Artikel pertama dari seri artikel ini membahas tentang “Rumah”. Oleh karena itu, di artikel seri kedua, topik yang akan kita bahas adalah bagaimana seharusnya orang-orang yang tinggal di Rumah tersebut dididik dan dibina, serta apa saja buku-buku yang harus mereka dibaca?.
Fungsi utama dari Rumah adalah untuk mendidik dan membina orang-orang yang tinggal didalamnya, agar mengagungkan sang pencipta mereka, serta berkomitmen penuh dalam mewujudkan nilai-nilai universal dan kemanusiaan. Sehingga, mereka yang tinggal di Rumah ini adalah “individu” yang telah menetapkan hati mereka pada i’lâ-ı kalimatullah (mengagungkan Allah), yang berempati kepada sesama dimanapun ia berada, mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan, mengorbankan kenyamanan pribadi demi terciptanya perdamaian umat manusia dan berdiri di garda terdepan dalam menentang ketidakadilan.
Sebagai relawan Hizmet, panduan utama kita adalah Risalah Nur. Tanpa membaca dan memahami Risalah Nur dengan baik, mustahil untuk bisa memahami Hizmet secara mendalam.
APA ITU RISALAH NUR?
Risalah Nur bukanlah sekedar sumber pengetahuan yang biasa saja. Tidaklah cukup hanya menganggapnya sebagai karya yang dapat membuktikan keberadaan Tuhan secara logika saja. Risalah Nur adalah sumber yang menjelaskan tentang ‘ma’rifatullah‘ secara rinci. Risalah Nur adalah kunci pengetahuan tentang Tuhan. Risalah Nur adalah tafsir Al-Qur’an yang menerangi zaman ini. Oleh karena itu, ia berisi ilham serta memiliki pesona dan celupan dari Al-Quran. Sebagai contoh, jika anda membaca Risalah Ikhlas anda akan menemui setiap kalimatnya adalah kata-kata mulia yang bersumber dari Al-Qur’an, seperti itulah setiap bagian dari Risalah Nur. Risalah Nur ditulis dengan kezuhudan yang tinggi dan dengan rahmat Allahﷻ, sehingga Risalah Nur menjadi sumber inspirasi Ilahi.
Apakah ada mahakarya yang seperti Risalah Nur ini dalam sejarah?
Selama lebih dari 60 tahun telah dibaca dan didiskusikan ribuan kali bahkan ratusan ribu kali dan bahkan sampai jutaan kali, baik di Rumah-rumah di Turki maupun di seluruh dunia dan hal ini masih terus berlanjut hingga hari ini.
Penerimaan yang baik ini merupakan anugerah Ilahi atas kebulatan tekad, kebaikan, dan kezuhudan serta keikhlasan penulisnya.
Allahﷻ menganugerahkan pesona yang luhur kepada “Risalah Nur”. Disaat anda membacanya dan pikiran anda sibuk dengan kata-kata yang ada didalamnya, disaat bersamaan ia memperbaiki hati anda. Disaat anda mencoba memahami kata-kata yang ada didalamnya, disaat bersamaan ia merekonstruksi pikiran anda. Bahkan ketika anda menyelesaikan suatu topik pembahasan dalam Risalah Nur, namun anda tidak mengerti apa-apa, pada hakikatnya tanpa anda sadari ia memenuhi alam pikiran anda dengan cahaya. Dan dengan cahaya itu akan memberikan panduan yang sempurna kepada jiwa anda untuk berperilaku positif. Semua ini akan terwujud selama Risalah Nur dijadikan wasilah dan sarana menuju Allahﷻ.
Tetapi, ketika anda mendekati teks-teks Risalah Nur dengan kesombongan, kefanatikan, dan keinginan menjadi orang ternama dalam masyarakat, maka pesonanya akan hilang. Ketika anda menjadikan Risalah Nur sebagai tujuan bukan sebagai sarana, mengubahnya menjadi komoditas komersial, atau menjadikan Risalah Nur hanya sebagai alat untuk mempublikasikan pengetahuan yang anda miliki, maka Risalah Nur yang luar biasa ini menutup pintunya bagi anda. Sihir dan celupannya akan hilang, penunjuk arahnya akan buram. Jika seperti ini, meskipun Risalah Nur ada dalam hafalan anda, namun anda tidak akan mendapatkan manfaat apa-apa dari Risalah Nur.
BUKU PIRLANTA
Setelah Risalah Nur menenangkan jiwa dan menjadikan tawajjuh kepada Allahﷻ sebagai sifat serta karakternya, maka hal yang perlu dilakukan selanjutnya adalah mewujudkannya dalam bentuk amal saleh. Untuk melakukan amal saleh dan kedisiplinan ada seri buku Prisma, seperti: Buku Dakwah, Cahaya Al-Qur’an, Cahaya Abadi dan Kriteria.. Namun sebelum membaca buku-buku yang disebutkan di atas, buku pertama yang perlu dibaca dan diselesaikan terlebih dahulu adalah seri buku Pirlanta.
Menjaga keikhlasan saat menulis sesuatu, mudah jika hanya dalam ucapan saja, namun dalam pelaksanaanya sangatlah sulit. Prinsip dalam meneliti sebuah karya adalah seseorang tidak boleh mencampurkan keinginan pribadinya pada sebuah karya yang ia teliti. Cobalah telaah kumpulan ceramah yang sudah disampaikan 50 tahun yang lalu dan telitilah dengan prinsip tersebut diatas. Jika anda adalah orang yang memiliki rasa keingintahuan yang tinggi, anda akan dapat membedakan kalimat-kalimat yang bercampur dengan keinginan pribadi pembicara. Sosok yang sudah berbicara selama puluhan tahun dan apa yang ia sampaikan tidak ada unsur keinginan diri pribadinya meskipun satu kalimat, hal ini menunjukan sebuah fakta bahwa pembicara tersebut berbicara dengan keikhlasan dan ketulusan yang sangat tinggi. Oleh karena itu, untuk mendapatkan celupan keikhlasan yang sama, membukukan dan membacanya adalah wasilah yang sangat membahagiakan.
Seperti yang diajarkan oleh Risalah Nur kepada kita yaitu perbedaan antara “makna huruf” dan ” makna ismi”, dalam pandangan kami, karya-karya ini juga demikian:
“Alam semesta harus dimaknai dengan makna huruf dan melihatnya berdasarkan pandangan tersebut. Adalah suatu kesalahan jika memahami alam semesta dengan makna ismi dan sebab-sebabnya.”
Merupakan suatu hal yang berbahaya, jika memuliakan karya-karya ini dan penulisnya dengan makna ismi. Memuliakannya dengan sebutan wali atau sosok yang bebas dari kesalahan, bahkan menyebutnya dalam setiap majelis sebagai manusia luar biasa dan mengagungkannya dengan makna ismi sebagai manusia suci. Pernyataan-pernyataan ini dan yang serupa dengannya dapat berujung pada kemusyrikan. Hal ini juga menyebabkan hilangnya cahaya dari karya-karya ini.
Selain daripada itu, jika hanya berfokus pada bagian luar saja, bukan pada makna yang terkandung didalamnya. Hanya terpaku pada satu dari delapan Risalah atau hanya terpikat dengan pola formal buku yang dibaca, terpesona dengan fiksi teksnya, tertarik pada sajak-sajak puisinya. Hal ini ibaratkan memakan madu yang ada dalam sebuah botol dengan menjilati bagian luar botolnya saja.Ketika perhatian hanya terfokus pada sastra, gaya bahasa dan kefasihannya saja, maka esensi yang ada didalamnya akan terlupakan.
Setelah membangun sebuah pondasi yang kokoh dengan semua karya-karya ini, setiap orang harus mampu beradaptasi dengan dunia yang selalu berubah secara proporsional sesuai dengan cakrawala mereka. Lalu setiap orang perlu membaca karya klasik dunia dan karya klasik lokal dari negara asal mereka masing-masing agar dapat mengenal dan memahami manusia lain yang ada disekitarnya. Namun hal-hal yang juga perlu diingat adalah, bahwa setiap orang perlu menguasai sejarah, filsafat, ilmu logika dan bidang ilmu pengetahuan lainnya pada tingkatan tertentu.
KAKAK PEMBINA
Membaca sangatlah penting, tetapi membaca bukanlah segalanya. Jika karya yang dibaca tidak dihayati dalam kehidupan, jika semua sikap dan tingkah laku tidak berubah menjadi amal saleh, maka menjadi nyata kebenaran ayat berikut: “Perumpamaan orang-orang yang diberi tugas membawa Taurat, kemudian mereka tidak membawanya (tidak mengamalkannya) adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Sangat buruk perumpamaan kaum yang mendustakan ayat- ayat Allahﷻ. Dan Allahﷻ tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim” (Al-Jumu’ah ayat 5).
Seorang kakak pembina harus mengisi waktunya dengan amal saleh agar tidak terlena oleh godaan hawa nafsu.
Siapa yang akan mendidik dan membina kakak pembina?
Seperti yang disebutkan dalam sebuah paradoks “Apakah ayam yang keluar dari telur atau telur yang keluar dari ayam”. Sama halnya, bahwa siswa yang berkualitas tidak akan hadir tanpa kakak pembina (mentor) yang berwibawa dan berkualitas atau dalam arti kiasan “idola” yang mendidik dan membimbing mereka dengan baik. Kakak pembina (mentor) yang berkualitas hanya dapat dibentuk oleh sosok yang berkualitas juga. Jika tidak ada siklus yang benar seperti ini, rumah- rumah tidak dapat menjalankan fungsinya secara sempurna. Saat ini, kakak pembina (mentor) adalah aspek yang sangat dibutuhkan, terutama bagi siswa yang pergi ke luar negeri dan mencoba untuk belajar bahasa dan beradaptasi dengan sekolah asing.
Membina generasi tidak bisa dilakukan secara paketan. Membina secara paketan sama seperti membuat patung secara grosir. Patung buatan bisa diproduksi secara langsung dalam jumlah yang banyak tetapi tidak memiliki nilai seni. Membina secara paketan tidak bisa melahirkan “Individu” yang dapat menjadi diri mereka sendiri dan berkontribusi pada dunia.
Apakah Kamp itu mesin cetak?
Kamp adalah program kolektif yang sangat penting dan tak tergantikan. Sudah barang tentu program ini memberikan nilai-nilai yang positif. Tetapi kamp bukanlah “mesin cetak”. Jika tidak ada bimbingan terhadap siswa secara individu, mendengarkan permasalahan yang mereka alami satu persatu, memahami apa yang mereka inginkan dan membangun ukhuwah yang kokoh, maka efek kamp akan seperti api yang membakar daun kering yang membesar seketika lalu habis dengan sekejap. Jika kamp yang dilakukan selama 10 hari merupakan kelanjutan atau bagian dari apa yang dilakukan pada 355 hari lainnya dalam setahun, maka efisiensi nyata akan dapat diperoleh. Jika tidak, bimbingan yang dilakukan selama kamp akan seperti hujan dimusim panas yang turun tiba-tiba kemudian deras sekejap lalu mengering dengan cepat.
Pertanyaan tes kualitas pembinaan
Apakah pembinaan atau Hizmet di kota tersebut ada atau tidak?
Tes ini dapat dilakukan dengan mudah, ada dua aspek yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur:
Pertama: Ada berapa Rumah yang sesuai dengan ketentuan ideal ?
Kedua: Berapa banyak pembina yang memenuhi syarat yang anda miliki?
Aspek-aspek lainnya adalah data statistik saja.
Jika tidak ada pembinaan seperti ini, maka sekolah maupun lembaga lain yang kita miliki tidak lebih berharga daripada sekolah biasa atau lembaga biasa. Dari perspektif ini dapat dikatakan bahwa Rumah yang ideal lebih berharga daripada sekolah yang besar atau institusi yang megah sekalipun.
********
Makna Huruf (Simbolik): yaitu melihat segala sesuatu yang ada pada makhluk dan seluruh alam semesta adalah dari Allahﷻ dan Allahﷻ lah yang menciptakan itu semua. Artinya, segala sesuatu tidak memiliki makna jika tidak dinisbatkan kepada sang penciptanya yaitu Allahﷻ. Jika melihat pada sebuah apel, maka ada ratusan simbol yang menunjukkan bahwa sang penciptanya adalah Allahﷻ. Maka dari itu, ratusan simbol yang menunjukan adanya sang maha pencipta disebut dengan makna huruf.
Makna Ismi (Hakiki): yaitu melihat segala sesuatu yang ada pada makhluk dan seluruh alam semesta adalah sebuah hakikat dan bukan dari Allahﷻ. Dengan kata lain, melihat makhluk dan alam semesta atas nama mereka sendiri dan tidak menisbatkannya kepada Allahﷻ. Jika melihat pada sebuah apel dan menilai bahwa apel itu ada dengan sendirinya, maka hal ini adalah peniadaan terhadap ribuan simbol yang menunjukan sang maha pencipta yaitu Allahﷻ. Makna ismi (hakiki) hanya milik Allahﷻ.