu’tah bersabda:

“Aku menyaksikan Ja’far ibn Abi Talib terbang disurga dengan 2 sayapnya yang berwarna hijau”

Terdapat pelindung leher menempel dileher temannya yang sama-sama masuk surga. Karena itu adalah cara untuk melindungi diri dari sabetan pedang dan tombak saat bertarung dimedan perang.

“Aku melihat Ja’far tidak mengenakannya. Karena ia menyambut kematian dengan senyuman.”

Saat tombak menerjang, saat pedang membelah tubuhnya, ia saksikan dengan gembira. Ia pun masuk surga tanpa beban.

Kisah Abdullah ibn Ja’far ibn Abi Talib

Abdullah ibn Ja’far ibn Abi Talib adalah putra dari sosok agung ini, sang Ksatria Mu’tah. Di masa Umayyah, ia pergi ke Syam untuk mengunjungi Hisyam bin Abdulmalik. Mungkin Allah ﷻ tidak meridai kunjungan tersebut. Tidak ada rida karena ditengah perjalanan kakinya tertusuk sesuatu. Karena tidak diobati tepat waktu, keadaannya semakin memburuk dan menjadi gangrene[1]. Ketika ia sampai dihadapan Hisyam bin Abdulmalik, waktunya sudah sangat terlambat. Dokter dipanggil, mereka berkata: Jika tapak kakinya tidak dipotong, nanti pahanya yang harus dipotong. Sosok yang ayahnya kehilangan tangan & kaki di Mu’tah, kini ia kehilangan kaki dihadapan khalifah Umayyah di Mu’tah.

Uniknya takdir, bapak dan anak meninggalkan kakinya didunia. Mereka menghadap Allah dalam keadaan demikian.

“Ayo kita potong” kata mereka.

“Tapi kita bius agar tidak terasa sakit, agar kamu tidak berteriak.”

+ Bagaimana kalian membiusku?

– Kamu akan minum yang memabukkan sampai kamu tidak merasakan sakit lagi.

“Tidak sekali-kali aku berkenan untuk lalai dalam mengingat Tuhanku. Tak akan pernah!”

Kalbu diarahkan kepada Rabb-Nya, ia menyaksikan bagaimana kakinya perlahan-lahan digergaji. Ini hanya satu sisinya. Para Ahlullah[2] tak rela dirinya lalai mengingat Rabb-Nya walau kurang dari sedetik Perhatikanlah sisi lainnya!

Ia ambil kaki yang sudah dipotong itu dan berkata:

“Rabb! Segala puji hanya untukMu! Engkau telah menganugerahiku tubuh yang sempurna. Kini Engkau mengambil satu kakiku! Aku bersyukur dan memujiMu yang telah memberi anggota tubuh lain dalam keadaan sehat dan sempurna!”

Perhatikan kesadarannya! Bagaimana ia mengingat keagungan Rabb-Nya dengan amat layak. Beberapa menit kemudian musibah seperti yang dialami Nabi Ayub akan menghujaninya dengan deras. Datang satu berita: Salah satu anaknya jatuh dari lantai atas rumah Hisyam dan meninggal dunia.

Ia mengangkat tangan :”Ya Rabb! Aku memuji-Mu berkat sisa anak yang Engkau anugerahkan dalam keadaan sehat”. Ia tidak memperhatikan yang pergi dan hilang, ia mensyukuri apa yang tersisa. Itulah usaha untuk tetap mensyukuri segala yang anugerahkan Allah ﷻ kepada kita. Itulah jalan hidup seorang mukmin.

Di dalam pemikiran yang dalam, ingatan yang serius, kita akan menyuntikkan nama Allah ﷻ dalam tiap zarah kehidupan kita. Kalian tidak akan bisa membedakan antara malaikat dengan Abdullah bin Ja’far. Representasi Nabi Ayub dapat Anda saksikan pada diri Abdullah bin Ja’far. Kalian akan menyaksikan Abdullah bin Ja’far terbang disurga bersama ayahnya

Keistimewaan apa yang membuatnya nanti terbang disurga?

Penyerahan hati kepada Tuhannya, penunaian salat dengan segala haknya, diraihnya ketenteraman sejati. Menjauhi kemungkaran seperti dendam, kebencian, dan kemarahan yang dibenci Allah ﷻ. Itulah pembentukan hidup yang manis. Semoga Allah ﷻ menganugerahi kita keberhasilan dalam membentuknya. Di dalam rasa sedih akan perpisahan dengan Ramadan, mari kita berdoa kepada Allah ﷻ dengan hati yang sedih.

Anugerahkanlah kami siratalmustakim. Jagalah kami dari hal-hal buruk yang dibawa oleh keinginan rendah, hasrat, serta syahwat kami. Anugerahilah kami keikhlasan sempurna, semua doa para nabi, serta jadikan kami Mukhlisin dan Mukhlasin.

[1] Gangrene adalah Jaringan mati yang disebabkan oleh infeksi atau kurangnya aliran darah.

[2] Ahlullah adalah   mereka yang mewujudkan ketakwaan kepada Allah ﷻ baik dalam kesunyian dan keramaian, berhati-hati dalam makanan, minuman, pakaian, dan tempat tinggalnya jangan sampai menyelisihi apa yang dia dapatkan dari belajar Alquran baik terjatuh dalam keharaman atau kesamaran.

Salat: Cahaya Jalan Miraj

Salat: Cahaya Jalan Miraj

Shalat merupakan ringkasan penghambaan kita kepada Allah. Sebuah ikhtisar dari segala penghambaan yang kita lakukan untuk Allah. Kuncinya adalah persiapan ruhani, serta persiapan jasmani, dengan berwudhu. Mengambil wudhu adalah penyegaran jiwa, mempertemukan ruh dengan kekuatannya serta mengembangkan sisi kemalaikatan. Berwudhu artinya memasuki atmosfer penantian terhadap datangnya anugerah Ilahi. Ketika air dingin menyentuh badan, bagaimana sengatannya menyegarkan tubuh kita. Ketika air dingin menyentuh persendian, bagaimana kekuatannya membangkitkan kita. Sebagaimana ia memiliki penjelasan ilmiah. Demikian juga dengan wudhu yang membuat ruh menjadi muda, segar, dan bangkit. Sehingga si hamba berhasil meraih level dimana ia siapakan menjadi sarana bagi umat Muhammad SAW dipanggil dengan panggilan khusus di akhirat nanti. Rasulullah SAW bersabda: “Di hari kiamat umatku akan dipanggil dengan sebutan ‘Ghurran Muhajjaliin‘ “Umat Muhammad akan dipanggil sebagai ‘Ghurran Muhajjaliin’ Apa itu ‘Ghurran Muhajjaliin’? Yaitu mereka yang dahinya cemerlang, menyebarkan cahaya ke sekelilingnya, tanda dari eksisnya hakikat. Cahaya yang muncul dari anggota wudhu adalah bukti bahwa mereka adalah umat Muhammad SAW. Anggota wudhunya bercahaya. Di satu sisi sangat bersih, bening, dan cemerlang. Di sisi lain, ia menyebarkan cahaya cemerlang yang menandakannya sebagai umat Muhammad SAW. “Anggota wudhunya jadi cemerlang karena bekas wudhu”. “Siapa hendak menambah cahayanya, hendaknya ia menyempurnakan wudunya” (Muttafaqun Alaih).

Topik ini diriwayatkan lebih luas dan mendalam oleh sahabat lainnya. Rasulullah & sahabatnya pergi ke Baqiul Gharqad, Sejarawan berkata ada 10.000 sahabat dimakamkan disana. Ketika Rasulullah menjalani hari-hari terakhirnya. Beliau berpamitan kepada penghuni Baqiul Gharqad dan Syuhada Uhud. Terdapat makna ladunni dalam peristiwa ini bahwa barangkali, karena keagungan dan ketinggian derajat Baginda Nabi di akhirat nanti, Beliau tak bisa temui mereka hingga kiamat tiba.  Beliau pun berpamitan dengan mereka saat di dunia. Dengan jasmaninya, beliau temui mereka. Sekali lagi disampaikannya salam kepada ruh-ruh agung itu. Saat memasuki Baqiul Gharqad: “Salam untuk kalian wahai penghuni kubur ini!” “InsyaAllah dalam waktu dekat saya juga akan bergabung!” Dan sejak saat itu, mengucapkan kalimat yang sama menjadi hal yang disunahkan kepada umatnya. Dan sepertinya terjadi musyahadah. Pandangannya lebih dalam, penglihatannya meluas, kemudian kata-kata ini keluar dari bibir mulianya: “Betapa rindunya aku untuk melihat saudara-saudaraku” “Bukankah kami ini saudaramu, Ya Rasulullah?” “Tidak, kalian adalah sahabat-sahabatku yang setia dan terkasih”. “Saudaraku masih belum tiba, mereka akan datang setelahku…”Jamaah yang mulia, umat yang mulia, serta bangsa yang mulia…”Bagaimana Anda bisa mengenali mereka yang masih belum datang…? Baginda Nabi bersabda: “Bayangkan seorang laki-laki…” “Laki-laki itu memiliki kuda-kuda yang wajahnya putih cemerlang” “Kakinya jenjang dan berwarna putih bersih” “Jika kuda itu ada di tengah kumpulan kuda hitam nan pekat, bukankah ia akan mengenali kudanya?” “Tentu,” jawab sahabat Rasul Allah bersabda “Umatku akan datang sebagai ‘Ghurran Muhajjalin'”Aku akan melihat mereka saat berjalan ke Hadapan Allah. Aku mengenali mereka dari cahaya di dahinya”. Aku akan menyaksikan anggota wudhu mereka menebarkan cahaya ke sekelilingnya “Aku akan mengenali umatku sebagaimana laki-laki itu mengenali kudanya” “Aku adalah farat haudh dari mereka.  Akulah yang paling dahulu menuju haudh!”

Makna dari Farat adalah: “Biar kusiapkan tempat untuk mereka, demikian juga dengan kautsar dan cawannya...” “Sebagaimana tuan rumah menjamu tamu…,” “…Aku ingin menjamu mereka dengan sebaik-baiknya ketika mereka datang nanti…” “Akulah farat dari umatku di Haudhku” “Akulah farat dari mereka yang memiliki bekas sujud di keningnya…” “Akulah farat dari mereka yang berwudu…” “…di hari penuh kesulitan dimana semua orang hanya memikirkan keselamatan dirinya”. “Akulah farat bagi mereka, umatku yang kukenali dari pancaran cahaya anggota wudhunya” “Ketika banyak orang terusir dari haudh-ku…” “Ada wajah yang menandakan cahaya, ada nurani yang meroket ke langit karena anggota wudunya” “Kepada merekalah aku memberi syafaat…!”

“Aku adalah Farat mereka di tepi telagaku”. Apapun yang dijelaskan oleh berbagai riwayat ini, pesan utama yang harus kita ambil adalah walaupun terpisah berabad-abad yang lalu dengan Baginda Nabi disebabkan oleh wudhu dan salatnya,d engan senantiasa mengingat Allah dan Rasul-Nya, dihasilkanlah kecemerlangan di dalam diri. Kepada jamaah yang berhasil meraih kemurnian jiwa tersebut.

Ketika Nabi mengirim salam kepada Penghuni Baqiul Gharqad, beliau menembus batas waktu dan kirimkan salam: “Betapa rindunya aku untuk melihat saudara-saudaraku…”. Betapa utamanya mereka, sebelum Nabi wafat, sebagaimana Allah memperlihatkan penghuni Jannatul Baqi, seakan-akan kepadanya Allah juga tunjukkan umat Muhammad yang akan datang di sebuah layar kaca. Beliau juga melakukan pengecekan terakhirnya di Baqiul Gharqad. Seakan beliau sedang mengecek kondisi semua umat terdahulu yang kini mendiami alam kubur. Beliau juga mengecek ruh umat yang akan datang kemudian. Dengan jasmaninya, sekali lagi beliau mengeluarkan seruannya. Seperti panggilan terakhir dari Komandan Tertinggi kepada umatnya: “Bersiap siagalah!” Beliau mengunjungi Baqiul Ghargad untuk terakhir kalinya. Beliau memberikan salam sebagaimana memberi salam kepada ahli kubur. Ketika beliau menyaksikan wajah umatnya yang akan datang nanti penuh dengan cahaya. Dengan makna kagum pada cahayanya, yang bersumber dari cahaya kenabiannya. Beliau pun bersabda: “Betapa rindunya aku untuk melihat saudara-saudaraku…”.

Jamaah muslim yang terhormat! Ini adalah isytiak dari Baginda Nabi. Sedang isytiak yang diharapkan dari kita adalah mentaati perintahnya untuk membasuh anggota wudhu agar ia bersinar di akhirat, serta menghiasi kening dengan tanda sujud. Dengan harapan menjadi umatnya, dengan harapan dibangkitkan sebagai umatnya. Dengan kerinduan untuk dapat melihatnya “Apakah Anda merindukan kami, Ya Rasulullah?”. Kami juga rindu untuk bertemu denganmu. Kami berjuang lewat ketaatan beribadah demi meraih kedekatan denganmu. Sebagaimana engkau jelaskan di hadits, kami pun mengambil wudhu dengan sempurna. Walaupun panas dan berkeringatkami tetap mendirikan salat di masjid. Kami berpuasa demi dapat berkumpul bersamamu nanti. Waktu siang semakin panjang dan suhu udara semakin panas, sebagian orang puasanya batal. Tetapi kami mencoba bersabar untuk tetap setia kepada warisanmu. Jika kita sanggup untuk melakukannya, betapa beruntungnya kita!

Duhai sosok agung yang keterikatan pada umatnya digambarkan lewat ucapan salam 14 abad yang lalu! Dengan meraih sensitivitas dalam ubudiyah dan ketaatan beribadah dengan mengerjakan semua itu dengan keseriusan mendalam. Dengan begitu, artinya kalian telah menjawab salam tersebut dengan jawaban: “Wa’alaikum salaam“. Jika ada cinta, kerinduan, dan isytiak untuk bertemu dengannya, kamu akan berada di jalan Sang Nabi. Betapa banyak orang yang dibangkitkan di padang mahsyar, tetapi tidak bisa melihat Baginda Nabi. Betapa banyak orang akan dihisab, tetapi tidak bisa melihat Rasulullah. Mereka melihat mizan, tetapi tak bisa melihat Sang Nabi. Mereka mungkin melihat Allah ketika dihisab, tetap tidak bisa melihat Rasulullah untuk meminta syafaat. Di antara mereka yang buta dan terhalang dari nikmat tersebut. Masjid jadi sarana supaya kamu tidak menjadi bagian dari yang buta dan terhalang. Puasa dan menahan lapar jadi sarana supaya nanti tidak buta dan terhalang. Bayarlah zakat dari sebagian hartamu supaya tidak termasuk dalam golongan merugi tersebut. Pergilah berhaji, bersabarlah terhadap kesulitannya, supaya kamu tidak menjadi yang buta dan terhalang. Dengan bertawaf di Kabah dan menziarahi makam Baginda Nabi, perbaharuilah kesetiaanmu. Semoga Allah SWT membuka mata umat Muhammad yang tertutup debu selama 14 abad serta membuka mata mereka ke alam lahut yang penuh senyum. Semoga Allah melindungi kita dari dunia yang penuh kelalaian. Jadikanlah pandangan kami sebagai pandangan abadi dan agung. Celupkanlah diri kami ke dalam celupan alam lahut. Jadikanlah kami sebagai sosok yang layak mendiami alam sebenarnya di akhirat nanti.

Sekali Lagi Pembahasan Tentang Salat

Sekali Lagi Pembahasan Tentang Salat

Sekali Lagi Pembahasan Tentang Salat[1]

Terdapat sebagian orang yang mengatakan bahwasanya disebabkan oleh kesibukan, dia tidak memiliki waktu untuk menunaikan salat. Apa yang dapat Anda sampaikan terkait permasalahan ini?

Jawab: Sebagaimana inti dari segala permasalahan adalah iman, maka pendekatan yang harus diambil dalam menangani permasalahan ini utamanya harus berasal dari kerangka iman itu sendiri. Demikianlah, di antara prinsip-prinsip yang membentuk iman, ia kemudian membentuk sudut pandang seseorang terhadap dunia. Berdasarkan hal tersebut, iman kepada Allah merupakan satu-satunya asas yang tiada duanya dalam menghadirkan dan menjamin ketenteraman kalbu. Kalbu yang tidak memiliki iman kepada Allah SWT, tidak akan bisa menutup kekosongan itu dengan hal lainnya. Maka waspadalah! Ayat: “Hanya dengan berzikirlah kalbu bisa menjadi tenang” mengingatkan kita akan hakikat ini.

Iman kepada Para Nabi merupakan faktor penting yang dapat menyelamatkan kita dari kerugian menatap masa lalu sebagai kegelapan dan menghadapi masa depan dengan penuh kekhawatiran. Berkat iman kepada para Nabi, khususnya iman kepada Sultannya para Nabi yaitu Nabi Muhammad SAW, kita pun meyakini bahwa kita bisa melewati tempat-tempat paling berbahaya baik di dunia maupun di akhirat layaknya kilatan petir yang menyilaukan mata; kita juga meyakini bahwa kita dapat meraih nikmat-nikmat di luar jangkauan panca indera kita melalui syafaatnya.

Iman kepada para malaikat memberikan keyakinan kepada diri kita bahwasanya dalam kondisi sendiri pun mereka senantiasa membersamai dan mengawasi kita. Dengan keyakinan seperti ini, maka perilaku kita akan senantiasa berada di bawah kendali dan kita pun menjalani kehidupan ini dengan penuh kesadaran.

Iman kepada takdir berarti meyakini sepenuh hati bahwasanya musibah dan kebahagiaan semuanya berasal dari Allah SWT serta tidak memberi kesempatan pikiran kita untuk memikirkan jika semua itu berasal dari hal-hal selain Allah SWT.

Iman kepada akhirat selain menjadi unsur terbesar yang menjaga sikap dan perilaku kita supaya senantiasa selalu terkendali, ia juga memberikan manfaat-manfaat duniawi yang tak terhitung banyaknya. Selain itu, cita-cita teragung setiap mukmin yaitu untuk bertatap muka dengan Rasulullah hanya dapat terwujud di akhirat. Para Nabi, para salafus salih, para auliya kiram, para asfiya fiham, semuanya berkumpul di akhirat.  Oleh karena itu, para mukmin yang memiliki kerinduan mendalam untuk bertemu sosok-sosok agung seperti mereka, merupakan sisi lain yang dihasilkan oleh iman kepada akhirat.

Sekarang, mengimani semua asas-asas ini, akan membantu setiap individu khususnya dalam pelurusan akidah, kemudian ia akan berpijak di tempat di mana seharusnya berpijak, dan dengannya ia akan menemukan ketenteraman sejati. Kemudian, unsur-unsur yang dapat merusak ketenteraman ini akan ditolak secara iradiyah (sengaja) dan ibadah-ibadah yang memelihara kelanjutan ketenteraman ini pun dikerjakan. Oleh karena itu, permasalahan yang dibahas dalam pertanyaan, apabila ingin dicari solusi pencegahannya, maka hendaknya ia dicari pada sumber masalah, yaitu asas-asas iman yang secara singkat dibahas tadi sebelum masuk ke dalam pembahasan ibadah. Mereka yang memiliki iman kamil tidak akan pernah mengalami masalah-masalah seperti itu.

Ketika mencari jawaban atas pertanyaan tersebut, saya rasa beberapa bahasan ringkas seputar salat juga dapat dilakukan. Salat adalah ibadah yang mengingatkan kita akan asas-asas iman yang sebelumnya kita bahas secara ringkas tadi. Di dalam salat senantiasa terdapat potensi pengingat dan dzauq (kelezatan maknawi) yang amat dalam. Salat mengingatkan manusia betapa tak berdaya dan papanya ia di hadapan Rabb-nya Masalah-masalah besar yang dirasa mustahil ditangani ataupun jalan keluar dari problem yang timbul menunjukkan bahwa asas dan sumber dari kekuatan yang mampu menangani segala sesuatu adalah iman kepada Sang Pemilik Takdir yang Mutlak SWT. Jawaban terakhir, kita dapat membuka pembahasan ini lebih lebar lagi lewat perenungan terhadap beberapa ayat dalam surat al Fatihah.

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ (Alhamdulillahi rabbil ‘alamin). Pujian hanyalah bagi Allah SWT, yang mengatur, menumbuhkan, dan mematangkan segala sesuatu, mulai dari zarah hingga ke sistem. Setelah beriman kepada Sang Rabb yang telah menyelamatkan kita dari keterbenaman dan menggenggam tangan kita saat berhadapan dengan seribu satu peristiwa, bagaimana mungkin aku bisa berputus asa?

الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ (Ar Rahmanir rahim). Dia Maha Pengasih, baik kepada orang kafir maupun kepada orang mukmin, di dunia dan di akhirat. Rahmatnya melebihi kemarahan dan kemurkaanNya. Jika demikian, bagaimana mungkin aku bisa berputus asa?

مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ (Maaliki yaumiddin). Dia adalah Sang Pemiliki dari hari pembalasan. Amal terkecil dari seorang hamba yang dikerjakannya di dunia akan ditampilkan di hadapanNya dan akan dimintai pertanggungjawaban.  Akan tetapi, Allah SWT yang rahmatNya melebihi murkaNya kembali akan mengulurkan tanganNya untuk menolongku.

اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ (Iyyaka na’budu wa iyyaka nastain): Penghambaanku hanya kupersembahkan kepadaMu, dan hanya kepadaMu kumohon pertolongan. Kami datang ke pintu gerbangMu dengan penyerahan dan kesadaran total atas Rububiyah dan UluhiyahMu. Dengan demikian, kami mengakui dan mendeklarasikan bahwasanya kami adalah hambaMu. Akan tetapi, betapa mulianya penghambaan ini. Sultan kami adalah Sultannya para sultan, itulah Engkau Ya Allah. Di samping itu, kita adalah hambaMu yang mulia dan terhormat, di mana kami tidak bersujud di hadapan makhluk lainnya, dan hanya kepadaMu saja kami memohon. Dalam ungkapan yang digunakan oleh Yunus Emre:

Yang disebut-sebut sebagai surga
Berisi beberapa istana dan bidadari
Berikanlah ia kepada mereka yang menginginkannya
Aku hanya menginginkan Kamu cuma Kamu…

Demikianlah.
Kini, tampilan akidah tauhid di segala sisi dan pengakuan penghambaan yang penuh kesadaran serta permohonan bantuan semata-mata kepadaNya sebenarnya merupakan rasa syukur yang sudah selayaknya disampaikan atas beragam anugerah dan kebaikan Ilahi, serta merupakan pengiktirafan bahwasanya ibadah belum ditunaikan dengan sempurna.  Pernyataan yang menggambarkan hubungan antara makhluk ciptaan dengan Sang Pencipta adalah ungkapan perasaan tak berdaya dan papa. Jika demikian, orang yang memiliki pemikiran dan pandangan yang seperti itu, bagaimana mungkin akan putus asa?

Kalimat-kalimat berikutnya dari surah Al Fatihah juga dapat dipahami dalam bentuk yang serupa. Oleh karena saya anggap makna yang akan dijelaskan dapat dipahami sebagaimana mestinya, maka saya menjelaskannya singkat saja. Ya, seorang manusia yang berhasil menunaikan salat dengan pemahaman dan pemikiran demikian, tidaklah mungkin akan mengabaikan salat disebabkan oleh alasan-alasan pekerjaan duniawi. Jika demikian, setelah iman, maka kita memiliki kewajiban juga untuk menjelaskan hakikat salat, atau jika memungkinkan membuat informasinya sampai kepada setiap manusia.

Seorang manusia dengan ibadah salatnya akan menyempurnakan dirinya sebagaimana bunga matahari yang pertumbuhannya menjadi sempurna dengan mekar ke arah matahari bersinar. Dengan bertawajuh kepada Tuhannya sehari sebanyak lima kali, seseorang akan membangkitkan kembali kesadarannya yang layu dan lesu. Kesadarannya akan bangkit dan ia pun memperbaharui janji setianya kepada Rabbnya. Dari sisi ini, maka salat adalah anugerah terbesar dari Allah SWT kepada kita. Ketiadaannya seperti ketiadaan mentari. Sebagaimana ketiadaan mentari akan menyebabkan ketiadaan bunga matahari dari segi hukum sebab akibat; maka ketiadaan ibadah yang demikian di satu makna berarti juga ketiadaan manusia. Jika demikian, maka sebenarnya kitalah yang membutuhkan ibadah.

Seorang manusia yang menunaikan salat dan mengisi ulang energinya di hadapan Sang Rabb akan terhindar dari hal-hal haram dan makruh ketika menekuni bidang perdagangan. Khususnya salat yang ditunaikan di tengah hari seperti salat zuhur dan ashar, ia dapat mengobarkan semangat muraqabah dan muhasabah dari seorang manusia. Salat di waktu itu akan membangkitkan mekanisme tersebut dan menyelamatkan manusia dari berbuat kesalahan. Sedangkan salat magrib, isya, tahajud, dan subuh merupakan pusat tajali rahasia yang ingin dijelaskan dalam bait berikut ini:

Di tempat di mana dialami kebuntuan
Seketika terbukalah tirai
Menjadi solusi bagi setiap masalah

Dan salat merupakan faktor yang mendorong seorang muslim untuk menata hidupnya dalam sistem yang teratur. Seorang manusia yang menemui Tuhannya sehari sebanyak lima kali mau tidak mau akan menata kehidupannya menjadi lebih teratur. Dia mulai bekerja sesudah menunaikan salat subuh. Setelah lelah bekerja selama 6-7 jam, maka ia kembali mengobarkan semangatnya melalui salat zuhur. Ia kembali bekerja hingga tiba waktu ashar. Melalui salat ashar sekali lagi ia menyegarkan pikirannya dan badan pun menikmati masa istirahatnya.  Apabila ia tidak membagi waktunya dengan cara demikian, maka pekerjaan yang ditekuninya tidak akan bisa meraih hasil yang diinginkan, bahkan performanya akan menurun. Mereka yang tidak mampu memahami prinsip-prinsip tersebut yang terdapat di dalam salat, akan terjebak ke dalam pusaran kekacauan, dia akan terseret dari krisis yang satu ke krisis yang berikutnya.

Kesimpulannya, mereka yang tidak menemukan waktu untuk menunaikan salat sebenarnya adalah mereka yang matanya tertutup dari hakikat-hakikat Ilahi. Berdasarkan pada hal itu, kelemahan iman, tidak meyakini prinsip-prinsip iman sebagaimana mestinya, dan ketidakmampuan memahami hakikat salat sebagaimana kita singgung dalam satu dua tempat di atas, sayangnya dapat mendorong masyarakat kita ke pemikiran yang seperti itu. Cara untuk menyelamatkan diri dari bahaya itu adalah dengan beriman dan menampilkannya dalam kehidupan kita sebagaimana sebagian telah dijelaskan pada pembahasan di atas.


[1] https://fgulen.com/tr/eserleri/prizma/bir-kere-daha-namaz