Seseorang yang beriman sebaiknya tidak mengharapkan hal duniawi maupun ukhrawi saat melayani agamanya. Dalam salah satu dialognya, Ustad Fethullah Gülen menjabarkan tentang penjelasan ini dalam beberapa uraian berikut:
“Bagian kita adalah melayani tanpa mengahrapkan apapun. Entah itu ditempat yang sekarang atau dimanapun nanti, seorang yang melayani tidak boleh mengharapkan hal-hal duniawi. Saya selalu sampaikan kepada siswa-siswa terkasih saya, “Menyebarlah ke seluruh dunia. Jangan harapkan upah ataupun beasiswa. Jadilah buruh, pencuci piring atau tukang sapu dan hidupilah diri anda, namun tetap layani masyarakat sekitar dan agama anda. Jika anda punya bakat atau keahlian, tulislah sesuatu, terbitkan buku. Jika tidak ada pilihan lain, jadilah pengangkut sampah, tapi jangan pernah mengharapkan apapun sebagai upahmu. Jika tidak seperti itu, anda akan melewatkan hari-hari yang diimpikan di masa depan.”
Dalam hal melayani, seorang yang beriman harusnya ada di baris terdepan, namun saat tiba waktu pembagian upah, dia ada di baris paling belakang tak mengharap imbalan apapun. Seseorang dengan jiwa melayani hanya mengharapkan upah balasan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Dia tidak boleh berharap apapun dari orang lain. Orang-orang dengan jiwa melayani, yang tidak memiliki impian kecuali Ridha dari Allah SWT, harusnya selalu sensitif terhadap kedudukan dunia yang hanya sebagai tempat sementara bukan tempat untuk mencari pamrih. Mereka harus memiliki pemahaman bahwa “Upah dari pelayanan kami adalah nanti di Akhirat”; karenanya mereka akan terus berusaha tanpa lelah, tanpa mengharapkan sekepingpun koin sebagai imbalan.
Sebagai contoh, salah satu harapan yang paling penting adalah untuk mendidik generasi emas. Investasi terbaik adalah investasi yang disalurkan untuk mendidik seorang manusia, khususnya adalah anak muda. Pemuda hari ini akan menjadi pelayan bagi bangsa dan masyarakat di masa depan sebagai sosok dewasa masa depan.
Suatu hari, berkumpulah sekumpulan prajurit dalam suatu musyawarah. Umar bin Khattab bertanya kepada mereka satu per satu: “Anda memiliki impian untuk melayani Islam. Jika saja Tuhan menerima doamu, apa yang akan Anda minta dari-Nya atasnama untuk melayani Islam?”
Seorang dari mereka membalas: “Jika doa saya dikabulkan, saya akan meminta sebuah peti emas. Saya akan gunakan itu semua untuk mengabdi kepada Islam.”
Umar bertanya pertanyaan yang sama kepada seorang yang lain yang ada di sebelahnya, dia menjawab: “Saya juga akan meminta sepeti penuh harta dan saya akan gunakan semua koin peraknya untuk mengabdi kepada Islam.”
Seorang yang lain menyaut: “Kalau saya akan meminta dari Allah SWT sekawanan domba yang sangat besar, hingga memenuhi padang pasir. Saya akan menyalurkan hasil susu dan daging dari hewan ternak tersebut untuk para muslim dan untuk melayani Islam.”
Diakhir, pasukan tersebut bertanya ke Sayidina Umar, apa yang akan dia doakan. Umar menjawab: “Jikalau Tuhan mengabulkan apa yang saya minta, saya tidak akan meminta perak, emas, domba ataupun unta. Saya akan memohon seorang kawan yang setia. Kawan seperti Abu Ubayda, Abu Dharr dan Muaz bin Jabal.”
Memang, membesarkan generasi yang dirahmati adalah hal yang paling penting.