Tidaklah Sama Kebaikan dengan Kejahatan
Perbedaan Nabi Nuh ‘alaihisalam dan Nabi Musa ‘alaihisalam dengan Rasulullah ﷺ
Nabi ﷺ bersabda:”Di antara para nabi aku tidak mirip dengan Nabi Nuh dan Musa as”
Nabi Nuh ‘alaihisalam merupakan nabi yang hidup selama 950 tahun dan selama itu pula nabi Nuh berdakwah dan menasihati kaumnya. Bukan hal yang mengherankan. Semuanya atas kuasa Allah.
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang zalim.” (Al – ‘Ankabut ayat 14)
Saat semua sebab dan sarana bungkam, saat semua pintu yang diketuk tertutup untuknya. Sampai di mana akhirnya, nabi Nuh berdoa kepada tuhannya yaitu Allah subhana wa ta’ala agar kaumnya yang menolak nasihat yang beliau berikan selama 9 abad lamanya untuk diberi peringatan.
“Nuh berkata: “Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorangpun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi”.” (Nuh ayat 26)
Jangan biarkan mereka yang mengingkarimu, tak mengenalmu, menutup matanya dari perintahmu yang acuh terhadap syariahmu tinggal dan menetap di muka bumi.
“Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan”. (Nuh ayat 28)
Beliau berdoa agar kehancuran bagi orang-orang zalim ditambahkan. Namun, di tempat lain, saat Nabi Nuh kehabisan suara dan napas,
“Maka dia mengadu kepada Tuhannya: “Bahwasanya aku ini adalah orang yang dikalahkan, oleh sebab itu menangkanlah (aku)””.(Al – Qamar ayat 10)
Selama itu beliau pergi berkeliling dari pintu ke pintu Apa yang beliau sampaikan?
“Dia yang menciptakan mu, Sang Penyusun amir takwini.”
“Pencipta keseimbangan antara alam denganmu, Dia ingin kalian mengimaniNya”
Baginda Nabi ﷺ di periode tertentu berdakwah: “Ucaplah La ilaha illallah, raihlah keselamatan”
Raihlah kemenangan! Raih keselamatan!
Tak ada seorangpun berwenang mengatakannya! Hanya ia, pemiliki komunikasi dengannya, pengemban risalah, yang berwenang mengatakannya Lewat ibarat diungkapkan: “la ilaha illallah”, sedang lewat isyarat, ungkapan usulnya: “muhammadur Rasulullah ﷺ “. Maka semua nabi menyampaikan pesan yang sama, demikian juga Nabi Nuh ‘alaihisalam. Demikian juga Nabi Musa, di 1-2 tempat, untuk kaumnya yang keras kepala, khususnya pada Firaun,
Akif menyebutnya sebagai Amnofis, Atau julukan lainnya. Dimana tak ada kezaliman yang tak dirasakan Nabi Musa darinya
Musa berkata: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah memberi kepada Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia, ya Tuhan Kami — akibatnya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan Engkau. Ya Tuhan kami, binasakan lah harta benda mereka, dan kunci matilah hati mereka, maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksaan yang pedih”. (Yunus: 88)
Kemiripan Akhlah Nabi Ibrahim ‘alaihisalam dan Nabi Isa ‘alaihisalma dengan Rasulullah ﷺ
“Namun dari segi akhlak, aku mirip dengan Nabi Ibrahim dan Isa” sabda Baginda Nabi
Pernyataan ini bukanlah hafalan tanpa dipikir…
Nabi Ibrahim saat meninggalkan ayahnya, beliau mendoakannya walau ayahnya sangat keras kepala
“Dan ampunilah ayahku, sesungguhnya dia termasuk orang yang sesat”(Asy – Syu’ara’ : 86)
Jawaban beliau ketika diusir ayahnya justru doa Andai Azhar ayahnya. Beberapa penafsir berkata, ia pamannya, karena abi juga dipakai untuk panggilan paman.
Nabi Isa berkata:”Kebaikan bukanlah kebaikan kepada mereka yang berbuat baik kepadamu…”
“Kebaikan adalah berbuat baik kepada mereka yang berlaku buruk kepadamu” Itulah gambaran kelembutan akhlak Nabi Isa ‘alaihisalam. Rasulullah pun mengadopsinya.
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia”. (Fussilat ayat 34)
Kebaikan dan keburukan hal berbeda satu sama lain. Yang satu seperti anak panah yang menunjuk arah menuju neraka. Satu lagi seperti anak panah atau kompas penunjuk kiblat, ia mengarahkan ke surga. Keduanya berbeda satu sama lain,Keduanya dipisahkan jarak yang amat jauh, gap antara ‘hasanah’ dan ‘sayyi’ah’ amatlah lebar. Kebaikan tidaklah sama dengan keburukan. Bersihkanlah keburukan dengan kebaikan.
Kisah Habil dan Qabil
Jika kamu melakukannya, mereka yang selalu men denyut kan permusuhan akan membuka dadanya untuk merangkul mu. Dan hari ini, kalian menghadapi ujian yang amat besar. Heroisme adalah tidak meninggalkan kebaikan walau untuk mereka yang berlaku keterlaluan kepadamu. Seperti yang dikatakan anak pertama kebaikan (Habil) kepada keburukan (Qabil):
“Aku takut kepada Allah, Tuhan seluruh alam.”
Jika kamu mengangkat tangan untuk membunuhku, andai kamu mengangkat senjata, kapak, bayonet untuk membunuhku. Aku tak berniat untuk membalas mu, karena aku takut kepada Allah. Ingatlah akhir dari perbuatan mu, yaitu neraka. Akibat dari perbuatan mu kepadaku adalah neraka. Maka urungkan lah niatmu.
Disini sebenarnya Habil tidak ingin saudaranya masuk neraka. Tak usah Habil yang merupakan putra Nabi Adam ‘alaihisalam.
Aku pun ketika mendoakan mereka yang berbuat buruk kepada kalian “Ya Allah, janganlah Engkau hukum mereka dengan azab di akhirat. Selamatkan mereka dari neraka.”
“Jika Kehendak mu mewajibkan mereka untuk diazab, maka azab lah mereka di dunia dengan azab yang lembut.”
Di akhirat nanti wajah mereka berkerut diselimuti rasa malu. Pandangannya menyiratkan permohonan pengampunan. Mereka yang berbuat buruk, menjauhkan hak-hak hidup Anda, mereka yang membunuh karakter Anda kelak di akhirat nanti, mereka akan datang membungkuk di hadapan Anda
Doaku: “Ya Allah, agar mereka nanti tidak terlalu parah menahan malu, jika kehendak mu menghendaki azab.”
“Dengan mengakhiri masa penangguhan azab, dengan keadilan dari ke maha suci an mu, hukumlah mereka di dunia”
“Janganlah Kau azab mereka di akhirat, jangan pula Kau azab kami dengan mengazab mereka”
“Karena aku takkan sanggup! Aku tak sanggup melihat orang lain terbakar oleh api neraka jahannam…!”
Ya, Jika sosok agung tersebut sedemikian nya memikirkan Qitmir, tentu dia berkata
“Andai engkau mengulurkan tangan tuk membunuhku, aku takkan mengulurkan tangan tuk membunuhmu…”
إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ رَبَّ الْعَالَمِينَ…
“…..Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam”. (Al – Ma’idah: 28)
Karena itu, maka karakter dan akhlak inilah yang harus ditunjukkan. Benih kebaikan yang kalian tebar dan semai tanpa disadari, saat Anda melihatnya, Anda akan terkejut ia berkecambah menjadi tunas pohon-pohon kebaikan.
Atas izin Allah, tunas-tunas tersebut nantinya akan menjadi puluhan pohon cemara Anda akan berkata:”Ternyata semua ujian ini tujuannya untuk menumbuhkan ‘pohon’ ini. Berarti aku beruntung..”
Biarkan saja mereka yang memilih jalan rendah, biar mereka melanjutkan jalannya. Anda tetap harus memikirkan bagaimana cara berbuat baik kepada mereka. Hendaknya keburukan tidak dibalas dengan keburukan, sebagaimana dicontohkan Baginda Nabi, Nabi Isa membalas dengan kebaikan berarti Anda menunjukkan sifat gentelman, kemanusiaan, dan karakter mulia Anda.
قُلْ كُلٌّ يَعْمَلُ عَلَىٰ شَاكِلَتِهِ
“Katakanlah: “Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing”.”(Al – Isra’: 84)
Seseorang bersikap sesuai bawaan karakternya. Berbuat zalim, berkata zalim, berpikir zalim…
Seseorang bersikap sesuai bawaan karakternya. Berbuat zalim, berkata zalim, berpikir zalim…
Pandangan Anda harus mengalirkan keadilan,
Telinga Anda penuh akan gemerincing keadilan,
Mulut Anda harus senantiasa mengucap keadilan,
Jantung Anda pun harus mendetakkan keadilan…
Semoga Allah menjadikan kita sebagai manusia dengan kualitas demikian
Semoga Allah mengampuni kesalahan kata-kataku..
Aku mohon maaf juga dari Anda sekalian…