mengembangkandiri.com ramadan-kareem-greeting-photo-2022-02-02-20-57-31-utc

Tiga Bulan Suci dan Malam Raghaib

Musim Berlimpahnya Rahmat:  Tiga Bulan Suci dan Malam Raghaib

Cemil Tokpınar

Sesaat lagi kita akan memasuki musim penuh berkah yang datang untuk menyelamatkan kita di hari-hari di mana semua umat manusia, terutama masyarakat negara kita dan dunia Islam yang tengah menghadapi berbagai masalah dan bencana.

Tiga bulan suci yang bernama Rajab, Sya’ban, dan Ramadhan. Pada hari Kamis tanggal 26 Januari 2023 biasa disebut dengan Lailatul Raghaib, malam Jumat pertama di bulan Rajab.

Tiga bulan suci merupakan musim penuh berkah dan istimewa di mana Allah SWT mencurahkan rahmat, maghfirah, dan inayat-Nya.  Kita dapat mengatakan bahwa Tiga Bulan Suci adalah rentetan peluang yang datang berturut-turut di mana bulan yang datang berikutnya nilainya semakin berharga. Ia merupakan tempat berlalu lalangnya siang dan malam penuh berkah di mana satu amalan di dalamnya akan mendapatkan 1000 ganjaran.

Sebagaimana halnya pasar dan pekan raya yang digelar pada hari dan musim tertentu memamerkan produk terbaru dan inovasi terkini serta mengobral banyak diskon dan doorprize, demikian juga bulan rajab, sya’ban dan ramadan atau lazim kita sebut sebagai dengan tiga bulan suci, di dalam hari-hari dan malam-malamnya terdapat banyak promo dan hadiah kejutan yang melebihi besaran hadiah dan diskon di hari-hari lainnya.

Ketika tiga bulan suci datang, demi mendapatkan rahmat dan berkat melimpah di dalamnya Rasulullah SAW berdoa:

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban dan pertemukanlah kami dengan bulan Ramadhan (Musnad Imam Ahmad: 1: 259).

Menghidupkan tiga bulan suci dan berjumpa dengan bulan ramadan merupakan suatu nikmat luar biasa dan anugerah yang istimewa.

Badiuzzaman Said Nursi yang merupakan teladan dalam ibadah dan doa serta panutan dalam perjuangan dan iman selalu melaksanakan program khusus untuk menghidupkan Tiga Bulan Suci, khususnya di bulan Ramadhan dan malam-malam mulia di dalamnya. Beliau juga menyemangati murid-muridnya untuk melakukan hal yang sama.

Dalam sebuah surat yang beliau tulis ketika sedang berada di Penjara Afyon, tempat di mana beliau dan murid-muridnya mengalami tekanan berat dan perampasan hak-hak sebagai manusia, seolah-olah sedang merasakan kegembiraan di hari lebaran beliau tak bisa menahan diri untuk tidak memberikan kabar gembira berikut ini:

“Lima hari lagi syuhur-u tsalâsa (tiga bulan suci) yang penuh berkah dan berlimpah pahala akan datang. Jika di waktu lain setiap amal ibadah dan kebajikan mendapat ganjaran 10 pahala, di bulan Rajab yang mulia ia akan diganjar 100 pahala, di bulan Sya’ban yang istimewa akan dibalas lebih dari 300 pahala, dan di bulan Ramadhan al Mubarakah ia akan mendapatkan 1000 pahala. Pahala ini akan meningkat ribuan kali lipat pada setiap malam jumat di dalamnya dan menjadi 30.000 ganjaran di malam lailatulqadar. Tiga bulan suci ini merupakan bazar suci yang memperjualbelikan komoditas yang berguna bagi kehidupan ukhrawi. Ia merupakan pameran sempurna bagi para ahli hakikat dan ahli ibadah. Menjalani tiga bulan suci menjanjikan ganjaran besar, seakan-akan ia telah menunaikan ibadah selama 80 tahun bagi setiap ahli iman yang menghidupkannya, apalagi di dalam Madrasah Yusufiyah di mana beramal di dalamnya bernilai 10 kali lipat dibandingkan beramal di luar. Ini tentu saja merupakan suatu keberuntungan yang sangat besar.  Betapa pun sulit untuk, tetapi kesulitan yang dijalani merupakan rahmat itu sendiri.” (Kitab Syualar, Syua ke-14)

Berdasarkan hal tersebut maka dua rakaat salat yang ditunaikan di bulan Rajab akan bernilai sebesar 200 rakaat. Satu puasa yang ditunaikan di bulan Rajab akan bernilai sebesar 100 puasa. Sedangkan sedekah sebesar seribu rupiah di bulan Rajab akan bernilai sebesar 100.000 rupiah. Pada bulan Sya’ban besaran ganjaran dinaikkan tiga kali lipat bila dibandingkan dengan pahala yang diberikan di bulan Rajab. Setiap ibadah akan diganjar pahala 300 kali lipat.

Dari kalimat dalam surat ini dapat kita pahami bahwa bulan-bulan ini adalah rangkaian peluang yang sangat besar sehingga menghidupkannya bahkan dalam kondisi di dalam penjara yang keras akan menambah jumlah ganjaran dan pahala yang diberikan oleh Allah sebanyak sepuluh kali lipat lagi.

Badiuzzaman dalam kondisi di dalam penjara yang dinginnya menusuk tulang dan pada kondisi diracun serta mendapat beragam siksaan lain sekalipun tidak mengabaikan ibadah-ibadahnya meski hanya sedikit. Dalam kondisi tersebut beliau tetap meneruskan usahanya dalam menulis karya yang berjudul “Al Hujjatuz Zahra” serta memberikan pelajaran agama meski melalui metode korespondensi surat-menyurat. Beliau menyambut datangnya tiga bulan suci ini seperti menyambut kehadiran hari raya. Ini merupakan teladan bagus dan penuh pelajaran bagi kita.

Tidak hanya hari-hari di dalam tiga bulan suci tersebut yang penuh berkah. Keberadaan malam-malam istimewa seperti malam raghaib dan mikraj di bulan rajab, lalu lailatul bara’ah di nisfu sya’ban, dan lailatulqadar di bulan ramadan menambah kemuliaan dan keistimewaan dari tiga bulan suci ini.

Malam Mulia Pertama di Bulan Rajab: Malam Raghaib

Malam Raghaib adalah malam Jum’at pertama di bulan Rajab, yaitu malam yang menghubungkan hari Kamis besok dengan hari Jumat. Di dalamnya terdapat ganjaran tambahan sebanyak seratus kali lipat pahala bagi setiap amal kebajikan dan ibadah yang diamalkan.

Raghaib, adalah sebuah kata dalam bahasa Arab. Ia berarti “sesuatu yang dicari, diinginkan, dituntut, bernilai tinggi, dan berlimpah dalam kebajikan”.

Malam Regâib mendapatkan kemuliaannya berkat kehadiran Nabi Muhammad SAW di salah satu sudut alam.

Terkait hal tersebut, Badiuzzaman mengutip salah satu memorinya ketika berada di kota Emirdag sebagai berikut:

“Saya menulis dua surat untuk Anda tepat enam jam sebelum Lailatul Raghaib tiba.   Setelah menyerahkan “Hizbun Nuriye”[1], menurut hemat saya ia merupakan sejenis Mukjizat Muhammadiyah. Kekeringan dan ketiadaan hujan selama dua bulan berturut-turut, ketika di semua wilayah doa-doa yang dipanjatkan setelah salat terasa mandul, semua orang kalbunya merintih karena putus asa dengan kekhawatiran masa depan rejekinya, tiba-tiba Lailatul Ragaib – yang belum pernah saya dengar sebelumnya sepanjang hidup saya dan yang belum pernah didengar orang lain – melalui puji-pujian tasbih yang keras dan intens dari para malaikat ar-ra’d[2]  hujan rahmat pun turun sekitar seratus kali selama tiga jam lamanya. Bahkan orang yang paling keras kepala sekalipun menyaksikan kesucian malam Raghaib dan kenabian Muhammad SAW sampai tingkat tertentu. Turunnya Rasulullah ke alam syahadah[3] di satu sisi menunjukkan bahwa dirinya adalah rahmat bagi semesta alam yang akan disaksikan keagungannya di sepanjang zaman. Alam semesta pun bertepuk tangan kepada malam terjadinya peristiwa tersebut.” (Kitab Emirdağ Lahikası, hlm.638).

Dalam riwayat Abdullah ibn-i Umar (r.a.) dan Abu Umama (r.a.), Nabi Muhammad SAW menyebutkan lima malam di mana doa tidak akan ditolak:

“Terdapat lima malam di mana doa yang dipanjatkan di waktu tersebut tidak akan ditolak: Malam pertama bulan Rajab, Malam Nisfu Sya’ban, Malam Jumat, Malam Idulfitri, dan Malam Iduladha.” (Jalaluddin Suyuti, Jâmius-Saghir, 3/454)

Bagaimana Cara untuk Menghidupkan Malam Ragaib?

Alangkah baiknya jika pada malam-malam penuh berkah ini diisi dengan banyak ibadah dari awal malam hingga datangnya waktu subuh. Usaha untuk menghidupkannya sendirian biasanya akan mudah disisipi oleh kantuk yang dihembuskan nafsu dan setan. Untuk itu, usaha yang terbaik adalah menghidupkannya dalam program bersama di masjid ataupun di suatu majelis ilmu. Dengan demikian, satu sama lain bisa saling memotivasi. Satu sama lain juga bisa saling mendoakan.

Namun, karena pandemi yang terus meliputi seluruh penjuru dunia maka kita harus mengikuti rekomendasi ahli kesehatan dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk menjaga kesehatan kita.

Terdapat lima ibadah penting yang dapat dikerjakan di malam-malam yang penuh berkah tersebut.

Bertaubat dan beristigfar: Rasulullah SAW menyampaikan bahwa dirinya bertobat dan beristigfar sehari sebanyak 70 kali. Dari sisi ini dapat diketahui bahwasanya kapan pun itu tobat dan istigfar tetap merupakan suatu ibadah yang penting. Tobat dan istigfar yang dibacakan di malam-malam mulia ini semakin menambah kemuliaannya dan insya Allah mudah untuk diterima.

Membaca Al-Qur’an: Khataman Al-Qur’an dengan jalan membagi juz. Selain itu, membaca atau menyimak surat-surat pilihan seperti Yasin, Al Fath, Ar Rahman, Al Mulk, dan An Naba juga sangat utama.

Mendirikan salat: Selain menunaikan salat fardhu diiringi zikir tasbihat panjang, mendirikan salat sunah awwabin, tahajud, taubat, tasbih, dan hajat sangatlah berfadilah.

Membaca salawat kepada Rasulullah sebanyak mungkin adalah suatu bentuk ibadah yang sangat penting di setiap waktu. Tentu saja akan ada pahala berlipat ketika ia dibacakan di malam-malam penuh berkah ini.

Berdoa: Membaca doa yang dikutip dalam Al-Qur’an dan Hadis, membaca jausyan dan doa-doa yang dibaca oleh para wali, serta memanjatkan doa yang berasal dari pengharapan hati kepada Sang Pencipta juga penting adanya. Karena doa-doa yang dipanjatkan di malam-malam penuh berkah ini akan dikabulkan. Wabil khusus berdoa kepada-Nya hingga pagi tiba supaya kita bisa terbebas dari jeratan ifrit yang mencengkeram diri.

Berpuasa di Tiga Bulan Suci

Berpuasa di pagi hari pasca malam raghaib adalah ibadah yang penuh dengan fadhilah.  Puasa dilaksanakan bukan sebelum malam tiba, melainkan setelahnya. Ini karena kalender ibadah dalam suatu hari dimulai dengan azan maghrib. Ia berakhir pada azan maghrib berikutnya.  Misalnya awal mula Ramadan dimulai dengan tarawih di malam hari dilanjutkan dengan berpuasa di pagi harinya. Namun, mereka yang sanggup menunaikan puasa sebelum dan sesudah malam ragaib tentu saja berarti telah menunaikan amal-amal yang paling utama.

Apalagi puasa sebelum malam ragaib yang jatuh pada hari kamis memang disunahkan.  Mereka yang tidak sempat berpuasa di hari kamis, tetapi hanya mampu berpuasa di hari jumat saja pun tidak mengapa. Ini dikarenakan ia jatuh bertepatan dengan hari Jum’at, tidak bisa jatuh pada pilihan hari yang lain. Ia termasuk perbuatan makruh yang mendekati halal. Pagi setelah malam raghaib selalu bertepatan dengan hari jumat, oleh karena itu tidak ada pilihan lain. Oleh karena itu, mereka yang terpaksa hanya bisa berpuasa di hari jumat karena tidak sempat berpuasa di hari kamis sebenarnya juga tidak termasuk dalam kategori makruh tanzih.

Berpuasa di tiga bulan suci selain merupakan ibadah yang penuh dengan fadhilah, ia juga merupakan sarana bagi terkabulnya doa-doa Mereka yang mampu bisa menargetkan diri untuk berpuasa sehari dalam seminggu atau bahkan beberapa hari dalam seminggu.

[1] Hizb-i Nurî  adalah hasil tafakkur Ustaz dalam Bahasa Arab. Ia membahas hakikat-hakikat dalam Risalah Nur. RIngkasan pendeknya terdapat dalam Syua ke-15, tepatnya di makam ke-2. Saat ini ringkasan dari  Hizbi Nuriye adalah wirid Khulasatul Khulasah. Ia terdapat pada kitab wirid “Hizbu Anwaril Haqaiq Nuriyah/Hizbu Envari’l Hakaiki’n- Nuriyevcuddur.

[2] Malaikat yang di berikan tugas untuk mengatur awan dan hujan di mana ia mengaturnya dengan menggunakan petir sebagai cambuk

[3] yaitu peristiwa ditanamkannya janin Nabi Muhammad ke rahim ibunya

mengembangkandiri.com decorative-moon-and-stars-on-color-background-spa-2021-09-02-15-10-21-utc

Telah Tiba! Hari yang Lebih Baik dari Seribu Hari!

“Hari yang lebih baik dari seribu hari telah tiba!” 

Menyebutnya sebagai ‘hari yang lebih baik dari seribu hari’ saja rasanya kurang. Karena saat kita memasuki musim tersebut, di dalamnya terdapat malam dan hari-hari yang nilainya setara dengan seribu, sepuluh ribu, bahkan sepuluh ribu hari.

Hari-hari tersebut adalah hari-hari di tiga bulan suci dan kita telah dekat dengannya. Di tahun 2022 ini, hari pertama di bulan Rajab jatuh pada hari Kamis, tanggal 3 Februari 2022.

Semoga Allah SWT menganugerahi kita kemampuan untuk menyucikan, memuliakan, dan memenuhi hak-hak bulan suci tersebut, khususnya hak dari bulan Ramadhan.

Lalu mengapa tulisan ini diterbitkan hari ini?

Kami menginginkan agar hari-hari dan malam-malam yang keutamaannya setara dengan seluruh umur kita ini tidak tenggelam oleh hiruk pikuk kesibukan agenda-agenda harian.

Mari kita menyambut datangnya tiga bulan suci ini layaknya kita menyambut hari raya!

Mari kita menghidupkannya seakan ia adalah rahasia untuk meraih kemenangan!

Mari kita menganggap tiga bulan suci ini seakan ia adalah tiga bulan suci kita yang terakhir!

Sebagaimana yang Anda ketahui, kita sangat membutuhkan hadiah dan anugerah-anugerah kejutan dari Allah SWT. Kita menantikan kejutan tersebut dengan penuh hasrat dan gairah. Kita juga menginginkan pertolongan dan perlindungan yang luar biasa dariNya.

Demikianlah, tetapi segala sesuatu ada harganya. Hadiah dan anugerah istimewa dari Sang Rabb menginginkan ibadah dan usaha keras dari si hamba.

Dan kesempatan tersebut datang tepat di hadapan kita.

Bukankah kita seharusnya mengarungi bulan-bulan yang seperti samudera kesempatan ini tidak dengan kelalaian, melainkan dengan penuh persiapan, terencana, dan terprogram?

Jangankan kita kaum muslim akhir zaman yang penuh dengan kesalahan, sultannya umat manusia SAW saja menunggu datangnya bulan-bulan suci ini dengan penuh harapan. Agar bisa menemui tiga bulan suci ini, beliau berdoa:

“Ya Allah berkahilah kami dengan bulan Rajab dan Sya’ban, serta sampaikanlah kami ke bulan Ramadhan! (Musnad 1:259)

Karena sampai ke tiga bulan suci ini dengan menghidupkannya, sampai ke bulan ramadhan dan memuliakannya dengan ibadah, merupakan anugerah luar biasa baik bagi Baginda Nabi maupun bagi umatnya.

Tantangan tokoh-tokoh besar juga besar. Baginda Nabi di setiap waktunya senantiasa memikirkan kebahagiaan dunia dan akhirat umatnya yang akan datang. Beliau juga memikirkan masalah-masalah yang menimpa seluruh umat manusia. Beliau berusaha keras dan berdoa demi turunnya hidayah bagi mereka.

Jembatan Kesempatan

Demikianlah Baginda Nabi SAW, sosok yang memiliki kredit agung serta wibawa mulia di sisi Allah SWT telah menganggap tiga bulan suci serta bulan Ramadhan ini sebagai kesempatan di atas kesempatan. Beliau memusatkan konsentrasinya untuk beribadah dan berdoa di bulan ini.

Para sahabat dan kekasih-kekasih Allah yang meneladaninya juga melakukan hal serupa. Salah satunya adalah Bediuzzaman Said Nursi. Dalam suratnya kepada murid-muridnya, walaupun hidup di bawah siksaan berat ketika tinggal di Penjara Afyon selama 20 bulan, beliau memberikan kabar gembira yang dibawa oleh tiga bulan suci ini:

Lima hari lagi bulan-bulan yang penuh pahala ibadah dan penuh keberkahan yaitu  tiga bulan suci akan tiba. Jika ganjaran setiap kebaikan di luar waktu tesebut hanya bernilai sepuluh, di bulan Rajab nilainya mulai dari  seratus, di bulan Syaban nilainya mulai dari tiga ratus, sedangkan di bulan Ramadhan yang penuh  berkah nilainya mulai dari seribu. Ganjaran di malam-malam jumatnya dimulai dari seribu, sedangkan di malam lailatul qadar bisa mencapai 30.000 kali lipat.

Pasar suci dimana terjadi perdagangan ukhrawi yang memberikan keuntungan berupa banyak faedah-faedah ukhrawi;  serta masyhar atau perkumpulan sempurna bagi ahli hakikat dan ahli ibadah; melewati waktu di madrasah Yusufiyah yang mana satu kebaikan diberi 10 ganjaran ditambah adanya garansi kepada ahli iman berupa ganjaran sepanjang umur sebanyak 80 tahun untuk ibadah  yang dilakukan di dalam tiga bulan ini; tentu saja hal tersebut adalah keuntungan yang amat besar. Seberapa pun besar kesusahan di dalamnya, ia tetaplah bulan rahmat (Sinar ke-14).

Ya Allah! Dapatkah Anda cermati sudut pandang tersebut! Walaupun kondisi beliau sangat kurus, sangat tua, dan sangat sensitif, beliau bertahan dengan ibadah dan doa dalam menghadapi cuaca dingin dan penyakit bertubi-tubi. Tak cukup dengannya, beliau juga diracun. Pahlawan ibadah yang bersabar ini telah menganggap segala macam kesusahan sebagai rahmat, tidak mengeluh, dan tidak mencari-cari alasan. Malahan menyambutnya seakan yang akan datang adalah hari raya!

Karena tiga bulan suci merupakan rantai yang merangkai kesempatan-kesempatan besar seperti itu, ketika ia dihidupkan di bawah kondisi penjara yang amat berat, maka ganjaran dan pahala yang dianugerahkan Allah SWT sepuluh kali lipat lebih banyak.

Dari kabar gembira yang diberikan oleh Ustaz tersebut dapat kita pahami bahwasanya tiga bulan suci, khususnya bulan Ramadhan, setiap hari-harinya, apalagi malam Ragaib, malam Mikraj, malam Nisfu Syaban, dan malam Lailatul Qadar merupakan jembatan kesempatan yang memfasilitasi diraihnya ribuan, sepuluh ribu, dua puluh ribu, bahkan tiga puluh ribu  ganjaran.

Angka-angka ini bukanlah kinayah, melainkan hakikat. Pahala-pahala melimpah dan ganjaran-ganjaran berkali lipat di bulan-bulan suci ini seperti buah jagung yang penuh berkah dimana ia menghasilkan banyak biji atau mengingatkan kita pada promosi toko dimana mereka memberi hadiah tambahan bagi konsumen yang membeli salah satu produk yang dijualnya.

Kita yang memberikan perhatian berlebih kepada promosi-promosi sementara yang ada di dunia, bukankah kita seharusnya memberikan perhatian lebih lagi pada hari-hari dan malam-malam penuh berkah yang menjadi sarana bagi diraihnya rida Ilahi serta dihadiahkannya istana-istana surga yang abadi.

Malam Jumat Pertama di Bulan Rajab

Mari kita mulai menghidupkan tiga bulan suci ini dengan malam jumat pertama di bulan rajab. Setiap ibadah yang dilakukan di malam ini akan ditulis dengan ganjaran pahala lebih banyak seratus kali lipat.

Dalam istilah arab, istilah ini dimaknai sebagai malam yang sangat diinginkan, diharapkan, nilainya agung, anugerahnya melimpah.

Malam ini kemuliaannya ibarat kemuliaan malam saat ditanamkannya benih janin dari Nabi Muhammad di rahim ibundanya yang mana ia menjadi sebab bagi datangnya Rasulullah ke alam dunia ini.

Perhatikanlah!

Doa-doa di malam ini akan dikabulkan. Dalam sabda nabi yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar ra dan Abu Umamah ra, beliau menyebutkan terdapat lima malam dimana doa-doa tidak ditolak:

Ada lima malam dimana doa-doa yang dipanjatkan di malam tersebut tidak ditolak. Doa-doa tersebut akan dikabulkan: malam pertama di bulan Rajab, malam ke-15 di bulan Sya’ban, malam jumat, malam Idul Fitri, serta malam Idul Adha. (Lihat Jalaluddin as Suyuti, Jami’us Saghir, 3/454)

Mari kita manfaatkan kesempatan ini. Mari isi agenda kita dengan program-program untuk mengisi hari-hari dan malam-malam istimewa di dalam tiga bulan suci ini. Mari kita informasikan kesempatan ini kepada keluarga dan lingkungan kita dengan memanfaatkan segala macam sarana dan media sosial. Mari kita motivasi mereka untuk bersemangat dalam meraih keistimewaan-keistimewaan di dalamnya.

Bagaimana Menghidupkan Malam Jumat Pertama di bulan Rajab

Kita sebisa mungkin menghidupkan malam penuh berkah ini dengan doa dan ibadah hingga pagi tiba. Sayangnya di tengah-tengah usaha untuk menghidupkan malam mulia ini, setan dan nafsu akan mendorong mata kita untuk lekas mengantuk. Untuk itu, yang terbaik adalah menghidupkan malam ini di dalam majelis zikir ataupun dalam program yang dikelola bersama oleh masjid. Jika tidak memungkinkan, bisa juga dengan berkumpul di salah satu rumah anggota keluarga ataupun anggota masyarakat yang dirasa memungkinkan. Jika memungkinkan, kita usahakan programnya berlanjut hingga waktu sahur tiba. Dengan teh dan kopi kita coba usir rasa kantuk. Bisa juga menggunakan air dingin ketika memperbaharui wudu kita sehingga diri ini tetap terjaga.

Kita harus merencanakan program untuk menghidupkannya sedari sekarang. Pertama-tama, kita harus menjelaskan urgensi acara ini kepada mereka yang akan hadir. Kita juga harus mengumumkan rangkaian kegiatan apa saja yang akan dijalankan di dalam program. Bahkan kita juga harus memotivasi dan mengingatkan teman-teman yang bertugas memberi pengumuman kepada rekan-rekan lainnya. Kita jangan sampai menyia-nyiakan malam mulia ini dengan kesibukan jalan-jalan, bertamu, dan mengobrol kesana-kemari. Waktu mulia ini hanya akan kita isi dengan taubat, istigfar, salawat, salat, membaca al Quran, doa, zikir, dan wirid.

Ketika menghidupkan malam mulia ini, tidak cukup dengan orang tua, anak-anak dan remaja juga harus dilibatkan. Isi program tidak hanya diperhatikan dari susunan ibadah dan doa-doa yang akan dipanjatkan saja, melainkan jamuan-jamuannya juga perlu dibuat lebih istimewa. Jamuan-jamuannya juga perlu dibuat lebih menarik hati para pesertanya. Untuk menyiapkan hal tersebut, di siang ataupun sore harinya kita perlu berbelanja segala macam persiapannya. Malam penuh berkah ini harus kita sambut layaknya malam hari raya.

Ya, kita harus menangis dan merintih karena kita adalah pendosa, karena ada banyak saudara-saudara kita yang merintih karena ditindas. Akan tetapi, kalbu kita harus penuh dengan kebahagiaan, karena setiap doa akan dikabulkan, setiap taubat akan diterima di malam ini, insya Allah.

Mungkin beberapa orang tidak bisa menghidupkan malam ini semalam suntuk karena ada aktivitas kerja dan sekolah di keesokan hari. Jika memungkinkan, ia bisa mengambil izin atau cuti. Jika tidak, mungkin ia perlu berusaha menyedikitkan tidurnya di malam itu.

Bukankah kita pun terkadang begadang untuk memenuhi kebutuhan duniawi kita?

Apakah kita sebelumnya belum pernah begadang menjaga rekan atau anggota keluarga kita yang sedang sakit?

Apakah sebelumnya kita belum pernah begadang menantikan pesawat pertama lepas landas di bandara?

Apakah kita sebelumnya belum pernah begadang untuk menonton kesebelasan kesayangan kita bertanding di liga champion?

Apakah sebelumnya kita belum pernah begadang karena mengobrol dengan sahabat kita semalam suntuk?

Malam-malam ini adalah malam dimana kesempatan emas bertabur berlian dihamparkan layaknya ganimah. Ia adalah baskom untuk menyucikan diri sekaligus roket pendorong untuk mencapai derajat yang lebih agung.

Mereka yang terlibat dalam acara menghidupkan malam ini harus kita motivasi untuk berpuasa di keesokan harinya, termasuk di dalamnya remaja dan anak-anak. Untuk itu, kita juga harus menyiapkan hidangan sahur dengan menu makanan yang dapat memikat hati mereka.

Ibadah apa saja yang bisa dikerjakan? 

Di malam mulia ini terdapat lima ibadah penting yang dapat dikerjakan:

  1. Taubat dan beristigfar, taubat dan istigfar yang dipanjatkan di malam ini insya Allah akan diterima
  2. Membaca al Quran, khususnya surat-surat istimewa seperti Yasin, al Fath, ar Rahman, al Mulk, dan an Naba
  3. Menunaikan salat sunah, khususnya awwanin, tahajud, taubat, tasbih, dan hajat
  4. Salawat, kita harus banyak mengirimkan salawat kepada Baginda Nabi di malam yang mulia ini.
  5. Berdoa, kita harus memanjatkan doa kepada Sang Rabbi misalnya dengan doa-doa yang terdapat di al Quran dan hadis, jausyan, tauhidname, serta doa-doa yang pernah dibaca oleh sosok-sosok dan wali-wali agung. Terlebih lagi kita harus mendoakan saudara-saudara kita yang sedang terpojok dan dizalimi sehingga mereka dapat selamat dari kesulitan itu.

Kapan kita bisa berpuasa? 

Berpuasa di hari yang berhubungan dengan malam jumat pertama di bulan rajab sangatlah berfadilah. Puasa dijalankan tidak di hari sebelum malam, melainkan di hari setelah malam. Ini karena kalender ibadah dalam satu hari dimulai dengan azan magrib hingga masuk waktu azan magrib berikutnya. Sebagaimana di waktu Ramadhan, kita memulai ibadahnya dengan salat tarawih, baru berpuasa di keesokan harinya. Akan tetapi, karena hari sebelumnya adalah kamis, maka berpuasa di dalamnya juga merupakan perbuatan sunah.

Boleh juga berpuasa hanya di hari jumatnya. Karena kita melakukannya bukan karena sengaja, melainkan karena kebetulan waktu mulia tersebut jatuh di hari jumat yang sebenarnya makruh tetapi dekat dengan halal. Karena waktu mulia ini akan selalu jatuh di hari jumat, maka tidak ada pilihan lainnya. Untuk itu, bagi mereka yang tidak bisa berpuasa di hari kamis, maka berpuasa di hari jumat tidaklah makruh. Bagi mereka yang menghendaki, sebagaimana bisa berpuasa di hari kamis, jumat, dan sabtu, ia juga bisa berpuasa di hari jumat dan sabtunya.

Demikianlah kawan! Mari segera undang kawan-kawan kita untuk memuliakannya.

Sebagaimana yang Anda ketahui, penginspirasi juga akan meraih pahala dari amal yang dilakukan oleh orang yang terinspirasi darinya. Siapa yang tahu barangkali lewat pengumuman yang Anda lakukan akan menjadi sebab bagi diraihnya pahala di seantero dunia.

Diterjehkan dari artikel berjudul: Biri bine bedel günler Geliyor!|Penulis: Cemil TokpInar.| www.tr724.com

sangga-rima-roman-selia-FLtz7WMP6XE-unsplash

Jadwal Imsakiyah Ramdhan 1442H

Pembaca mengembangkandiri.com, demi membantu dan memperlancar ibadah berpuasa pada Bulan Ramadhan tahun ini, berikut kami sediakan jadwal imsakiyah yang dilansir dari website suaramuhammadiyah.id untuk beberapa wilayah yang ada di Indonesia. Semoga bermanfaat, terus baca artikel setiap hari!

Banda Aceh – [embeddoc url=”https://mengembangkandiri.com/wp-content/uploads/2021/04/Banda-Aceh.pdf” download=”all” text=”Unduh”]

Medan – [embeddoc url=”https://mengembangkandiri.com/wp-content/uploads/2021/04/Medan.pdf” download=”all” text=”Unduh”]

Pekanbaru – [embeddoc url=”https://mengembangkandiri.com/wp-content/uploads/2021/04/Pekanbaru.pdf” download=”all” text=”Unduh”]

DKI Jakarta – [embeddoc url=”https://mengembangkandiri.com/wp-content/uploads/2021/04/Artboard-1.pdf” download=”all” text=”Unduh”]

Bandung – [embeddoc url=”https://mengembangkandiri.com/wp-content/uploads/2021/04/Bandung.pdf” download=”all” text=”Unduh”]

Semarang – [embeddoc url=”https://mengembangkandiri.com/wp-content/uploads/2021/04/Semarang.pdf” download=”all” text=”Unduh”]

Yogyakarta – [embeddoc url=”https://mengembangkandiri.com/wp-content/uploads/2021/04/Yogyakarta.pdf” download=”all” text=”Unduh”]

Surabaya – [embeddoc url=”https://mengembangkandiri.com/wp-content/uploads/2021/04/Surabaya.pdf” download=”all” text=”Unduh”]

Malang – [embeddoc url=”https://mengembangkandiri.com/wp-content/uploads/2021/04/Malang.pdf” download=”all” text=”Unduh”]

Banjarmasin – [embeddoc url=”https://mengembangkandiri.com/wp-content/uploads/2021/04/Banjarmasin.pdf” download=”all” text=”Unduh”]

ameer-basheer-gV6taBJuBTk-unsplash

Doa Bulan Rajab: Tahmidiyah

HIKMAH

Hikmah

Sesi Judul Lesson Plan Materi PPT Video Audio
1 Kopi yang Tergantung Lesson Plan Materi PPT Video Audio
2 Cinta Lesson Plan Materi PPT Video Audio
3 Obat yang Tak Pernah Kadaluarsa Lesson Plan Materi PPT Video Audio
4 Do’a Bagi Kesembuhan Lesson Plan Materi PPT Video Audio
5 Gangguan Kepribadian Antisosial Lesson Plan Materi PPT Video Audio
6 Kejujuran Lesson Plan Materi PPT Video Audio
7 Bagaimana Mau Tak Peduli Lesson Plan Materi PPT Video Audio
8 Hak Asasi Manusia Lesson Plan Materi PPT Video Audio
9 Keseimbangan Luar Biasa pada Gerhana Matahari Lesson Plan Materi PPT Video Audio
10 Risalah Ramadhan Lesson Plan Materi Materi 2 Video Audio
11 Narsis dan Kolamnya Lesson Plan Materi PPT Video Audio
12 Wudhu Sebuah Resep Bagi Hidup Sehat Lesson Plan Materi PPT Video Audio
13 Kisah Persahabatan dalam Sicupak Lada Lesson Plan Materi PPT Video Audio
14 Nafsu Tidak Pernah Bisa dipercaya Lesson Plan Materi PPT Video Audio
15 Ritme Pada Entitas Lesson Plan Materi PPT Video Audio
16 Membaca al-Qur’an Lesson Plan Materi PPT Video Audio
ales-krivec-ywtbSuCSjhM-unsplash

Empat Asas dalam Berdakwah


Empat (4) Asas dalam berdakwah

Pertanyaan : Ketika membahas hadist tentang keberangkatan Muadz bin Jabal ra ke Yaman, digarisbawahi juga 4 karakteristik dari seorang mubaligh, keteladanan, memancing rasa ingin tahu, kemampuan untuk menjawab rasa ingin tahu, dan runtutan dalam cara penyampaian. Berkenan kah Anda menjelaskannya sesuai dengan kondisi masa kini?

Jawab : Muadz bin Jabal ra adalah salah satu ulama diantara para sahabat. Beliau adalah sosok manusia yang memiliki akhlak dan karakter istimewa yang membuatnya mudah berinteraksi dengan manusia dari berbagai kalangan. Pada waktu itu penduduk Yaman baru saja mememeluk agama Islam. Dimasa yang akan datang, penduduk Yaman akan melakukan hal-hal penting untuk Islam.

Di perang Qadissiyah, tak terhitung banyaknya penduduk Yaman dari suku Bajali yang menunaikan misi penting menegakkan kalimatullah walaupun harus dibayar dengan kesyahidan. Diantara suku Bajali, terdapat sosok Jarir bin Abdullah al-Bajali ra yang merupakan tokoh terhormat dari kabilahnya. Ketika datang kehadapan Baginda Nabi SAW, karena penampilan beliau yang tak ubahnya seperti orang Badui biasa, tidak ada satupun yang memperhatikan dan mengenalnya. Tentu saja semua orang yang datang kehadapan Baginda Nabi SAW sebagai orang biasa, biarlah nyawa menjadi tebusannya SAW. Ia duduk ditempat kosong yang ditemukannya. Akan tetapi Rasulullah SAW mempersilahkannya untuk duduk disampingnya.

Diriwayatkan bahwasannya Rasulullah SAW juga menghamparkan jubah beliau diatas lantai untuk mempersilahkan Jarir ra untuk duduk diatasnya. Demikianlah kabilah ini diperang Qaddisiyah, mereka menunaikan misi yang sangat agung, seperti misi yang pernah diemban para Assabiqunal Awwalun. Mereka habis-habisan dimedan perang itu. Mereka terlibat dalam penaklukan kerajaan Persia dan menjadikan negara adikuasa ini rata dengan tanah dengan izin dari Allah SWT.

Ketika beliau mengirimkan Muadz bin Jabal ra. ketempat yang spesifik seperti ini, menunjukkan ketepatan Rasulullah SAW dalam menugaskan para sahabat. Dengan fatanahnya yang agung, jangan sebut ini sebagai kecerdasan, ataupun jenius, melainkan ini merupakan “min ‘indillah“, dukungan dari sisi Allah SWT, kemampuan mengambil keputusan, kemampuan melihat potensi, kemampuan mengevaluasi. Hal ini tampak juga dalam penugasan sahabat lainnya: ketika beliau mengirim Khalid bin Walid, kemanapun ia selalu pulang membawa kemenangan. Ketika beliau mengirim sahabat yang lainnya pun mereka selalu pulang membawa kemenangan. Belum pernah terjadi sahabat yang beliau kirimkan pulang membawa kerugian kepada masyarakat muslim.

Pertama-tama kita harus menengok kondisi ketika Muadz bin Jabal ra dikirim ke Yaman. Kondisi yang sama juga terjadi ketika Mus’ab ibn Umayr ra. dikirim ke Madinah Al Munawarah, didapati pilihan yang sangat tepat. Seorang pemuda yang baru beranjak dewasa, belum pernah terjerumus dalam kegelapan dosa, berangkat dengan senang hati dan penuh suka cita. Tetapi disana ditemui perlawanan terhadap agama, yakni perlawanan terhadap Islam. Bahkan terhadap petinggi kaum Madinah yang nantinya jadi petinggi diantara kaum muslimin juga seperti Saad ibn Muadz.

Ketika mereka menodongkan senjata dilehernya, meskipun usianya masih muda Mus’ab ibn Umayr tidak canggung untuk menyapa mereka. entah, “wahai abangku” entah “wahai saudaraku“, atau sapaan lainnya yang berlaku saat itu. “kenapa Anda tidak duduk dulu bersamaku, dan mendengarkan penjelasanku. Jika Anda suka, Anda boleh menerimanya. Namun jika Anda tidak menyukainya, silahkan ambil kepala Saya.”

Merekapun duduk dan mendengarkan penjelasan Mus’ab ibn Umayr `. Seketika mereka luluh dan masuk Islam. Ya, orang-orang yang dikirim Rasulullah SAW selalu kembali dengan membawa keberhasilan. Kalau misalnya ada kegagalan sementara yang terjadi, itu disebabkan oleh kekhilafan pribadi dalam pelaksanaan arahan dari Rasulullah SAW. Sebagai contoh, anda bisa melihatnya pada keadaan orang-orang yang meninggalkan bukit pemanah di perang Uhud. Jangan sekali-kali menyalahkan mereka! Karena Al Quran Karim menyatakan: “Innama Tazallawm”, dikatakan :” Zala” dikatakan juga  : Bi ba’dhima kasabu.” Disitu dikatakan : “Kasb”, bukan iktisaba,” Al Qur’an tidak menyatakan mereka kalah karena mereka  melakukan kesalahan besar.’ Ya, semua mengambil ghanimah, kalau begitu, ayo kita ambil juga . Perangnya sudah berakhir, lawan-lawan sudah melarikan diri.”

Ini adalah sebuah kesalahan ijtihad, dimana mereka mendapatkan satu pahala, alih-alih mendapatkan dua pahala. Sama seperti itu, di Hunain pun kejadian yang sama juga terjadi. Sebagian dari pasukan muslim maju tanpa pengawalan, dan pasukan musuh segera memanah mereka. Dan disini sekali lagi Rasulullah SAW mengembalikan keadaan yang tadinya genting menjadi kemenangan. Sekali lagi dengan izin dan inayahnya Allah SWT, nama agung Rasulullah SAW kembali berkibar. Peristiwa tersebut harus dipahami dengan baik.

Ketika kita membahas hadist tentang peristiwa saat Rasulullah SAW mengirimkan Muadz bin Jabal sebagai seorang pemegang janji dakwah ke Yaman. Digarisbawahi juga empat karakteristik dari seorang  mubaligh yaitu :

1. Tamsil (keteladanan)

Adalah seseorang yang melakukan apa yang dia katakan. Kita menyebut hal ini sebagai keteladanan. Salah satu sifat yang penting dari para Anbiya adalah Tabligh. Tabligh adalah hubungan antara Nabi dengan Allah SWT, wahyu yang diterimanya dari Allah SWT. Menyampaikan wahyu yang diterimanya kepada orang lain adalah misi dan tugasnya. Inilah yang disebut dengan tabligh yang sebenarnya. Mereka disebut sebagai mubaligh karena dilihat dari segi ini. Ambil dari satu tempat untuk diberikan ke tempat yang lain. Karena ini adalah misi yang sangat penting. Ini adalah  misi yang sangat agung.

Barangkali menyampaikan wahyu adalah hal yang sangat penting, tetapi melakukan apa yang dikatakan sedetail mungkin jauh lebih penting. “Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan.” Yakni jikalau kalian menyatakan sesuatu, maka kerjakanlah.

Penerimaan khalayak terhadap apa yang kamu sampaikan berhubungan erat dengan praktiknya dalam kehidupan sehari-hari. Katakan dan lakukan! Bahkan, katakanlah sekali, lakukanlah dua kali, tiga kali, atau empat kali lipat. Rasulullah membawa wahyu dari Allah SWT. secara objektif kepada ummatnya untuk menunaikan shalat fardhu yang lima waktu. Bahkan menurut mahzab Hanafi shalat witir adalah wajib, walaupun menurut mahzab lainnya hukumnya adalah sunnah. Jika demikian totalnya ada 17 rakaat jika Anda menghitungnya.

Sekian saja kewajibannya. Lalu Jabr-i noksan, diputuskan untuk menutupi jika terdapat kekurangan dalam penunaian fardhu-fardhu itu. Jabr-i noksan bermakna menutupi dan membelit kekurangan dan patahan. Dan buat balutan ini disebut jabirah.

Mungkin ini bukan kewajiban, akan tetapi jika ia ditunaikan bersama dengan yang fardhu, maka sunnah-sunnah ini akan melipatgandakan pendekatan diri kepada Allah SWT. bagi para pelakunya. Jika ia menunaikannya dengan pendekatan fardhu, akan muncul rasa dalam menunaikan sunnah-sunnahnya.

Ini disebut sebagai Qurbu Nawafil, yakni mendekati Allah SWT. lewat ibadah-ibadah sunnah, sebuah pendekatan yang agung.
Demikian agungnya pendekatan ini, Rasulullah memyebutnya : “Allah SWT. akan menjadi mata yang dengannya melihat, menjadi telinga yang dengannya ia mendengar, menjadi lidah yang dengannya ia berbicara, menjadi tangan yang dengannya ia menggenggam.

Yakni, seolah-olah apa yang ia ingin lakukan adalah hasil dari bimbingan Allah SWT.. Kalau mereka mengulurkan tangannya tidak akan sia-sia. Kalau mereka melangkahkan kakinya ke depan, mereka merasa tidak perlu untuk mundur lagi. Mereka selalu melangkah dari kesuksesan yang satu ke kesuksesan lainnya. Inilah yang disebut sebagai Qurbu nawafil. Oleh karena itulah nafilah perlu ditunaikan.

Ketika Anda menunaikan dhuha, awwabin, tahajud, maka Anda telah menambah kedekatan kepada Allah SWT.. Namun kewajiban seorang manusia, seperti yang disampaikan Bediuzzaman Said Nursi, pelaksanaan shalat dan wudhunya hanya menghabiskan waktu satu jam. Satu jam cukup buat semuanya. Ketika kita melihat cerminan penghambaan dari Sang Kebanggaan Umat Manusia SAW, menunaikan  sepuluh kali lipat dari apa yang diwajibkannya kepada kita.

Misalnya, Anda akan melihatnya SAW selalu berpuasa. Seolah-olah beliau SAW berpuasa lebih dari puasa Daud, tetapi beliau tidak memaksa kita untuk melakukannya. Sebaliknya, beliau memudahkan buat mereka yang berusaha mempersulit, mislanya kepada mereka yang berkata: “aku akan berpuasa setiap hari”, dengan berpikir bahwa mereka tidak akan bisa melanjutkannya dimasa tuanya, bahwasannya mereka tidak akan bisa menunaikan hak-hak dari keluarganya. bahwasannya mereka bisa kehilangan kekuatan mereka, barangkali akan tiba tugas lain diluar ibadah personal yang akan diberikan kepada kalian seperti misalnya anda ditempatkan di medan perang.

Dan oleh karenanya Anda tidak bisa meneruskan sepanjang usia Anda. Seperti yang terjadi pada Abu Darda ra, Abdullah Ibn Amr bin Ash, dan Abdullah ibn Umar ra. Misalnya, ada sahabat yang berkata: “Saya akan berpuasa setiap hari.” Tetapi Rasulullah SAW bersabda: “kalau memang kamu ingin berpuasa, berpuasalah setiap hari senin dan kamis. Atau hari ke 13, 14, dan 15 dari setiap bulan.”

Ada yang mengatakan: “Saya bisa lebih dari itu.” Rasulullah SAW: “kalau begitu berpuasalah seperti puasanya Nabi Daud as diluar puasa Ramadhan. Dengan catatan bahwa mereka sebenarnyabtidak berniat untuk menyelisihi saran dari Rasulullah SAW. (bahkan mereka sebenarnya telah menerima saran dari Rasulullah, tetapi dengan niat ingin mendapatkan ganjaran yang lebih besar) mereka tetap melakukan sesuai harapan mereka.

Walaupun mereka tahu bahwa Rasulullah SAW telah memperingatkan dan mempermudahnya, mereka tetap menjalankan niat mereka. Padahal diantara mereka ada sosok seperti Abdulah ibn Amr bin Ash yang notabene putra dari Amr ibn Ash ra. Demikian agungnya sosok dari ayahnya, merupakan salah satu sosok yang paling rasional dan jenius dimasa itu. Kezahidan dan keabidannya tidak perlu dipertanyakan. Diakhir umurnya Abdullah ibn Amr bin Ash menyadari bahwa janjinya ini berlebihan dan menjadi jenuh dengannya.

Ketika kita melihat pada sosok Rasulullah SAW, beliau tidak tidur, shalat hingga bengkak kakinya, puasapun demikian. Lewat penyampaian dari Ummul Mukminun Aisyah ra makan dan minum beliau menyesuaikan puasa beliau. Hal ini dijelaskna dalam hadist-hadist shahib, terkadang 1 bulan lewat, 1 bulan lagi lewat, 1 bulan lagi lewat, selama 3 bulan tiga kalai melihat bulan penuh, dirumah kami tidak ada satupun yang dimasak walaupun air.

Keponkaan Rasulullah SAW, Urwah bin Zubair ibn Awwam ra, cucu dari bibinya Rasulullah SAW, sayyidina Urwah menyampaiakan bahwa dirinya banyak meriwayatkan hadist dari Ummul Mukminin Aisyah ra. Sayyidina Urwah meriwayatkan bahwa ia bertanya kepada bibinya: “Bibi, dengan apa Anda hidup sehari-hari, “bi aswadayin” yakni dengan dua hitam, al ma wa tamr” dengan air dan kurma. Sebagian orang ada yang mengatakan: “kita adalah ummatnya Rasulullah yang mengisi hidupnya dengan air dan kurma, oleh karenanya kita hidup seperti itu.” (kalau memang demikian kehidupanmu) semoga Allah SWT. memberkahi kehidupanmu. Semoga Allah SWT. membuka ufuk ini kepada semua manusia. Ya, shalatnya demikian, puasanya pun demikian.

Ketika terjadi peristiwa yang sangat sulit, misalnya di Perang Badar, pasukan musuh mengepung Rasulullah dan para sahabat. bahkan sampai mencapai tenda beliau SAW. Andai kata tidak ada sahabat yang melindungi beliau, musuh pasti akan melukai beliau. Dan itu pun terjadi, di Perang Uhud gigi Rasulullah SAW pun sampai tanggal, helmnya pecah belah dan melukai wajah mulianya.

Dalam keadaan yang penuh darah seperti itupun, beliau bersikap sesuai kedudukan kenabian beliau dan berdoa: “Ya Allah SWT, anugerahilah ummatku hidayahMu  Sesungguhnya mereka tidak mengenalku .” Dalam munajatnya tersebut, Rasulullah SAW tidak merisaukan penderitaannya sendiri, seorang Nabi yang berada dalam kondisi disakiti oleh kaumnya, penuh darah yang mengalir diwajahnya, tetapi dengan ruh itsar yang agung beliau menengadahkan tangannya dan berdoa kepada Allah SWT: “ya Allah mereka tidak mengenalku. Jika seandainya mereka mengenalku, mereka pasti tidak akan melakukannya.

Ya dalam setiap medan berbahaya beliau SAW selalu berada diposisi terdepan. yakni jika Rasulullah SAW tidak berada dalam posisi antara hidup dan mati seperti tadi, maka ummatnya tidak akan memahaminya. Saya duduk dibelakang saja biar yang lainnya saja yang maju dan mati, kemudian berkata kepada orang tua dari jenazah para syahid ini:” betapa bahagianya kalian, lihatlah kalian memiliki banyak syahid”. Sekali-kali bukan demikian! Yang pertama kali akan mempraktikannya adalah Anda sendiri! Jika para komandan berada didepan pasukannya, maka bintang masa depan kita seolah bintang kutub, senantiasa menyinari sekitarnya, tidak pernah berpindah tempat, tidak pernah terbenam, dan bisa jadi bintang-bintang lainnya akan berotasi seakan bertawaf mengelilinginya.

Bintang masa depan kita pada masa dinasti umayyah demikian, tepatnya pada masa Umar bin Abdul Aziz. Demikian pula pada masa Abbasiyah, tepatnya pada masa kepemimpinan Hadi, Wahdi, Harun ar Rasyid dan Mu’tasum. Demukian pula pada masa Utsmani. Bayangkan, Osman Gazi  tidak pernah turun dari kudanya dan didalam kemahnyalah ruhnya yang mulia kembali kepada Allah SWT.. Ketika datang dari Asia ke Asia kecil (Anatolia) bagaimana mereka berangkat dari kemah yang satu ke kemah yang lain. di Sogut (wilayah pertama dimana Usmani didirikan) dari kemahnya itu, ia mengisyaratkan penaklukan kota Bursa, meyakinkan  para tentaranya. Oleh karena itu tamsil (keteladanan) sangat penting.

Berkhutbahlah kalian dengan kefasihan bahasa seperti Firdaus, atau kehalusan bahasa Jami, atau kedalaman penyampaian Maulana Jalaludin Rumi, itu semuanya tidak akan memberi pengaruh sekuat keteladanan. Demikianlah sosok Osman Gazi. Putranya Orhan Gazi yang melihat keteladanan ini apakah akan turun dari kudanya? Selanjutnya Balkanlah yang ditaklukkan dan Sulaimansyah kepadanya diberikan nama kakeknya, syahid disana. Putranya, Murat Hudavendigar terluka disana. Ketika ruhnya akan kembali ke rahmatullah, kata-kata yang keluar dari bibirnya kepada mereka yang ada disekatnya, juga kepada putranya Yildirim Han, “jangan turun dari kuda!”

Oleh karenanya dalam keteladanan mereka selalu yang terdepan. Ini artinya akan selalu seperti ini. Jika Saya tidak siap mati, Saya tidak bisa meyakinkan orang-orang dibelakang Saya. Kata-kata saja tidak cukup. Yakni, kata-kata Saya walaupun sastranya tinggi hanya akan jadi omong kosong. Dan Saya pun akan gagal dalam meyakinkan orang-orang dibelakang Saya.

Baginda Nabi adalah sosok teladan, demikian juga Abu Bakar, pun Umar dan Utsman serta Ali radhiyallahu an hum alfa marratin, semoga Allah SWT. ribuan kali meridhoi mereka semua. Semoga Allah SWT mendekatkan kita dengan mereka. jika demikian, kita mencium kaki mereka dengan wajah kita, dan jika kita berhasil mendapatkannya kita akan sangat senang.

Ketika Rasulullah SAW mengirim Muadz bin Jabal, artinya beliau benar-benar memilih sebuah karakter, sosok manusia, yang menghayati berkali lipat dari apa yang dikatakannya. Kita menyampaikannya dengan istilahnya Ziya Gokalp hidup dengan mukap (mengatakan satu tetapi menghayati tiga kali lipat).

Muadz bin Jabal pun ketika menasihati orang-orang disekitarnya untuk shalat lima waktu, dia sendiri melaksanakan shalat didua puluh waktu, pada saat itulah ia bisa jadi sosok yang meyakinkan.

Teman-teman Anda dalam kreiteria yang luas, selama kurang lebih 20 tahun berada diberbagai penjuru dunia, Saya tiSdak mau berbuat tidak pantas dengan membandingkan anda dengan para sahabat. Akan tetapi berapa persen yang telah mereka laksanakan, berapa persen yang telah mereka aplikasikan, dengan praktik yang sekedarnya itupun dengan izin dan inayahnya Allah SWT., demikian masuknya mereka ke hati masyarakatnya, sehingga didalam peristiwa yang campur aduk kepala didalam 2-3 tahun ini, mereka memanggil teman-teman kalian dan mengatakan : “jangan perhatikan apa yang mereka katakan, kami hanya tidak ingin merusak hubungan dengan mereka saja, lanjutkanlah pekerjaan kalian!”

Ketika fitnah tentang masalah ini semakin meluas dan makin diperbanyak, disisi lainnya mereka berkata: ” kalau Anda buka beberapa sekolah baru akan jadi lebih bagus.” Selain siswa-siswa yang belajar di sekolah kalian tidak pernah menyesal dengan pilihannya, teman-teman kalian pun tidak di tolak, dengan izin dan inayah Allah SWT. Berapa persen keteladanan ini dipraktikan oleh teman-teman kita, Saya tidak mau bersuudzan, semoga Allah SWT. menyempurnakan praktik keteladanan  mereka. Keteladanan sangatlah penting, tak ada satu masalah yang tidak dapat diselesaikan dengan keteladanan.

2. Memancing Rasa Ingin Tahu

Topik ini sangat penting. Pesan yang akan anda sampaiakn harus memancing rasa ingin tahu orang-orang disekitar anda. Anda membahas tentang langit dan bumi, kemanapun anda pergi, anda akan membahas keberadaan sang pencipta. Anda dengan gagasan ini pergi ke para shintois, kepada kaum budhis, brahmanis, konfusius, Saya rasa didalm hati nurani mereka walaupun sebesar zarrah, mereka merasakan adanya sosok pencipta. Diantara kaum musyr’ik pun perasaan ini ada, memang mereka menyembah latta, manna, uzza, isaf dan nayla.

Akan tetapi ketika Al Quran bertanya tentang siapa pencipta langit dan bumi dengan seketika mereka menjawab : “Allah.” Ketika mereka menghadapi sesuatu yang tidak mampu mereka atasi dengan kekuatan mereka maupun berhala-berhala mereka, mereka berpaling kepada Allah SWT. Ini dikatakan sebagai Tauhid Rububiyyah  sebagian dari orang-orang salafi dan barangkali ISIS juga melihatnya demikian. Yakni orang yang paling tidak beragama sekalipun juga mempercayai adanya sang pencipta. Jika demikian, dari titik yang beririsan inilah kita harus memulainya. Dari sisi ini, kita memulai dialognya dari sisi yang paling memancing rasa ingin tahu, kita menggugah rasa penasaran mereka.

“Maukah kalian kuberitahu tentang hal yang lebih baik dari apa yang selama ini kalian imani : Laa ilaha illallah.” Dalam hadistnya dikatakan: ketika Rasulullah SAW masih di Mekkah al Mukarramah, beliau bersabda : “Qulu laa ilaaha illallah tuflihu ( katakanlah laa ilaaha illallah dan dapatkanlah keselamatan)” ini terdapat dalam hadist shahih (karena hocaefendi pernah dikritik oleh beberapa orang ketika membahas hadis ini).

Sebenarnya didalam kalimat tersebut secara zimni (tersirat/tersembunyi) terdapat Muhammadar Rasulullah. Ada seseorang yang datang kepada Anda dan berkata: katakanlah Laa ilaaha illallaah dan raihlah kemenangan! lalu kita berpikir: ” bagaimana seseorang bisa berkata demikian, pasti dia mengatakan ini atas sebuah  perintah”. ini artinya ia membawa pesan ini dari Allah SWT. berarti dia adalah utusan Allah SWT. Tapi perhatikanlah, dalam kata yang tersirat (zimni) ini terdapat sebuah keunikan. Kenapa? mereka berpendapat tentang Rasulullah bahwa beliau adalah yatimnya Abdul Mutholib, sosok yang besar dibawah bimbingan Abu Tholib. Oleh karena itu, jika beliau mengatakan: “Qulu laa ilaaha illallaah Muhammadur Rasulullah, tuflihu,” maka masyarakatnya akan mengatakan diawal: “Oh, orang ini ingin mengedepankan dirinya atas nama agama.” tetapi beliau memulai dengan sesuatu yang memang mereka sudah yakini. karena mereka pun percaya akan Tauhid Rububiyah (keberadaan Tuhan).

Sedangkan hal-hal yang berhubungan dengan ibadah akan mereka pelajari seiring berjalannya waktu. Oleh karena itu dikatakanlah; Qulu laa ilaaha illallaah tuflihu. Ya dengan penyampaian seperti ini, akan memancing rasa ingin tahu, kemudian ketika akan dikatakan tentang topik berikutnya, penyampaian awal tadi akan menjadi referensi bahwa ia adalah sosok yang bisa dipercaya.

Akan menjadi referensi kalimat berikutnya yaitu: “Muhammadur Rasulullah.” ia akan menjadi referensi ketika diperintahkan untuk tunduk kepada keagungan Allah SWT.. didunia ini ayo sedikit lapar, maksudnya ayo berpuasa, agar diakhirat nanti bisa menikmati berbagai macam kesenangan. Ayo sedikit lapar disini, untuk memahami keadaan laparnya orang fakir dan miskin. Ayolah lapar, untuk memahami makna nikmat yang dianugerahkan Allah SWT, ayo kita lapar, untuk bisa menyadari arti dari kelezatan segelas air dingin ketika waktu iftar tiba, ayolah kita lapar dan haus.

Misalnya mereka bisa saja menanyakan tentang sang pencipta yang pesannya kalian bawa. tetapi Saya tidak yakin apakah ketika itu Heraklius pernah menanyakannya. Ketika Rasulullah menyampaiakn pesan melalui Dihyatul Kalb, beliau menulis : Dari Muhammad Rasulullah SAW kepad penguasa Romawi. (Disini dapat kita lihat bahwa) Rasulullah ketika menulis surat, (kalimat yang disusunnya) bagaikan kunci emas yang menaklukkan hati (pembacanya). Disini Rasululkah mengatakan: ” Dari Rasul Allah SWT. kepada penguasa Romawi,” disini bukan ditulis, “kepada Heraklius ataupun panggilan lainnya. Karena penulisan yang demikian bisa direspon negatif. Ketika surat ini disampaikan, Abu Sufyan juga hadir disitu dengan tujuan berdagang.

Heraklius ketika membaca surat ini berkata: “panggil pedagang yang berasal dari Mekkah itu.” Ketika itu, Abu Sufyan belum memeluk Islam. Tetapi kurasa Abu Sufyan ketika itu lebih jujur dari sebagaian masyarakat muslim masa kini. padahal ketika itu dia masih menyembah berhala dan bermusuhan dengan Rasulullah  tetapi kejujurannya diposisi itu adalah sesuatu yang luar biasa. Heraklius : ” ada surat seperti ini datang, bagaimana pendapat anda tentang sosok pengirimnya. Abu sufyan menjawab bahwa dia adalah sosok yang jujur dan benar, sosok yang bisa dipercaya, perbuatannya tidak ada yang bertentangan dengan apa yang dikatakannya. Heraklius berkata: “kalau apa yang anda katakan benar, maka tanah yang kuinjak ini pada suatu hari akan dikuasainya.” Seandainya  heraklius-heraklius masa kini memiliki keinsafan (kejujuran) seperti itu juga.

Ya bisa dimisalkan, kalian sudah memancing rasa ingin tahu mereka. kalian menyebut beliau sebagai : “Baginda Rasulullah kita”, tanpa beliau kita tidak bisa membaca kitab alam semesta. Tanpanya kita tidak bisa memahami makna yang ingin dijelaskan oleh kitab ini. Tanpanya kita tidak bisa meresapi asma-asmaNya  tanpanya kita tidak bisa menemukan sifat-sifat subhaniyahNya. Tanpanya kita tidak bisa merasakan keheranan akan dahsyatnya Sang Pencipta yang keagungannya tak mampu diraih oleh akal. “Apapun yang dimiliki dunia, itu disebabkan karenanya (Rasulullah); pribadi dan masyarakat berhutang kepadanya: bahkan semua umat manusia berhutang kepadanya.”

Tetapi kalian harus mengetahui dan menguasai apa yang akan kalian katakan, sehingga apa saja yang anda sampaikan selalu tepat dan memiliki landasan yang kuat. Apa yang kalian akan katakan dari sisi uslub (metode penyampaian) tidak boleh menimbulkan reaksi negatif. Saya akan mengulangi untuk menyampaiakn sebuah topik penting dengan kembali ke belakang: pesan Anda bisa jadi sangat berkah, suci, agung, itu adalah asas, dan merupakan hal penting yang berhubungan dengan ushul metodenya. Laa ilaaha illallah adalah sebuah asas, asas yang tidak boleh ditinggalkan, pun Muhammadur Radulullah adalah asas yang tidak boleh ditinggalkan.

Akan tetapi ketika kita menyampaikan asas-asas ini, satu saja kesalahan yang anda lakukan: misalnya bagaimana akan disampaikan, dengan kemasan seperti apa kita akan meletakkanya, bagaimana perasaan lawan bicaranya, yaitu empatinya, kita juga harus tahu. dan jika anda tidak melakukannya, maka artinya anda telah memusnahkan ushul (metode) atas nama uslub (kata-kata, mimik, bahasa tubuh, maksudnya cara penyampaian).

Malapetaka tidak akan bisa dihindarkan dan sekarang narkoba adalah bahaya yang amat serius. Ia menyiangi generasi baru sebagaimana menyiangi tunas yang masih muda, meratakannya dengan tanah, menjadikannya onggokan sampah. Demikian juga dengan alkohol. Pun hal-hal yang bertentangan dengan hukum lainnya. Serta pemenuhan syahwat tanpa kontrol. Jadi misalnya ketika ada anda mengatakan : “ayo kita mulai pembahasan nya dengan riba, menurutku, ketika itu anda sebenarnya tidak berhasil menangkap asas ‘memancing rasa ingin tahu’. Artinya anda gagal memancing rasa ingin tahu mereka. Anda akan langsung nenuai reaksi negatif dari sekitar anda. Pikirkanlah, bahwasannya setiap kata itu sangat berarti, sehingga dikatakan : “kalamu sayyidul basyar, sayyidul kalamul basyar.” Yang artinya: kata-kata dari sayyid (tuan) nya umat manusia adalah sayyidnya kata-kata.

Kata-kata yang Baginda Nabi sampaikan bagaikan mutiara, menaklukan hati para pendengarnya, menundukkan manusia yang mendengarnya. Namun riba dilarang setelah  empat tahapan. Tepatnya di kutbah wada, kira-kira 20 tahun kemudian. Lewat empat tahapan, dengan jalan merehabilitasi berkali-kali umat manusia. Dengan memperlihatkan bahaya-bahayanya, dengan menyampaikan bahwa tanpanya pun hidup juga bisa bermanfaat.

Dalam empat tahapan alkohol dilarang. Ada banyak juga yang sudah menyadari bahayanya alkohol sedari awal, sehingga mereka pun tidak pernah meminumnya. Alkohol memiliki manfaat dan bahaya, tetapi bahayanya lebih besar. Apa saja misal manfaatnya? Anda bisa membuat semacam minuman seperti sirup dari buah anggur dan kurma, menjualnya dan anda pun bisa mendapatkan untung darinya. Barangkali, karena masih belum terjadi fermentasi, anda masih bisa meminum dan menjualnya. akan tetapi lewat penjelasan tersirat yang menakjubkan didalam Al Quran, mereka yang cerdas seperti Sayyidina Abu Bakar, Sayyidina Umar, dan sosok-sosok seperti mereka lainnya, penjelasan tersebut sudah cukup membuat mereka meninggalkan minuman tersebut. Hingga tiba waktu dimana larangan tersebut ditegaskan, peristiwa ini terjadi setelah Perang Badar. Bayangkanlah peristiwa ini terjadi setelah Perang Badar tepatnya ditahun kedua hijriyah. Rinciannya, 13 tahun periode Mekkah, 2 tahun periode Madinah. Artinya alkohol dengan tegas dilarang setelah 15 tahun kemudian.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْأَنْصَابُ وَالْأَزْلَامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.”

Kalau uslubnya demikian, maka ketika kita menghadapi manusia yang sudah terbiasa dalam kerusakan yang tidak terlalu memperdulikan bahaya dari kesesatan, ketika kita menyampaiakn sesuatu yang mungkin tidak terlalu mereka perhatikan, maka kita akan menuai reaksi negatif. Oleh karena itu, kita harus jeli dalam menentukan titik dimana kita akan memulainya.

Pikirkan bagaimana Bediuzzaman ketika memulai pekerjaan ini. Beliau lebih menitikberatkan usahanya pada topik-topik seputar iman kepada Allah SWT, ketaatan beribadah dan shalat. karena Rasulullah SAW juga memulai usaha denga wahyu pertamanya : ” اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِى خَلَقَ”. perhatiaknlah betapa lembut kalimat ini   dikatakan: bacalah! Kalimat ini menjelaskan tajalli (penampakan) dari Dzat yang menciptakan, mendidik dirimu, yang menjadi sebab dari tumbuh kembangnya seorang hamba. اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ, artinya murabbik.

Dikatakan bacalah dengan nama Rabb-mu yang membimbingmu. Tidak akan ada yang menunjukkan reaksi negatif atas penjelasan ini. Dari sini jawaban yang akan anda berikan setalah anda berhasil memancing rasa ingin tahu, haruslah jawaban yang bisa diterima oleh mereka, yang tidak menimbulkan reaksi negatif yang sesuai dengan uslub kita. Karena sudah berulang-kali diulangi, penjelasan tentang topik ini aya serahkan kepada anda. Jadi ini adalah topik yang juga sangat penting.

Kita lihat, Rasulullah SAW tidak mengirimkan Abu Dzar al Ghifari kesana. Padahal ia adalah sosok ahli ibadah yang paripurna. Dia adalah sosok yang berasal dari suku Ghifar. Dimasa awal periode Mekkah, ketika pertama kali melihat sosok Baginda Nabi SAW, ia pingsan seketika. Dalam kondisi tersebut, ia berlari kehadapan kabah dan berteriak. Teriakannya ini dianggap sebuah protes. Ia pun babak belur dihajar kaum kafir di Mekkah. Sebenarnya tidak pantas dikatakan babak belur dihajar, tidak sopan kepada sayyidina Abu Dzar, jika kita mengatakannya, ini seperti membenarkan tindakan menghajar tersebut, tapi sungguh mereka telah menghajarnya. Padahal sosok ini adalah tokoh disuku Ghifari. Kejadian ini terjadi berkali-kali. Tetapi dia tetap berkata: “Saya tidak bisa diam, Saya harus meneriakkan kebenaran ini! biarlah Allah SWT. menjadi saksi! Anda adalah utusan Allah SWT! Saya akan meneriakkannya!

Kemudian Nabi bersabda kepadanya: “sekarang pulanglah kamu ke suku Ghifari, lalu ketika kamu mendengar kabar kami telah hijrah ke Madinah datanglah kembali.” Perhatikan! Sosok ini adalah sosok yang sangat salih, penjunjung kebenaran, siap berkorban, akan tetapi Rasulullah SAW tidak mengirimkannya sebagai utusan, atau mubaligh ataupun mursyid. Justru yang dikirim adalah Muadz bin Jabal. “janganlah sembarang menyerahkan dirimu ke sembarang mursyid. Serahkanlah dirimu kepada mursyid kamil yang jalannya paling mudah.”

Ya, selain harus mampu memancing rasa ingin tahu, di waktu yang sama harus mampu juga menjawab rasa ingin tahu. Muaz bin jabal menjelaskan Rasulullah SAW sebagai sosok yang bertangan dingin, sosok hamba yang agung, yang tumbuh dalam keyatimannya, Allah SWT. mengambil semua  sandaran yang dimilikinya. Allah SWT. benar-benar membungkam semua sebab. Diawali dengan diambilnya ayahnya. lalu ibunya, lalu kakek yang melindunginya, lalu pamannya, yang akan menyebabkan beliau hijrah ke Madinah. Allah SWT. mengambil semua tongkat sandaranya. Akan tetapi beliau tidak pernah goyah. Selalu tegak berdiri tidak ada satupun angin topan yang mampu menggoyahkannya. Beliau adalah sosok yang demikian, jelas sayyidina Muadz bin Jabal. Beliau SAW tidak pernah memikirkan keuntungan duniawi dari semua khidmah yang ditunaikannya walaupun sekedar ujung kuku jari. Beliau Saw menjaga idealisme dari awal sampai akhir penunaian tugasnya.

Memancing rasa ingintahu, lalu penguasaan akan apa yang disampaikan kepada masyarakat dan ia harus disampaikan sesuai denga uslub (tata caranya). Jika tidak, hafizanallah (semoga Allah SWT. menjaga kita) seperti yang telah disampaikan dalam berbagai kesempatan, jangan sampai hidangan pencuci mulut disuguhkan diawal jamuan karena jika tidak, anda akan mengacaukan urutannya. Dan bisa jadi, sebagaian besar dari kita, para ustadz yang memberikan ceramah-ceramah, khususnya penceramah yang tidak tahu diri seperti Saya, seringkali membuat kesalahan dalam memilih uslub (tata cara) dalam berdakwah yang menjadikannya dasar utama dari menjauhnya masyarakat dari masjid.

Seperti yang dikatakan ulama-ulama sepuh kita, kamu pembunuh dari beberapa orang? ini maksudnya berapa orang yang karena kesalahan dalam penyampaian ceramahmu, malahan menjauh dari agama, dan membawa dirinya ke kubangan. Ya harus menguasai ilmu untuk bisa menjawab rasa ingin tahu tersebut kemudian perhatian terhadap uslub yang diambil. Lalu keruntutan dalam penyampaian (selangkah demi selangkah). Uslub melengkapi keruntutan. Yakni dari mana akan dimulai  tidak bisa semuanya disampaikan dalam satu waktu. Misalnya al-Quran diturunkan selama 23 tahun. Al Quran tidak diturunkan sekaligus dalam bentuk sebuah kitab. Lalu diserahkan kepada Baginda Nabi SAW kemudian beliau pun menerimanya.

Beliau kemudian juga tidak mengatakan : ambil ini, tulis, dan bagi-bagikan biar dibaca dan menjadi insaf. Al Quran diturunkan berangsur-angsur (sesuai runtutan kebutuhannya) selama 23 tahun, sembari merehabilitasi masyarakat, dengan wasilah berbagai peristiwa, yang kita sebut sebagai asbabun nuzul.

Seperti sebuah proyektor, ia menerangi apa makna wahyu yang turun lewat semua peristiwa yang berhubungan dengannya. Sehingga membuatnya dipahami dengan benar. Keruntutan menjadi pengantar dan sebab yang penting dan kini Anda menanyakan tentang penerapan poin-poin tersebut dimasa kini.

Walaupun usaha Saya dalam menjelaskannya masih belepotan  menurut Saya sepertinya asas-asas ini tidak berubah dengan kebutuhan masa kini. Mursyid-mursyid dizaman ini pun ketika pergi ke seluruh penjuru dunia, ketika berusaha menggaet orang-orang disekitarnya, dengan istilah bahasa turkinya dimulai dari tetangga disekitarnya. Mereka mengunjungi para  tetangga. Lalu mereka juga menciptakan kondisi agar para tetangga juga membuat kunjungan balasan. Menyuguhkan jamuan kepada para tetangga mereka, menciptakan kondisi agar para tetangga juga berkenan menyuguhkan jamuan balasan dengan memanfaatkan beragam wasilah. Dengan membangun jembatan komunikasi dengan istilah eropanya:  membangun jembatan dialog; Anda akan berusaha untuk masuk ke hati mereka. Anda akan berusaha menuangkan ilham dari maknawiyah Anda ke dalam hati sanubari mereka. Anda akan menggaet mereka seperti halnya yang telah Anda lakukan dinegara Anda, Anda akan melanjutkannya dinegara-negara lainnya diseluruh dunia.

Dengan memperhatikan kondisi umum masyarakat lokal, yakni dengan membaca secara benar karakter masyarakatnya; dengan membaca secara benar nilai kultur serts lingkungan budaya mereka, dengan memperhatikan hal apa saja yang dapat mempengaruhi mereka  menentukan dari titik mana Anda akan memulainya. Berdasarkan titik mulai tersebut Anda mulai menyampaikan pesan Anda dengan runtut, perlahan-lahan, terkadang Anda mungkin akan menghadapi perlawanan. Tanpa menyerah, tanpa putus asa, dengan mengamanahkan usaha ini pada prinsip keruntutan dengan mengatakan: “barangkali waktu matangnya belum tiba, waktu penerimaannya belum datang, karena semua ini ada ditangan Allah SWT.

Karena jikalau demikian, Rasulullah SAW pun jika menginginkan sesuatu, pasti semuanya akan terwujud. Tetapi ternyata tidak demikian. Sosok agung ini diwaktu yang sama juga menampilkan keteladanan yang sangat penting. Allah SWT.  karena yang berlaku kepada Baginda Nabi SAW demikian, kemudian seakan berfirman kepada kita: “perhatikanlah! sosok manusia yang paling Aku cintai, barangsiapa yang melihat wajah Rasulullah langsung mengingat Allah SWT.” Sosok yang agung seperti ini pun, Rasulullah SAW menunaikan pesan ini selama 23 tahun, beliau menghabiskan waktunya untuk meyakinkan umat manusia dengan pesan-pesannya dan potret ini adalah contoh keteladanan.

“لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ” Rasulullah adalah uswatun hasanah buat kalian semua. sebagaimana sang uswatun hasanah melakukannya, begitu juga Anda akan melakukannya. Jalan (yang benar) adalah jalannya. metode yang benar adalah metodenya. selain daripadanya hanyalah kesia-siaan.

Semoga Allah SWT menyelamatkan kita dari mengejar hal yang sia-sia.
Wassalam.