mengembangkandiri.com_father-and-son-using-air-masks-2021-09-02-10-31-03-utc

Musibah Kehidupan

Musibah dalam Kehidupan Pribadi dan Kehidupan Agama

Entah mengapa, ketika kita membicarakan musibah, maka yang terbersit di kepala kita adalah musibah yang menerpa kehidupan kita di dunia. Musibah yang biasa dikaitkan dengan bencana. Bencana yang bisa disebabkan oleh faktor alam, non-alam, atau konflik sosial. Padahal ada musibah bentuk yang lain, yang mungkin bisa lebih berbahaya dampaknya.

Semua kita sepakat bahwa musibah adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari, dan harus kita hadapi. Musibah terkadang ada yang menimpa diri, keluarga, atau masyarakat luas. Dampak dari musibah pun sangat beragam macamnya.

Bagi individu, musibah bisa membuat seseorang jatuh ke jurang keterpurukan atau sebaliknya musibah juga bisa menjadi titik balik baginya untuk menjadi insan yang lebih baik lagi menjalani kehidupan. Semua itu tergantung apakah individu tersebut mampu mengambil hikmah atau tidak dari musibah yang sedang dihadapinya.

Musibah dalam Kehidupan Pribadi Manusia

Seperti yang dikatakan di awal, musibah tidak hanya dibatasi dengan peristiwa alam, non-alam ataupun konflik sosial. Musibah juga bisa menimpa sisi kehidupan pribadi manusia. Salah satu musibah yang sering menimpa sisi pribadi kehidupan manusia adalah rasa ketakutan, kekhawatiran, atau kegelisahan dalam menjalani kehidupan. Takut adalah sifat dasar manusia, tetapi jika salah disikapi, akhirnya ketakutan bisa menjadi musibah besar dalam kehidupan.

Misalnya, di masa pandemi seperti saat ini, seseorang bisa saja dirundung ketakutan yang luar biasa untuk menghadapi masa depan yang tidak menentu dan tidak bisa diprediksi akan seperti apa. Rasa takut ini bisa berubah menjadi sebuah tekanan, stress, dan akhirnya bisa membuat seseorang tidak bisa menjalani kehidupan dengan tenang.

Selain rasa takut, salah satu musibah besar dalam kehidupan pribadi adalah ketika manusia tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan pokok manusia berupa sandang, pangan, dan papan. Jika semua itu tidak terpenuhi, maka musibah besar bisa terjadi pada manusia. Hal ini yang membuat orang berlomba-lomba dan berusaha semaksimal mungkin agar bisa memenuhi kebutuhan pokok hidupnya.

Hal lain yang bisa dikategorikan musibah yang menimpa sisi kehidupan pribadi manusia adalah kekurangan harta. Di era yang serba glamor dan hedon seperti saat ini, hidup pas-pasan bisa membuat seseorang merasa dirinya terkucilkan. Meskipun kebutuhan pokok sudah terpenuhi, seseorang pasti menginginkan hal lainnya, yang jika dipikirkan sebenarnya hal tersebut bukanlah hal yang penting dan utama bagi dirinya.

Misalnya, banyak orang yang merasa dirinya tertekan jika tidak memiliki gawai. Tak bisa dipungkiri, di era digitalisasi teknologi, gawai seakan-akan menjelma menjadi kebutuhan pokok yang harus dimiliki setiap orang. Jika seseorang tidak bisa menyikapi hal ini dengan baik, maka ia bisa melakukan apapun dan mungkin menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya.

Musibah dalam Kehidupan Agama

Sebenarnya, musibah yang menimpa kehidupan duniawi kita, apapun bentuknya, masih terbilang kecil jika dibandingkan musibah yang menimpa kehidupan agama kita. Musibah yang  menimpa kehidupan agama memiliki dampak yang jauh lebih besar, karena tidak hanya berdampak di dunia, tetapi juga kehidupan di akhirat kelak. Dampaknya tidak sementara, tetapi berdampak kekal dan abadi.

Lantas, apa saja contoh musibah dalam kehidupan agama? Keraguan dalam keimanan, hidup dalam lingkaran dosa, tidak mementingkan ibadah, lemahnya hubungan dengan Tuhan, mangabaikan generasi penerus dan membiarkan mereka hidup jauh dari Tuhannya adalah beberapa contoh musibah dalam kehidupan agama. Jika kita memahami betapa bahayanya semua itu, maka musibah yang menimpa dunia kita tidak akan ada artinya.

Terkadang kita meremehkan dan tidak memperhatikan musibah kita dalam beragama. Padahal musibah ini sebenarnya musuh terbesar yang ada di dalam diri kita. Jika kita tidak mampu menghadapi dan kalah darinya, maka musibah-musibah duniawi lain akan datang menyertainya.

Agar kita bisa terhindar dari musibah dalam kehidupan agama dibutuhkan kepekaan diri dalam menyikapinya. Kepekaan akan muncul bergantung dengan bagaimana keseharian kita dalam menjalani kehidupan. Jika kita tenggelam dalam diskursus masalah-masalah aktual terkini dengan menyibukkan diri di media sosial, jika kita hidup dalam pikiran yang dikotori oleh dedikodu dan pikiran buruk lainnya, atau jika kita tidak pernah serius, menganggap enteng, dan selalu bercanda dalam kehidupan keseharian kita, maka kepekaan yang diharapkan tidak akan muncul dalam diri kita.

Oleh karenanya, dibutuhkan para ksatria yang selalu mampu menata hatinya untuk berhati-hati menjalani kehidupan, selalu menginstropeksi diri atas apa yang telah diperbuat, dan selalu menengadahkan kedua tangan seraya berdoa agar diberikan petunjuk jalan yang benar, jalan yang lurus, dan jalan yang diridhai-Nya.

Sebuah Refleksi

Ya, musibah akan datang dan menghampiri kita. Jalan yang tepat untuk menghadapi musibah adalah dengan kesabaran. Kita harus menyadari bahwa segala sesuatu itu datangnya dari Tuhan yang Mahakuasa, dan segala sesuatu akan kembali kepada-Nya. Maka, sebagai orang yang beriman, sikap sabar adalah sebuah keharusan karena kita tak pernah tahu apa skenario Tuhan yang sedang dijalankan dalam kehidupan kita.

Setelah kita memahami hal ini, maka kesabaran perlu diiringi dengan sikap keridhaan. Ridha atas segala takdir yang telah digariskan dalam kehidupan kita. Ridha atas segala konsekuensi yang akan kita dapati dalam setiap musibah yang kita terima.

Sabar dan ridha tidak berarti kita berpangku tangan atas segala musibah yang menimpa kita. Sabar dan ridha adalah puncak dari ikhtiar kita dalam rangka menjauhkan diri dari segala bala dan musibah. Sabar dan ridha seakan menjadi dua senjata ampuh yang dimiliki seorang yang beriman dalam menghadapi dampak buruk bala dan musibah. Dengan sabar dan ridha manusia akan menunjukkan sisi kemalaikatannya dan bisa mengambil hikmah dari bala dan musibah yang dihadapinya.

vinay-tadepalli-GxpxTWRYKho-unsplash

Do’a Keselamatan (Agar Terhindar dari Musibah dan Bencana)

أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

اَللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۚ اَلْحَيُّ الْقَيُّوْمُ ەۚ لَا تَأْخُذُهٗ سِنَةٌ وَّلَا نَوْمٌۗ لَهٗ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ مَنْ ذَا الَّذِيْ يَشْفَعُ عِنْدَهٗٓ اِلَّا بِاِذْنِهٖۗ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْۚ وَلَا يُحِيْطُوْنَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهٖٓ اِلَّا بِمَا شَاۤءَۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَۚ وَلَا يَـُٔوْدُهٗ حِفْظُهُمَاۚ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ

اَللّٰهُمَّ يَا حَافِظُ يَا حَفِيظُ، نِعْمَ الْحَافِظُ أَنْتَ، اِحْفَظْنَا مِنْ بَيْنِ أَيْدِيْنَا وَمِنْ خَلْفِنَا وَعنْ أَيْمَانِنَا وَعَنْ شَمَائِلِنَا, وَمِنْ فَوْقِنَا, وَنَعُوْذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ نُغْتَالَ مِنْ تَحْتِنَا.

 يَا اَللهُ, يَا اَللهُ, يَا اَللهُ.

Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.

Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Mahahidup, Yang terus menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur. Milik-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang di hadapan mereka dan apa yang di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun tentang ilmu-Nya melainkan apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya meliputi langit dan bumi. Dan Dia tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Dia Mahatinggi, Mahabesar.

Ya Allah yang Maha Menjaga dan sebaik-baiknya penjaga. Lindungilah kami dari berbagai bahaya yang datang dari depan dan belakang kami, dari sisi kanan dan kiri kami, dan dari atas maupun bawah kami. Ya Allah, kami berlindung dengan keagungan-Mu dari pembunuhan yang dilakukan dengan cara yang tidak diketahui.

Ya Allah! Ya Allah! Ya Allah!

museums-victoria-CzsHs8A87Y0-unsplash

Sebuah Nafas – Wajah Pahit dan Hikmah dari Musibah

Sebuah Nafas – Wajah Pahit dan Hikmah dari Musibah


“Api neraka sekali-kali tidak akan menyentuh kaki yang berdebu di jalan Allah. Segala sesuatu berasal dari-Mu, Ya Ghani Rabbku, wajahku kupalingkan pada-Mu. Engkalah al-Awwal dan al-Akhir, Rabbku, wajahku kupalingkan pada-Mu.” Ketika wajah sudah bertawajuh kepada-Nya, wajah itu takkan pernah redup dan menghitam. Dikatakan: “Wajah harus senantiasa menghadap matahari, sehingga bayangan jatuh di belakang”. Jika yang menghadap matahari adalah punggung, Maka kita akan terpaku pada bayangan seperti halnya ahli dunia. Allah telah menciptakan kita sebagai manusia. Allah berikan kita anugerah kesempatan untuk menjadi manusia beriman. Dia mengirimkan Sang Sayyidul Anam, Muhammad SAW sebagai imam sekaligus pembimbing kita. Dengan berjalan di atas jalan yang dipandunya, insya Allah akan mengantarkan kita kepada-Nya, berkat Inayat dari Allah SWT. Pujian hanya bagi Allah yang memberi jalan ini kepada kita (QS. Al-A’raf 7:43).

وَنَزَعْنَا مَا فِى صُدُورِهِم مِّنْ غِلٍّ تَجْرِى مِن تَحْتِهِمُ ٱلْأَنْهَٰرُ ۖ وَقَالُوا۟ ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ ٱلَّذِى هَدَىٰنَا لِهَٰذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِىَ لَوْلَآ أَنْ هَدَىٰنَا ٱللَّهُ ۖ لَقَدْ جَآءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِٱلْحَقِّ ۖ وَنُودُوٓا۟ أَن تِلْكُمُ ٱلْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ

“Dan Kami cabut segala macam dendam yang berada di dalam dada mereka; mengalir di bawah mereka sungai-sungai dan mereka berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini. Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk. Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Tuhan kami, membawa kebenaran”. Dan diserukan kepada mereka: “ltulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan”

Bala dan musibah dari luar terlihat tidak menyenangkan, buruk, dan membuat mual. Tetapi kita harus melihat hasil akhirnya. Terdapat ribuan orang hidup dalam beragam kesulitan dan penderitaan. Tetapi kesulitan tersebut perlu diterima sebagai doa yang dipersembahkan kepada-Nya. Kadang karena doa seseorang yang menderita, Allah mengampuni dosa seluruh umat. Merintihlah..! Letakkan kepalamu di atas sajadah! Ungkapkanlah semua isi hatimu kepada Allah di atas sajadah itu! Jangan sampai menyesal: “Aduh! Kupikir kehidupan dunia ini abadi!

Ya, hidup yang sementara ini berlalu seperti mimpi dan tidur. Umur yang tak berpondasi ini mengalir dan berlalu seperti sungai. Seperti angin yang berhembus dan menghilang. Seperti petir yang awalnya menggelegar namun setelahnya meredup. Supaya tak menyesal, maka kita biiznillah harus mengisi hidup kita. Barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarah, dia akan melihat balasannya. Allah mengetahui kebaikan & keburukan walau sebesar massa atom, elektro, proton, & neutron. Demikian juga dengan balasan apa yang layak Dia berikan kepada Anda. Semoga Allah SWT memberi keberhasilan pada Anda untuk berbuat banyak kebaikan. Semoga Allah menjauhkan kita dari perbuatan buruk walau hanya seberat atom & electron.

Ya Allah! Sukseskanlah kami menjadi representasi dari kebaikan dengan kata dan laku kami. Ya Arhamar Rahimin, Ya Dzal Jalali wal Ikram. Membahagiakan kalian dengan surga Firdaus-Nya. Semoga Allah menjauhkan Anda sejauh-jauhnya dari neraka Jahannam. Wassalam.