Ditulis Oleh : Febrian Suhud
Di dalam lembaran-lembaran suci Al-Qur’an terukir petunjuk hidup yang abadi, sebuah permata yang tak terperi indahnya, yang diterangi oleh cahaya Ilahi. Khidmah kepada Al-Qur’an bukanlah sekadar tindakan, tetapi sebuah perjalanan batin yang mengalir dalam denyut nadi umat manusia, sebuah rasa yang menyelimuti jiwa dan meresap dalam kalbu. Sebuah pengabdian yang sejatinya adalah pengorbanan tanpa pamrih, yang tiada akhir, yang menuntun umat menuju jalan kebahagiaan yang hakiki.
Khidmah kepada Al-Qur’an bermula dari sebuah cinta yang murni dan tulus, cinta yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata, tetapi terasa dalam setiap hela nafas yang kita hirup. Cinta kepada Al-Qur’an adalah cinta yang melampaui waktu, yang tidak mengenal batas ruang dan zaman. Ia adalah cinta yang menjelma dalam setiap titian langkah, dalam setiap detik yang kita jalani, sebuah hubungan antara hamba dan Tuhan yang tiada terungkap oleh dunia. Seperti lautan yang dalam, cinta ini tak terukur, tak ternilai harganya, tetapi ia mampu menenangkan gelora jiwa dan menyegarkan raga yang letih.
Di setiap ayat yang terkandung dalam Al-Qur’an, terdapat gema suara Ilahi yang menyapa jiwa kita. Bagaikan sebuah angin damai yang mengalun lembut, tiap kata dalam Al-Qur’an menyentuh relung-relung terdalam hati, mengundang nurani untuk merenung dan menghayati betapa Maha Agung-Nya Allah. Inilah cinta yang tak tampak dengan kasat mata, namun terasa dalam getaran hati yang bergetar setiap kali kita membacanya, dan setiap kali kita menghayati maknanya.
Khidmah kepada Al-Qur’an adalah amanah yang disandangkan kepada setiap hati yang beriman. Sebagaimana bumi yang menjaga tanaman dan bunga-bunga dengan penuh kasih sayang, begitu pula kita harus menjaga kemurnian wahyu ini dengan segenap jiwa raga. Al-Qur’an adalah firman Tuhan yang abadi, yang tidak pernah lekang oleh zaman. Setiap hurufnya adalah cahaya yang memancar dari Tuhan, dan menjaga Al-Qur’an berarti menjaga api tersebut agar tetap menyala dengan terang di setiap relung hidup kita.
Salah satu bentuk khidmah yang paling mulia adalah menghafal Al-Qur’an, sebuah ibadah yang bukan hanya melibatkan ingatan, tetapi juga jiwa dan hati. Menghafal Al-Qur’an adalah menanamkan cahaya Ilahi dalam diri, sebuah komitmen untuk mengingat-Nya dalam setiap helaan nafas, untuk menghidupkan kata-kata-Nya dalam setiap langkah hidup. Sebab, dalam setiap ayat yang terpatri di dalam dada seorang penghafal, terdapat cahaya yang tidak akan pernah padam, dan itulah pengabdian yang tiada bandingannya.
Khidmah kepada Al-Qur’an tidak hanya tertuang dalam kata-kata atau sekadar hafalan. Ia adalah sebuah perjalanan hidup yang mengalir dalam setiap tindakan. Sebagaimana bunga yang mekar dengan indah, setiap amalan yang terinspirasi oleh Al-Qur’an adalah buah dari cinta yang kita tanam dengan penuh kesungguhan. Setiap petunjuk yang terkandung dalam Al-Qur’an adalah bimbingan bagi kehidupan yang penuh tantangan ini. Dalam setiap persoalan hidup, Al-Qur’an adalah penyuluh yang tidak pernah pudar, memberikan kita cahaya untuk menapaki jalan yang gelap.
Al-Qur’an mengajarkan kita tentang kebijaksanaan yang tiada tara, tentang kesabaran yang mengalir seperti sungai yang tenang, tentang kejujuran yang menghiasi setiap tindakan. Ia bukan hanya kitab yang dibaca, tetapi juga kitab yang harus dihidupkan. Menjadi seorang yang berakhlak mulia, meneladani sifat-sifat Rasulullah yang terpatri dalam Al-Qur’an, adalah bentuk nyata dari khidmah kita kepada kitab yang mulia ini. Kita menjadikan setiap ajaran-Nya sebagai pedoman hidup, menyelami maknanya dalam setiap langkah, dan menebarkan kebaikan kepada sesama, sebagaimana Al-Qur’an yang selalu menyapa hati manusia dengan kedamaian.
Khidmah kepada Al-Qur’an juga terwujud dalam sikap kita yang senantiasa ingat kepada-Nya, dalam setiap hembusan angin kehidupan. Di tengah deru gelombang dunia yang tak terduga, Al-Qur’an adalah jangkar yang menenangkan, pelita yang tak pernah padam. Setiap ayat yang terukir di dalamnya adalah sumber kekuatan yang tiada terhingga. Ia menjadi obat bagi luka-luka batin, penghibur bagi hati yang gundah, dan cahaya bagi jiwa yang tersesat.
Khidmah yang terakhir, yang tak kalah penting, adalah mengajarkan Al-Qur’an kepada generasi yang akan datang. Sebagaimana seorang pelita yang memberikan cahaya kepada yang lain, begitu pula kita harus menjadi penyebar cahaya wahyu Allah kepada orang lain. Mengajarkan Al-Qur’an adalah tugas mulia yang membawa pahala yang tiada terhingga, dan dengan mengajarkannya, kita menanamkan benih-benih kebaikan yang akan berkembang hingga ke anak cucu kita. Mengajarkan Al-Qur’an adalah menyebarkan kasih sayang-Nya, membimbing umat menuju kehidupan yang penuh berkah.
Khidmah kepada Al-Qur’an adalah pengabdian yang tiada batas. Sebagaimana langit yang tak mengenal ujung, begitu juga pengabdian ini, yang terus mengalir dan menghidupkan dunia. Setiap langkah kita dalam mengikuti Al-Qur’an adalah langkah menuju kebahagiaan abadi, sebuah kebahagiaan yang melampaui dunia, yang hanya bisa diraih dengan cinta yang mendalam kepada kitab-Nya. Al-Qur’an adalah petunjuk yang selalu menemani, sebuah cahaya yang tak akan pernah padam, dan khidmah kita kepadanya adalah perjalanan yang tiada akhir, yang akan membawa kita menuju kasih-Nya yang tak terhingga.
Sebagaimana firman Allah dalam Surah Al-Baqarah ayat 2, “Kitab ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa.” Di situlah letak hakikat khidmah yang sebenarnya: menghidupkan Al-Qur’an dalam setiap detik kehidupan, menjadikannya sebagai pelita, dan melaksanakan ajarannya dengan hati yang penuh cinta. Inilah pengabdian yang sejati, yang tak akan pernah lekang oleh waktu.