fbpx
Nutrisi ImanSeri Ramadhan

Tiga Bulan Suci dan Malam Raghaib

Musim Berlimpahnya Rahmat:  Tiga Bulan Suci dan Malam Raghaib

Cemil Tokpınar

Sesaat lagi kita akan memasuki musim penuh berkah yang datang untuk menyelamatkan kita di hari-hari di mana semua umat manusia, terutama masyarakat negara kita dan dunia Islam yang tengah menghadapi berbagai masalah dan bencana.

Tiga bulan suci yang bernama Rajab, Sya’ban, dan Ramadhan. Pada hari Kamis tanggal 26 Januari 2023 biasa disebut dengan Lailatul Raghaib, malam Jumat pertama di bulan Rajab.

Tiga bulan suci merupakan musim penuh berkah dan istimewa di mana Allah SWT mencurahkan rahmat, maghfirah, dan inayat-Nya.  Kita dapat mengatakan bahwa Tiga Bulan Suci adalah rentetan peluang yang datang berturut-turut di mana bulan yang datang berikutnya nilainya semakin berharga. Ia merupakan tempat berlalu lalangnya siang dan malam penuh berkah di mana satu amalan di dalamnya akan mendapatkan 1000 ganjaran.

Sebagaimana halnya pasar dan pekan raya yang digelar pada hari dan musim tertentu memamerkan produk terbaru dan inovasi terkini serta mengobral banyak diskon dan doorprize, demikian juga bulan rajab, sya’ban dan ramadan atau lazim kita sebut sebagai dengan tiga bulan suci, di dalam hari-hari dan malam-malamnya terdapat banyak promo dan hadiah kejutan yang melebihi besaran hadiah dan diskon di hari-hari lainnya.

Ketika tiga bulan suci datang, demi mendapatkan rahmat dan berkat melimpah di dalamnya Rasulullah SAW berdoa:

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban dan pertemukanlah kami dengan bulan Ramadhan (Musnad Imam Ahmad: 1: 259).

Menghidupkan tiga bulan suci dan berjumpa dengan bulan ramadan merupakan suatu nikmat luar biasa dan anugerah yang istimewa.

Badiuzzaman Said Nursi yang merupakan teladan dalam ibadah dan doa serta panutan dalam perjuangan dan iman selalu melaksanakan program khusus untuk menghidupkan Tiga Bulan Suci, khususnya di bulan Ramadhan dan malam-malam mulia di dalamnya. Beliau juga menyemangati murid-muridnya untuk melakukan hal yang sama.

Dalam sebuah surat yang beliau tulis ketika sedang berada di Penjara Afyon, tempat di mana beliau dan murid-muridnya mengalami tekanan berat dan perampasan hak-hak sebagai manusia, seolah-olah sedang merasakan kegembiraan di hari lebaran beliau tak bisa menahan diri untuk tidak memberikan kabar gembira berikut ini:

“Lima hari lagi syuhur-u tsalâsa (tiga bulan suci) yang penuh berkah dan berlimpah pahala akan datang. Jika di waktu lain setiap amal ibadah dan kebajikan mendapat ganjaran 10 pahala, di bulan Rajab yang mulia ia akan diganjar 100 pahala, di bulan Sya’ban yang istimewa akan dibalas lebih dari 300 pahala, dan di bulan Ramadhan al Mubarakah ia akan mendapatkan 1000 pahala. Pahala ini akan meningkat ribuan kali lipat pada setiap malam jumat di dalamnya dan menjadi 30.000 ganjaran di malam lailatulqadar. Tiga bulan suci ini merupakan bazar suci yang memperjualbelikan komoditas yang berguna bagi kehidupan ukhrawi. Ia merupakan pameran sempurna bagi para ahli hakikat dan ahli ibadah. Menjalani tiga bulan suci menjanjikan ganjaran besar, seakan-akan ia telah menunaikan ibadah selama 80 tahun bagi setiap ahli iman yang menghidupkannya, apalagi di dalam Madrasah Yusufiyah di mana beramal di dalamnya bernilai 10 kali lipat dibandingkan beramal di luar. Ini tentu saja merupakan suatu keberuntungan yang sangat besar.  Betapa pun sulit untuk, tetapi kesulitan yang dijalani merupakan rahmat itu sendiri.” (Kitab Syualar, Syua ke-14)

Berdasarkan hal tersebut maka dua rakaat salat yang ditunaikan di bulan Rajab akan bernilai sebesar 200 rakaat. Satu puasa yang ditunaikan di bulan Rajab akan bernilai sebesar 100 puasa. Sedangkan sedekah sebesar seribu rupiah di bulan Rajab akan bernilai sebesar 100.000 rupiah. Pada bulan Sya’ban besaran ganjaran dinaikkan tiga kali lipat bila dibandingkan dengan pahala yang diberikan di bulan Rajab. Setiap ibadah akan diganjar pahala 300 kali lipat.

Dari kalimat dalam surat ini dapat kita pahami bahwa bulan-bulan ini adalah rangkaian peluang yang sangat besar sehingga menghidupkannya bahkan dalam kondisi di dalam penjara yang keras akan menambah jumlah ganjaran dan pahala yang diberikan oleh Allah sebanyak sepuluh kali lipat lagi.

Badiuzzaman dalam kondisi di dalam penjara yang dinginnya menusuk tulang dan pada kondisi diracun serta mendapat beragam siksaan lain sekalipun tidak mengabaikan ibadah-ibadahnya meski hanya sedikit. Dalam kondisi tersebut beliau tetap meneruskan usahanya dalam menulis karya yang berjudul “Al Hujjatuz Zahra” serta memberikan pelajaran agama meski melalui metode korespondensi surat-menyurat. Beliau menyambut datangnya tiga bulan suci ini seperti menyambut kehadiran hari raya. Ini merupakan teladan bagus dan penuh pelajaran bagi kita.

Tidak hanya hari-hari di dalam tiga bulan suci tersebut yang penuh berkah. Keberadaan malam-malam istimewa seperti malam raghaib dan mikraj di bulan rajab, lalu lailatul bara’ah di nisfu sya’ban, dan lailatulqadar di bulan ramadan menambah kemuliaan dan keistimewaan dari tiga bulan suci ini.

Malam Mulia Pertama di Bulan Rajab: Malam Raghaib

Malam Raghaib adalah malam Jum’at pertama di bulan Rajab, yaitu malam yang menghubungkan hari Kamis besok dengan hari Jumat. Di dalamnya terdapat ganjaran tambahan sebanyak seratus kali lipat pahala bagi setiap amal kebajikan dan ibadah yang diamalkan.

Raghaib, adalah sebuah kata dalam bahasa Arab. Ia berarti “sesuatu yang dicari, diinginkan, dituntut, bernilai tinggi, dan berlimpah dalam kebajikan”.

Malam Regâib mendapatkan kemuliaannya berkat kehadiran Nabi Muhammad SAW di salah satu sudut alam.

Terkait hal tersebut, Badiuzzaman mengutip salah satu memorinya ketika berada di kota Emirdag sebagai berikut:

“Saya menulis dua surat untuk Anda tepat enam jam sebelum Lailatul Raghaib tiba.   Setelah menyerahkan “Hizbun Nuriye”[1], menurut hemat saya ia merupakan sejenis Mukjizat Muhammadiyah. Kekeringan dan ketiadaan hujan selama dua bulan berturut-turut, ketika di semua wilayah doa-doa yang dipanjatkan setelah salat terasa mandul, semua orang kalbunya merintih karena putus asa dengan kekhawatiran masa depan rejekinya, tiba-tiba Lailatul Ragaib – yang belum pernah saya dengar sebelumnya sepanjang hidup saya dan yang belum pernah didengar orang lain – melalui puji-pujian tasbih yang keras dan intens dari para malaikat ar-ra’d[2]  hujan rahmat pun turun sekitar seratus kali selama tiga jam lamanya. Bahkan orang yang paling keras kepala sekalipun menyaksikan kesucian malam Raghaib dan kenabian Muhammad SAW sampai tingkat tertentu. Turunnya Rasulullah ke alam syahadah[3] di satu sisi menunjukkan bahwa dirinya adalah rahmat bagi semesta alam yang akan disaksikan keagungannya di sepanjang zaman. Alam semesta pun bertepuk tangan kepada malam terjadinya peristiwa tersebut.” (Kitab Emirdağ Lahikası, hlm.638).

Dalam riwayat Abdullah ibn-i Umar (r.a.) dan Abu Umama (r.a.), Nabi Muhammad SAW menyebutkan lima malam di mana doa tidak akan ditolak:

“Terdapat lima malam di mana doa yang dipanjatkan di waktu tersebut tidak akan ditolak: Malam pertama bulan Rajab, Malam Nisfu Sya’ban, Malam Jumat, Malam Idulfitri, dan Malam Iduladha.” (Jalaluddin Suyuti, Jâmius-Saghir, 3/454)

Bagaimana Cara untuk Menghidupkan Malam Ragaib?

Alangkah baiknya jika pada malam-malam penuh berkah ini diisi dengan banyak ibadah dari awal malam hingga datangnya waktu subuh. Usaha untuk menghidupkannya sendirian biasanya akan mudah disisipi oleh kantuk yang dihembuskan nafsu dan setan. Untuk itu, usaha yang terbaik adalah menghidupkannya dalam program bersama di masjid ataupun di suatu majelis ilmu. Dengan demikian, satu sama lain bisa saling memotivasi. Satu sama lain juga bisa saling mendoakan.

Namun, karena pandemi yang terus meliputi seluruh penjuru dunia maka kita harus mengikuti rekomendasi ahli kesehatan dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk menjaga kesehatan kita.

Terdapat lima ibadah penting yang dapat dikerjakan di malam-malam yang penuh berkah tersebut.

Bertaubat dan beristigfar: Rasulullah SAW menyampaikan bahwa dirinya bertobat dan beristigfar sehari sebanyak 70 kali. Dari sisi ini dapat diketahui bahwasanya kapan pun itu tobat dan istigfar tetap merupakan suatu ibadah yang penting. Tobat dan istigfar yang dibacakan di malam-malam mulia ini semakin menambah kemuliaannya dan insya Allah mudah untuk diterima.

Membaca Al-Qur’an: Khataman Al-Qur’an dengan jalan membagi juz. Selain itu, membaca atau menyimak surat-surat pilihan seperti Yasin, Al Fath, Ar Rahman, Al Mulk, dan An Naba juga sangat utama.

Mendirikan salat: Selain menunaikan salat fardhu diiringi zikir tasbihat panjang, mendirikan salat sunah awwabin, tahajud, taubat, tasbih, dan hajat sangatlah berfadilah.

Membaca salawat kepada Rasulullah sebanyak mungkin adalah suatu bentuk ibadah yang sangat penting di setiap waktu. Tentu saja akan ada pahala berlipat ketika ia dibacakan di malam-malam penuh berkah ini.

Berdoa: Membaca doa yang dikutip dalam Al-Qur’an dan Hadis, membaca jausyan dan doa-doa yang dibaca oleh para wali, serta memanjatkan doa yang berasal dari pengharapan hati kepada Sang Pencipta juga penting adanya. Karena doa-doa yang dipanjatkan di malam-malam penuh berkah ini akan dikabulkan. Wabil khusus berdoa kepada-Nya hingga pagi tiba supaya kita bisa terbebas dari jeratan ifrit yang mencengkeram diri.

Berpuasa di Tiga Bulan Suci

Berpuasa di pagi hari pasca malam raghaib adalah ibadah yang penuh dengan fadhilah.  Puasa dilaksanakan bukan sebelum malam tiba, melainkan setelahnya. Ini karena kalender ibadah dalam suatu hari dimulai dengan azan maghrib. Ia berakhir pada azan maghrib berikutnya.  Misalnya awal mula Ramadan dimulai dengan tarawih di malam hari dilanjutkan dengan berpuasa di pagi harinya. Namun, mereka yang sanggup menunaikan puasa sebelum dan sesudah malam ragaib tentu saja berarti telah menunaikan amal-amal yang paling utama.

Apalagi puasa sebelum malam ragaib yang jatuh pada hari kamis memang disunahkan.  Mereka yang tidak sempat berpuasa di hari kamis, tetapi hanya mampu berpuasa di hari jumat saja pun tidak mengapa. Ini dikarenakan ia jatuh bertepatan dengan hari Jum’at, tidak bisa jatuh pada pilihan hari yang lain. Ia termasuk perbuatan makruh yang mendekati halal. Pagi setelah malam raghaib selalu bertepatan dengan hari jumat, oleh karena itu tidak ada pilihan lain. Oleh karena itu, mereka yang terpaksa hanya bisa berpuasa di hari jumat karena tidak sempat berpuasa di hari kamis sebenarnya juga tidak termasuk dalam kategori makruh tanzih.

Berpuasa di tiga bulan suci selain merupakan ibadah yang penuh dengan fadhilah, ia juga merupakan sarana bagi terkabulnya doa-doa Mereka yang mampu bisa menargetkan diri untuk berpuasa sehari dalam seminggu atau bahkan beberapa hari dalam seminggu.

[1] Hizb-i Nurî  adalah hasil tafakkur Ustaz dalam Bahasa Arab. Ia membahas hakikat-hakikat dalam Risalah Nur. RIngkasan pendeknya terdapat dalam Syua ke-15, tepatnya di makam ke-2. Saat ini ringkasan dari  Hizbi Nuriye adalah wirid Khulasatul Khulasah. Ia terdapat pada kitab wirid “Hizbu Anwaril Haqaiq Nuriyah/Hizbu Envari’l Hakaiki’n- Nuriyevcuddur.

[2] Malaikat yang di berikan tugas untuk mengatur awan dan hujan di mana ia mengaturnya dengan menggunakan petir sebagai cambuk

[3] yaitu peristiwa ditanamkannya janin Nabi Muhammad ke rahim ibunya

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Dapatkan artikel baru setiap saat!    Yees! Tidak Sekarang