Allah Swt menunjukkan diri-Nya kepada alam semesta dengan menciptakan manusia untuk mengamati kenikmatan seni-Nya, membuat mereka bertepuk tangan, dan memberi makna pada pengamatan mereka. Dia menciptakan manusia agar mereka dapat mengetahui alam semesta Di alam semesta mereka dapat mengerti arti ma’rifatullah sehingga dapat beribadah kepada-Nya. Karena mata manusia tidak mampu melihat dengan cermat anugerah melimpah di alam semesta, mereka tidak dapat memahami banyak kebenaran yang telah Dia perlihatkan kepada mereka. Dan menyatakan diri-Nya kepada mereka di alam semesta dengan nama Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. “Dia maha peyayang bagi orang-orang yang beriman” (Qs. Al-Ahzab; 43).

Dia mengutus Nabi Muhammad SAW dan semua nabi lainnya ke bumi ini untuk mengajari manusia dan untuk menjelaskan arti alam semesta bagi mereka. Para nabi menjelaskan kepada manusia makna alam, makna manusia dan berusaha menunjukkan kepada manusia jalan menuju kepada Allah SWT.  Jika seseorang tidak memasuki jalan menuju Allah seperti yang ditunjukkan, dijelaskan dan diarahkan oleh para nabi. Berarti dia telah menyimpang dari jalan dan masuk ke dalam hal yang bertentangan dengan ciptaan dan fitrahnya. Orang itu akan dikatakan sesat. Jika seseorang memasuki jalan sebagaimana yang telah ditunjukkan, diarahkan, dan menuju jalan hidayah melalui wasilah nabi, maka dia telah memasuki jalan yang diridhai Allah SWT dan merupakan jalan tujuan diciptakannya alam semesta. Seperti bahasa Al Quran, seperti juga dalam kitab-kitab yang lain, Allah SWT memerintahkan para nabi, memerintahkan nabi-Nya, untuk menjadi penunjuk dan penuntun bagi jalan-Nya. “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran (nasihat) yang baik” (Qs. An Nahl; 125).

Ajaklah orang-orang ke jalan Allah. Jalan Allah adalah jalan untuk memahami tujuan Allah menciptakan alam semesta, untuk memahami keagungan Allah, untuk bersimpuh di hadapan kebesaran ini, bersujud, dan mengakui peghambaan kepada-Nya. “Ajaklah orang-orang ke jalan ini”. Begitulah Ia memerintahkan nabi-Nya. “Ajaklah dengan hikmah” (penuh kebijaksanaan). Firman-Nya, “Ajaklah mereka dengan menjelaskan kepada mereka tujuan penciptaan mereka, dengan menjelaskan makna alam semesta, dengan menunjukkan kebijaksanaan-Ku di alam semesta, dengan menunjukkan manfaat maslahat pada objek benda, dengan menguraikan isi suatu objek hingga ke bagian terkecilnya, dengan menceritakan makna pergerakannya, kelebihan-kelebihan dan kapasitasnya, panggil mereka ke jalan-Ku dengan menanamkan makna semua ini sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan mereka!” Perintah Allah. Rasulullah saw, telah menyampaikan Hakikat kepada orang-orang yang berada pada zamannya dengan tingkat pemahaman mereka. Faktanya adalah bahwa beliau telah melakukan tugasnya dengan cara yang menyenangkan semua hati. Hati kami juga senang. Semoga Allah memberinya tempat terpuji, menganugerahkan beliau lingkaran cahaya syafaat, dan membuat kita mencapai syafaatnya.

Rasulullah SAW menyampaikan al-Quran dengan cara yang diperintahkan al-Quran, dalam waktu singkat menjadi wasilah pembentukan lingkaran yang terbuat dari cahaya di sekitarnya. Lingkaran cahaya ini terus mengembang tiap harinya. Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Naabi (penyair Turki terkemuka 1642-1712), “Dia bukan bulan yang telah mengumpulkan lingkaran cahaya di sekelilingnya dan duduk di dalamnya. Ia adalah bintang.” Nabi Muhammad saw adalah seorang pengkhutbah yang menjelaskan kebenaran kepada orang-orang. Beliau menjelaskannya dengan ungkapan, “Para sahabatku bagaikan bintang-gemintang.” Sebagaimana juga beliau menjelaskan hakikat kebenaran kepada bintang-bintang. Bintang-bintang ini seperti kilau di sekitar bulan, telah menunjukkan kompetensi berkembang di sekelilingnya setiap hari. Banyak potongan es mencair, banyak batuan padat melebur menjadi tanah, dan padang rumput mulai berfungsi menjadi pot bunga untuk mawar dan bunga-bunga.

Anak dari Abu Jahal (Ikrimah), hatinya penuh dengan permusuhan dan kebencian. Dulunya adalah batuan padat. Tetapi di hadapan Rasulullah SAW, dari mulut beliau yang menuangkan kebijaksanaan dan kebenaran. Ketika beliau membuka mulut, hati Ikrimah yang keras pun luluh dan berubah menjadi padang rumput dan menjadi pot bunga untuk mawar dan bunga-bunga. Salah satu dari mereka yang menentang Rasulullah, yang menutupi telinga dan hatinya dari hikmah, adalah Khalid ibn Al Walid yang tumbuh dalam ras itu dan seorang politikus besar lainnya Amr ibn Al Ash.

Setelah Hudaibiyah, Khalid ibn Al Walid dan Amr ibn Al ‘Ash juga luluh hatinya. Sebenarnya sudah lama petir melintas di kedua pikiran mereka, tetapi karena keras kepala mereka bertahan, tetap menentang Rasulullah. Amr ibn Al ‘Ash telah pergi ke Abyssinia bertahun-tahun yang lalu. Dia telah melihat Amr bin Umayyah ra di sana. Dia meminta izin dari Negus untuk memenggal sahabat Rasulullah. Dan kemudian dinukilkan kepada kita: “Perkenankan saya wahai raja yang mulia untuk memukul kepala ummat shabiin ini. Biarkan aku memenggal Amr bin Umayyah!” Saat dia mengangkat tangannya dan hendak memukul hidungnya dengan keras, dalam kebingungan dan kemarahan itu, jantungku mau loncat karena kaget, takut aku pikir dia akan memenggal aku. Lalu dia berkata; “Bagaimana bisa! Seorang nabi yang menceritakan apa yang dikatakan Nabi Musa, seorang nabi yang adalah pertanda kabar gembira dari Isa, seorang nabi penguasa alam semesta, seorang nabi yang aku imani ini, bagaimana mungkin aku serahkan kepadamu?” “Tuanku yang mulia, apakah anda percaya padanya?” “Aku percaya padanya” katanya. Bahkan Amr ibn Al ‘Ash berkata; “Aku mengulurkan tanganku di sana, memberi penghormatan kepada penguasa.” Setelah itu, menyalalah di benaknya kebenaran cahaya di sana.

Adapun Khalid ibn Al Walid menceritakan situasinya di Hudaibiyah: Ketika utusan Allah membuat kesepakatan di sana, saya memutuskan untuk menyerang dari belakang dengan pasukan berkuda saya. Mereka berdiri untuk shalat, mereka melaksanakan shalat khauf. Sebagian tentara berdiri di hadapan kami dan sebagian lagi shalat bersama jamaah lainnya di belakang. Kemudian mereka bertukar. Saya tidak diberikan kesempatan untuk menyerang. Kemudian saya bingung tentang apa yang harus dilakukan ketika muslim dan musyrik mencapai kesepakatan.  Sampai hari itu, selama 5-6 tahun saya selalu menarik tirai ke matahari, kututup mataku, tutup telingaku pura-pura tidak mengenalnya. Rasa kantuk seketika hilang, saya merasa tidak nyaman dengan berpikir kemana harus pindah, ke Abyssinia atau Damaskus. Suatu hari, Walid ibn Al Walid, yang adalah saudara saya, lebih duluan pergi dari pada saya mencapai kebahagiaan cahaya. Dia pergi sebelum saya dan masuk ke dalam lingkaran cahaya Rasulullah. Dia menulis surat untuk saya. Dalam surat itu, saudara saya berkata: “Ketika Rasulullah telah melakukan umrah pada tahun berikutnya yang tidak bisa dia lakukan di Hudaybiyah, Dia mengatakan kepadaku “Kenapa orang seperti Khalid yang cerdas berakal masih musyrik? Bukankah seharusnya orang seperti Khalid masuk ke dalam lingkaran cahaya ini? Bukankah seharusnya dia berada di pasukan ini? Bukankah seharusnya dia termasuk di antara para utusannya? Dia menulis dalam suratnya. Ketika saya mendengar ini, saya merasa seperti dunia diberikan kepada saya. Saya telah diliputi oleh kegelisahan, saya lelah pergi ke kedai minum setiap hari, saya lelah melakukan hal-hal kekufuran, saya lelah tanpa sujud, tidak mengingat Allah, hati nurani saya membuat saya malu. Saya akhirnya memutuskan untuk pergi. Saya memutuskan untuk pergi, tetapi bagaimana saya bisa pergi sendiri? Saya pikir saya akan pergi, namun saya akan membawa orang lain. Saya pergi ke Safwan bin Umayyah yang cerdas. Dia telah banyak menentang. “Demi Allah, walaupun aku akan tinggal sendirian aku tidak akan percaya padanya” katanya. Dan saya katakan kepadanya: “Dunia sedang berantakan, pelan-pelan semua orang akan mengikutinya.”

Seolah-olah dia telah melihat hari ini. Seolah-olah dia telah melihat bahwa dua pertiga dari dunia akan berada di bawah kedaulatannya SAW. Es akan mencair, bebatuan akan berubah menjadi tanah lunak. “Semua orang akan tunduk kepadanya, ayuk kita pergi”. Khalid bin Walid kemudian mendatangi Ikrimah dan mencoba meyakinkannya. Tetapi ia tidak mengatakan apa-apa selain kata-kata Safwan. Akhirnya, beliau pergi ke Talhah bin Utsman, dan menawarkan ajakan, dia menerima untuk ikut Bersama Khalid bin Walid. “Kami pergi dalam gelap di malam hari tanpa terlihat. Saya khawatir apa yang akan terjadi jika mereka berada di hadapan kami, jika kami tidak bisa mencapai kapal (hidayah), atau jika mereka menghalangi kita untuk menjangkaunya, bagaimana jika kematian menangkap kita sebelum kita mencapainya. Pada malam hari kami meluncur di kegelapan, kami mendirikan tenda di lembah yang gelap, kami mulai beristirahat.

Utusan Allah juga pernah melewati lembah-lembah gelap di malam yang begitu gelap. Beberapa tahun kemudian, Khalid al Walid bersama Thalhah mengikutinya dalam kondisi pikiran yang sama, di udara yang sama, melewati lembah yang sunyi. Saat mereka bisa berhenti dan istirahat di sana. Malam itu dalam kekhawatiran yang sama Amr bin Al ‘Ash juga berangkat, “Aku muak dengan kekufuran ini, aku jenuh dengan kondisi tanpa shalat ini, aku bosan dengan keadaan hatiku ini yang tiada Allah di dalamnya. Aku mau pergi untuk merasakan ketenangan di kota Madinah. Aku akan bergabung mengikutinya (Rasulullah).”

Semua orang bergabung dengannya dan menemukan kebahagiaan. Dia juga muncul dari lembah gelap lain dalam sensasi dan emosi yang sama. Amr ibn Al ‘Ash berkata: “Ketika aku melihat bayangan di depan dalam kegelapan, aku berkata ‘Duh, aku tertangkap!’ Perlahan aku mendekati tenda, untuk memeriksa siapa yang ada di dalamnya. Aku berhadapan dengan Khalid ibn Al Walid. Kami telah berhadapan dengan Rasulullah di Badr. Kami berperang melawannya. Dulu kami menentang orang Muslim di Badr. Di Uhud, bersama-sama kami telah menyerang Rasulullah dari belakang. Di Khandaq kami juga bersama. Di Hudaibiyah kami juga dalam permainan yang sama, kami bermain bersama (perang).” Kami terkejut ketika kami bertemu. “Pergi kemana kamu, Khalid?” Tidak, aku hanya keluar jalan-jalan” “Dan bagaimana denganmu?” “Aku juga lagi jalan-jalan” Seorang yang lalai, seseorang yang tidak percaya kepada Allah, mengembara, berjalan dan hanya berkeliling sia-sia. Perlahan hati mereka terbuka, “Wahai Khalid, aku sudah bosan, aku sudah bosan dengan hidup dalam kekufuran. Aku juga ingin pergi ke Rasulullah untuk mengikutinya, aku akan pergi dan mengatakan: “Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, yang menyembuhkan segala penyakit.”Betulkah? Aku juga keluar karena itu, aku juga sedang pergi ke arah sana.” Kedua komandan saling berpelukan. Mereka menangis di pundak mereka dan berjalan beriringan bersama dalam perjalanan mereka menuju kekekalan.

Berita itu sudah sampai ke Rasulullah. Allah, yang kebesaran-Nya menghubungkan langit dan bumi, memusatkan dan menentukan barat dan timur. Allah telah mengirim malaikat-Nya dan telah memberitakan kabar ini. Khalid bertemu dari jauh, dan mengatakan bahwa dia sedang ditunggu oleh Rasulullah. Khalid begitu bahagia. “Kami tinggal di Aqabah, ada orang yang datang menemui kami, lalu kami pergi ke Madinah, memasuki hadirat Rasulullah. Beliau Saw. menyambut kami dengan senyum di wajahnya. Ketika duduk langsung saya ucapkan:    أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ الله

Khalid ibn al Walid mengatakan: “Saya merasa seolah-olah memasuki surga, tetapi ada masalah dalam diriku. Baik saya maupun Amr ibn Al Ash tidak dapat mengangkat kepala dan memandang wajah beliau.” Terutama yang dikatakan Amr ibn Al ‘Ash, “Wahai Rasulullah, saya telah melakukan banyak hal jahat kepadamu sehingga tak mampu melihat wajahmu, doakan saya! Begitupun Khalid al Walid juga mengatakan hal yang sama, meminta dimohonkan ampunan dari Rasulullah. Kemudian Rasulullah mengangkat tangannya: “Ya Allah, ampunilah Khalid. Sejak hari itu, Rasulullah menggambarkan Khalid sebagai pedang yang ditempatkan melawan kekufuran. Ia menjulukinya Saifullah. Tentara ciut di hadapannya, batu-batu melebur. Nama Allah berkibar di bahu dan di embara. Nama Allah adalah yang tertinggi, ditunjukkan di alam semesta sebagai yang tertinggi oleh Khalid ibn al Walid dan Amr ibn Al ‘Ash.

Ya, ceritakan kebenaran dengan kebijaksanaan, ceritakan Al-Quran dengan kebijaksanaan. Ceritakan nabi kita Muhammad SAW yang mulia yang telah melakukan misinya dengan kebijaksanaan. Es akan mencair, gunung-gunung akan meleleh, batu-batu akan melebur, semua orang dan segala sesuatu di alam semesta akan datang dan  mengatakan Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.” Rahasia “tidak ada yang tidak memuliakan Dia dengan pujian-Ny” akan dipahami. Dia yang ditinggikan dan dimuliakan oleh segala hal akan dinyatakan, semuanya akan berlutut di hadapan Allah. Anda hanya perlu memberitahu tentang-Nya kepada semua orang di mana pun anda berada. Semoga Allah Yang Maha Kuasa melindungi hati dari petunjuk yang buruk, hasrat kepada-Nya, dan memberikan semangat ini kepada mereka yang hatinya telah terjepit dan membusuk di abad ini. Terutama Muslim yang menderita, dengan memberi mereka makan dengan inspirasi ini. Semoga Dia memberi kepercayaan kepada hati. Semoga Dia menganugrahkan antusiasme menjadi orang yang percaya setelah mendengar kebenaran iman dan menceritakannya kepada yang lain!

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You may also like

More in Dawai Kalbu