Nutrisi Karakter

Membaca Risalah Nur Setiap Hari

Sebaiknya Dalam Sehari Kita Baca Risalah Nur Berapa Halaman?[1] Penulis | Cemil Tokpınar Beberapa tahun yang lalu, kami pernah bertamu ke rumah salah satu teman yang berprofesi sebagai seorang guru. Di rak bukunya terdapat set risalah nur. Ketika senggang, kami membaca sebuah pelajaran dari buku tersebut. Buku terlihat baru, masih mulus. Mungkin baru dibeli. Karena penasaran, aku pun bertanya: “Apakah Anda telah selesai membaca semua set buku risalah nur?” “Belum” jawabnya. “Apakah Anda telah menyelesaikan seri-serinya yang paling tebal? Misalnya al Kalimat, al Maktubat, atau judul risalah lainnya?” tanyaku lagi. “Saya belum pernah menyelesaikan buku-buku yang tebal. Di program-program membaca, […]
Dawai Kalbu

Kita Tidak Mampu Membaca Seperti Dulu Kala

Kita tidak mampu membaca seperti dulu kala. Kita tidak mampu membaca buku-buku itu (Risalah Nur). Menurut saya, membaca buku-buku itu, meskipun mengulang apa yang sudah kita ketahui, di satu sisi, hal tersebut menunjukkan adanya hubungan, antara memahami apa yang seharusnya dibaca, setelah Al-Quran dan Sunnah, dengan apa yang seharusnya dipahami dan hubungan antara pendekatkan diri kita dengan ruh dan sosok yang ada di balik tugas mulia tersebut bersama dengan wasilah tersebut kita juga mendekatkan diri kepada Nabi Muhammad SAW dan Allah SWT. Jika memang untuk meraih hubungan tersebut harus menempuh jalan ini, namun terutama diri kita seolah-olah telah menghancurkan jembatan […]
Mutiara Hati

Menjadi Pembaca yang Benar

Menjadi Pembaca yang Benar   Tanya: Di seluruh penjuru dunia, perhatian kepada gerakan sukarela ini semakin bertambah dari hari ke hari. Untuk itu, apa saja yang perlu dijadikan prioritas agar kesempatan ini tidak sia-sia dan lawan bicara kita dapat memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat? Jawab: Pertumbuhan atensi secepat deret geometri[1] kepada gerakan sukarela benar-benar terjadi akhir-akhir ini. Teman-teman kita telah tersebar hingga  ke 150-160 negara. Seakan-akan tidak lagi tersisa tempat dimana Anda tidak menghembuskan nafas dan memperdengarkan pesan-pesan Anda. Sebagai bentuk tahadduts ni’mah[2], dapat dikatakan bahwasanya kita menerima anugerah yang dulu pernah diberikan Allah kepada para sahabat. Tentu saja […]