CINTA DAN KASIH SAYANG

CINTA DAN KASIH SAYANG

DITULIS OLEH: FETHULLAH GÜLEN

Cinta adalah bagian terpenting dari setiap makhluk. Ia adalah sinar paling cemerlang dan kekuatan paling dahsyat yang dapat melawan dan mengatasi segala hal. Cinta mengangkat setiap jiwa yang meresapinya, dan mempersiapkan jiwa itu untuk perjalanan menuju keabadian. Jiwa yang mampu membangun hubungan dengan keabadian melalui cinta, memacu dirinya untuk mengilhami jiwa-jiwa lain untuk memperoleh hal yang sama. Jiwa itu membaktikan hidupnya untuk tugas suci ini, yang demi tugas tersebut, ia rela memikul segala penderitaan yang paling pedih, dan seperti ketika ia melafalkan “cinta” pada hembusan nafas terakhirnya, ia juga akan mengucapkan “cinta” ketika diangkat pada Hari Pembalasan kelak.

Tidaklah mungkin jiwa yang tak memiliki cinta dapat naik ke horison kesempurnaan manusia. Meskipun ia hidup beribu tahun, ia tak akan mampu melangkah menuju kesempurnaan. Mereka yang kehilangan cinta, seperti orang-orang yang terperangkap dalam sikap mementingkan diri sendiri, tidak mampu mencintai orang lain dan benar-benar tidak menyadari cinta yang tertanam dalam-dalam pada setiap yang ada.

Seorang anak disambut dengan cinta ketika ia lahir, dan tumbuh dalam suasana hangat dari jiwa-jiwa yang penuh kasih sayang. Meskipun anak-anak mungkin tidak merasakan cinta dengan kadar yang sama pada fase kehidupan berikutnya, mereka selalu merindukan dan mengejarnya selama hidup mereka.

Ada banyak bias cinta pada paras matahari; air menguap, naik membubung tinggi, dan setelah mengembun dalam tetasan-tetasan di bubungan tinggi itu, tetesan-tetesan itu jatuh dengan riangnya ke bumi pada sayap-sayap cinta. Lalu, ribuan kuntum bunga bermekaran bersamaan dengan cinta, menawarkan senyuman indah ke sekeliling. Embun menetes pada dedaunan membiaskan cinta dan berkelap-kelip dengan jenakanya. Domba dan anak-anaknya mengembek dan berjingkrakan dengan cinta, dan burung-burung serta anak-anak ayam bercicitan dengan cinta memadukan suara cinta.

Setiap makhluk ambil bagian dalam orkestra paripurna cinta di dunia dengan simponi khasnya dan mencoba mendemonstrasikannya, dengan bebas semaunya atau dengan sifat bawaannya, aspek cinta yang begitu dalam yang ada pada kehidupan.

Cinta melekat pada jiwa manusia sebegitu dalam sehingga banyak orang rela meninggalkan rumah untuk mengejarnya, banyak rumah tangga hancur, dan, di tiap sudut seorang Majnun mendesah dengan cinta, merindukan Layla.[1]Bagi mereka yang belum menemukan cinta yang ada pada diri mereka, penjelmaan cinta seperti itu dianggap sebagai keganjilan!

Mementingkan orang lain adalah sikap mulia yang dimiliki manusia, dan sumbernya adalah cinta. Siapapun yang memiliki andil terbesar dalam masalah cinta ini, mereka lah pahlawan kemanusiaan paling hebat; orang-orang ini telah mampu mencabut perasaan benci dan dendam pada diri mereka. Pahlawan-pahlawan cinta ini akan senantiasa hidup bahkan setelah mereka tiada. Jiwa-jiwa agung ini, yang tiap hari menyalakan suluh cinta yang baru dalam alam batiniah mereka dan menjadikan hati sebagai sumber cinta dan altruisme, akan disambut dan dicintai masyarakat. Mereka berhak untuk memasuki kehidupan abadi atas ridha Yang Mahaadil.

Seorang ibu yang rela mati demi anaknya adalah pahlawan cinta; orang-orag yang membaktikan hidup untuk kebahagiaan orang lain adalah “pejuang yang gagah berani”, dan mereka yang hidup dan mati untuk kemanusiaan diabadikan dengan monumen-monumen yang tak kenal mati yang pantas untuk disematkan ke dalam hati kemanusiaan. Di tangan para pahlawan ini, cinta menjadi obat mujarab untuk mengatasi setiap hambatan dan kunci untuk membuka setiap pintu. Mereka yang memiliki obat mujarab dan kunci demikian ini lambat atau cepat akan dapat menguak gerbang semua belahan dunia dan menyebarkan semerbak wangi kedamaian di mana pun, dengan menggunakan “pedupaan” cinta di tangan.

Cara paling langsung untuk sampai pada hati umat manusia adalah cara cinta, jalan para Nabi. Mereka yang menempuh jalan ini jarang sekali ditolak, kalaupun ditolak oleh segelintir orang, mereka disambut dengan gembira oleh ribuan lainnya. Sekali mereka diterima dengan cinta, tak akan ada yang mampu menghalangi mereka untuk meraih cita-cita gemilang, keridhaan Tuhan.

Betapa bahagia dan melimpahnya mereka yang mengikuti petunjuk cinta. Sebaliknya, betapa malangnya mereka yang melakoni kehidupan “tuli dan bisu,” tidak menyadari hakikat cinta yang dalam pada jiwa mereka!

Ya Allah Yang Mahaagung! Hari ini ketika benci dan dendam meruap di mana-mana seperti gumpalan-gumpalan kegelapan, kami berlindung di bawah Cinta-Mu yang tak berbatas dan memohon dengan sangat di pintu-Mu, agar Engkau memenuhi hati hamba-hamba-Mu yang jahat dan bengis dengan rasa cinta dan kasih sayang!

 

Referensi

[1] Layla dan Majnun adalah dua sejoli yang dimabuk cinta dalam kisah legendaries literatur Timur.

Tauhid 5 – Iman Butuh Pengorbanan

Tauhid 5 – Iman Butuh Pengorbanan

Kita berkewajiban untuk menyampaikan kebenaran (al-haq) yang kita dengar. Kita juga bertanggung jawab untuk menyampaikan apa yang kita petik dari pengalaman hidup kita (ibrah untuk orang lain). Merupakan kewajiban bagi kita menyampaikan manfaat hidayah yang kita dapat ke orang lain. Ini lah tugas kemanusian, ini lah tugasnya seorang muslim. Setiap orang bertanggung jawab dan wajib menyampaikan hal-hal yang didengarnya atas nama kebenaran dan realitas, atas nama Al-Quran, juga atas nama islam kepada hati siapa saja yang membutuhkannya. Itu adalah misi untuk menyampaikannya kepada orang lain yang telah dibebankan kepada anda oleh Allah SWT. Misi ini juga merupakan makna dan pancaran dari misi profetik, yang telah dipercayakan kepada mereka yang telah menjadi yang terbesar, paling terhormat dan paling dermawan dari semua manusia. Semoga Allah SWT memungkinkan kita untuk meraihnya dengan sukses.

Jika sesuatu yang kita dengarkan, hal-hal yang kita pelajari tidak bisa bermanfaat bagi orang lain, jika perilaku kita tidak membawa kita pada hasil, jika tidak ada rencana untuk mencapai hasil dalam perbuatan kita maka kita melakukan hal yang sia-sia. Itu berarti kita telah membuang-buang waktu dan menghabiskan waktu kita dengan sia-sia. Mempelajari sesuatu memiliki arti dan tujuan. Mendengarkan sesuatu memiliki arti dan juga tujuan. Jika memperhatikan adalah arti mendengarkan, kemudian melakukan sesuatu yang muncul sebagai hasil dari mendengarkan ini adalah ekspresi (hasil) dari tujuan ini. Makna memahami sesuatu bukanlah dengan tujuan tidak melakukan apa pun. Memahami sesuatu hal adalah mampu mengaplikasikan apa yang kita pahami, mencapai sesuatu yang lain dari apa yang kita pahami dan mampu menarik kesimpulan lain. Mengapa kita menyebut Allah SWT? Mengapa kita menyebut Nabi Saw? Mengapa kita menyebut Al-Quran? Mengapa kita membuktikan bahwa dunia diciptakan dan menunjukkan Kebesaran Allah?  Mengapa kita mengambil kepemilikan dari asbab dan memberikannya kepada Allah atau mencoba melihatnya dan mencoba untuk mematahkan lain yang bertentangan dengannya? Tujuan kita adalah untuk membuat pengetahuan tentang Allah berakar di dalam diri kita. Kita memiliki tujuan dalam semua ini untuk membawa hati mereka yang membutuhkan cahaya itu. Semoga Allah memberikan kita tujuan ini!

Jika kita mendengarkan dan memahami tujuan ini, Allah SWT akan memberikan dan membuat kita mencapai hasilnya. Ini adalah hukum-Nya dan kita berharap dan memohon belas kasihannya agar ia melimpahkannya kepada kita. Rasulullah Saw telah berubah menjadi bara setelah dia memahami Wajibul wujud dan Quddus. Ia telah menyempurnakan pembelajarannya dari alam semesta dan memahami kandungannya ini melalui Alquran dan akhirnya ia tidak bisa berdiam diri. Kemanapun ia menghadap, “Allah” lah yang ia katakan. Dia berdakwah dalam penderitaan dan cobaan tanpa henti.

Setiap individu yang mengambil pelajaran kebenaran dari Rasulullah akan menjadi sekeping api. Tanah gelap dan waktu diterangi bersama mereka, mencapai cahaya. Hati yang gelap tercerahkan bersama mereka, kuburan yang diduga gelap juga akan diterangi mereka. Orang-orang mulai menjalani kehidupan seperti surga di sini dan di akhirat. Ribuan penderitaan dan cobaan sedang dipertahankan. Namun, orang-orang yang beriman semuanya akan bahagia. Mereka percaya bahwa mereka akan hadir di hadapan Allah dan mereka akan bahagia dengan kebahagiaan surga. Selama Allah ada, maka tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Ribuan penderita, ribuan orang yang menanggung musibah pada zaman Rasulullah, mereka tetap mengatakan “Allah” dan “Rasululullah.” Mereka memutuskan untuk bertahan dengan keimanannya. Kita melihat keluarga Yasir yang merupakan salah satu dari golongan yang pertama kali beriman. Mereka telah mencapai cahaya islam dan kemudian beberapa rintangan muncul di hadapan mereka. Ketika ada orang tersesat, tidak ada yang mengatakan kepada mereka mengapa memilih jalan itu. Tidak ada yang mengatakan mengapa kamu berjalan di jalan yang berkelok ini? Tapi begitu ia mulai istiqamah dalam hidupnya, maka ribuan rintangan, ribuan halangan akan muncul di hadapannya.

Keluarga Yasir datang ke Madinah dari tempat yang jauh, tanpa pelindung dan terlantar di Madinah. Mereka bekerja untuk seseorang dan berusaha mencari nafkah. Dia mengambil seorang wanita dari tuannya. Sumayyah adalah seorang wanita Islam yang terhormat. Dia adalah wanita Syahid Islam pertama dan dia telah melahirkan seorang anak yang terhormat. Ammar yang menjadi syahid di depan Sayidina Ali. Ammar Agung, Amar bin Yasir.

Keluarga yang kuat, yang telah mengambil hikmah kebenaran dari Rasulullah, mulai berputar di sekitar cahaya islam. Mereka telah memutuskan untuk tetap bertahan dalam keimanannya walapun bila ada musibah atau api yang akan membakar mereka. Namun, manusia memiliki batas ketahanan, sampai pada titik dimana dia tidak bisa lagi menanggungnya. Ketika penyiksaan terhadap mereka mencapai tingkat tertentu yang tidak dapat mereka tahan, Rasulullah saat itu lewat disana: Tangan kaki dan kepala Yasir dicelupkan kedalam air yang mendidih, Yasir diseret dengan tali yang diikatkan di kakinya. Mereka melakukan hal yang sama kepada wanita itu tanpa malu. Mereka menyiksanya dengan penyiksaan yang sama. Mereka melakukan hal yang sama kepada anak muda Ammar. Ketika penyiksaan mencapai tingkat yang ekstrem, ketika Rasulullah lewat, Yasir tidak tahan dan berkata: “Wahai Rasulullah”. Dia sedang menunggu bantuan. Mungkin, dia mengharapkan Rasulullah untuk mengangkat tangannya berdoa untuk mereka, meminta sesuatu dari Allah, semoga yang menyiksa ini dikutuk oleh Allah dengan bala-Nya. Rasulullah menjawab: “Sabar, wahai keluarga Yasir” Tapi sabar ada batasnya, Bisakah mereka bertahan lebih dari itu? Ya, mereka tetap bertahan dengan keimanannya, siksaan seperti dalam neraka, dalam penderitaan, dia melihat mereka dengan senyum pahit, mereka memutuskan untuk bertahan.

Beberapa hari kemudian Yasir dibunuh di depan mata istrinya. Iya dibunuh dengan berbagai bentuk penyiksaan yang di luar akal. Istrinya tidak hancur, seorang wanita pemberani yang mendapatkan keyakinan sejati dari beberapa ayat yang telah turun, dengan beberapa ayat yang telah ia dapati dan berbalik kepada Allah dan tidak menghianati keyakinannya ia memutuskan untuk bertahan dengan keimanannya. Saat kepala dimasukkan ke dalam air panas rambutnya rontok dan kepala botak yang muncul. Tapi perhatikanlah, bahwa wanita hebat itu lagi-lagi berkata: “Tiada Tuhan selain Allah Muhammad adalah Rasulullah”. Hal-hal yang menusuk tubuhnya membuatnya berbicara, dan dia terus-menerus mengatakan “Allah”. Dari beberapa riwayat yang dijelaskan tentang penyebab kematiannya, dari seluruh riwayat dikatakan penyiksaannya semuanya sungguh mengerikan. Penyiksaan berupa mengikatnya pada hewan, merenggangkan kakinya. Mereka mengatakan bahwa mereka membunuhnya seperti ini. Dikatakan juga bahwa Abu Jahal menancapkan tombak di dadanya yang mulia. Ada yang mengatakan bahwa beliau meninggal karena setelah kepalanya dicelupkan ke dalam air mendidih dan daging wajahnya terkelupas. Terlepas dari penyebab kematiannya, kami melihatnya saat dia berkata: “Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Nya” dengan sepenuh hati.” “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik.” (Surat Al-Ankabut 69). Allah beserta orang-orang yang berbuat baik, yaitu mereka yang beribadah seakan-akan melihat-Nya dan tidak akan berpaling dari-Nya.

Mereka melakukan penyiksaan yang sama kepada anaknya. Besi panas ditempel di dadanya, tetapi dia berdiri kokoh bagaikan gunung. Entah bagaimana dia bisa berdiri di hadapan Rasulullah dengan perasaan penyesalan yang serius karena pepatah bahwa dia mundur padanya dengan setengah hati. Dengan menangis ia berkata: “Aku hancur ya Rasulallah.” Itu adalah jamaah yang terhubung ke Allah dan Rasulullah sedemikian rupa. Itu adalah jamaah yang telah menghadapi segala macam cobaan dan bahaya untuk menjalani apa yang mereka yakini, untuk mendorong orang lain untuk menghidupinya dan untuk berdakwah ke orang lain. Jika jamaah yang berbaris bershaf seperti di belakang sahabat melawan kesesatan, kekufuran, dan hujatan di abad ke-20, mendengar hal yang sama, menjalani hal yang sama, dan menunjukkan kesabaran dengan cara yang sama dengan pertolongan dan anugrah Allah. Jamaah itu, sekaligus mereka juga akan melihat mentari yang telah terbit untuk para sahabat. Musim seminya akan lebih cerah dari pada hari-hari surga, alam kuburnya akan lebih cerah dari pada dunia. Pasti akan menemukan inayah dan kelembutan Allah dengan sendirinya. Allah memberitahu kita dengan bersumpah: “Mereka yang melakukan jihad di jalanku, Saya meminta mereka berjalan dalam jalan yang beragam, membimbing mereka dalam berbagai cara, dan sebagai hasilnya Aku membuat mereka mencapai rahmat dan bimbinganKu. Jangan lupa bahwa Allah bersama orang-orang yang ihsan.” Allah bersama mereka yang mengembangkan iman yang mereka miliki, terus beramal dengan cara yang kondusif bagi keyakinan yang maju dan tidak meninggalkan jalan-Nya.

Semoga Allah Yang Maha Kuasa menjaga kita dalam suasana ilahi dan membuat kita berhasil. Semoga Allah SWT menganugerahkan kita cinta dalam berdakwah apa yang kita dengar kepada orang lain. Semoga Dia melindungi kita dari bencana yang tidak dapat hikmah setelah kita meninggalkan masjid.

Menjelaskan kepada orang yang lain hal yang telah kita pelajari adalah syiarnya orang mukmin, syiarnya orang muslim. Bermalas-malasan ini adalah sifatnya orang-orang kafir.

Semoga Allah melindungi kita dari sifat-sifat orang kafir, dan melengkapi kita dengan ciri-ciri orang beriman.

Menjadi Jiwa Berdedikasi

Menjadi Jiwa Berdedikasi

“Menjadi Jiwa Berdedikasi[1]

Bisakah Anda menjelaskan ungkapan: “Yang aku inginkan bukanlah menjadi bagian dari kemuliaan masa lalu ataupun menjadi bagian dari kesuksesan di masa mendatang; yang aku inginkan hanyalah menjadi bagian dari jiwa-jiwa yang berdedikasi di masa ini”

 

Mungkinkah bagi kita untuk tidak berharap menjadi bagian dari kemuliaan masa lalu, walaupun sekedar menjadi prajurit rendahannya saja? Ketika membahas masa lalu kita yang amat mulia itu, pikiran kita secara otomatis akan meluncur ke sana.  Untuk itu, penyair besar yang juga mengalami masa-masa pahit kemunduran peradaban kita di masa ini, yaitu Mehmet Akif Ersoy berkata:

Aku menatap burung-burung hantu yang meratapi puing-puing peradaban

Kulihat juga tanah air layaknya surga ini sedang berada di musim gugur

Andai Periode Mawar kuketahui, kurela menjadi bulbul

Ya Allah, andai Engkau ciptakan aku terlahir di masa itu!

 

Ya, siapakah di antara kita yang tidak mau berbagi masa kehidupan dengan Kanuni Sultan Sulaiman?[2] Siapakah dari kita yang tidak mau berada di sisi Yavuz Sultan Selim[3], dimana bersamanya kita menyenandungkan mars Yeniceri[4]? Siapakah dari kita yang enggan untuk mendampingi di sisi kiri ataupun kanan dari sultan-sultan seperti mereka di medan pertempuran seperti Mercidabik, Ridaniye, dan Caldiran[5]. Siapakah dari kita yang tidak suka untuk membusungkan dada kita demi menjadi perisai bagi sultan-sultan seperti mereka. Ya, sejarah cemerlang tersebut senantiasa menjadi fokus otonom alam bawah sadar kita.

Di sisi lain, terdapat janji Sang Nabi dan pengingatan dari para wali, dimana ketika memikirkan masa depan penuh kebahagiaan yang dinanti dengan penuh harapan itu kita pun senantiasa ingin segera tiba di masa tersebut.

Pemikiran yang seperti itu sebagaimana dapat disebut sebagai pendekatan nostalgia; sambil mengeluhkan banyaknya kekurangan di periode masa ini yang penuh kesempitan serta menjemukan, kita seperti seorang pelukis ataupun penyair, singkatnya seperti seniman yang mengkritik subjek-subjek dan objek-objek di hadapannya sembari membandingkannya dengan masa lalu ataupun masa yang akan datang.

Ya, sebagian dari kita barangkali pernah masuk ke dalam pemikiran tersebut. Meskipun hal tersebut bukanlah tugas serta tanggungjawab kita, meskipun hal tersebut dapat mendatangkan arti menawar takdir Ilahi, hal-hal seperti itu tetap dapat mendatangi pikiran kita. Kemudian dengan keikhlasan dan ketulusan yang tersisa, kita pun memperbaiki pemikiran tersebut: “Mohon ampun Ya Rabb, hal tersebut bukanlah perhatian utama kami… Siapalah kami kemudian berhak mengatakan hal seperti itu! Kami hanya berkewajiban mengerjakan tugas dan tanggungjawab kami. Kami tidak turut campur dalam wilayah kuasa RububiyahMu.” Akan tetapi, sekuat apapun tekad kita untuk senantiasa istikamah, sekokoh apapun kita menapakkan langkah kaki, dunia pikiran dan khayalan terkadang membawa kita menuju pemikiran bengkok sehingga hati pun terpeleset olehnya.   Segera kami sampaikan bahwasanya hal tersebut layaknya tergelincirnya hati dalam beriman, ia bukanlah dosa yang tak dapat dimaafkan. Barangkali ia adalah keburukan yang tidak berakibat ditulisnya dosa.

Sebenarnya bagi kita maupun bagi orang lain, kejayaan masa lalu bukanlah hal yang tak boleh diimpikan. Semoga masa depan kita pun seiring berkembangnya akar kejayaan akan setara dengan kejayaan masa lalu, insya Allah.

Akan tetapi, saya dengan pendekatan ala Qitmir, tidak merasa layak untuk berharap dapat menjadi seorang Kanuni dan Yavuz yang jaya di masa lalu, ataupun bermimpi untuk menjadi pimpinan bagi sosok-sosok suci yang menjadi representasi pekerjaan ini di masa mendatang. Sebaliknya, saya lebih suka untuk memilih menjadi salah satu unsur kecil lagi sederhana dari kumpulan mereka yang berhizmet pada masa ini. Mengapa demikian?

Karena:

  1. Kesuksesan di masa mendatang, bersama capaian-capaian keberhasilan juga akan membawa unsur seperti gibah, hasad, serta kebencian. Terdapat ganimah yang dipandang wajib untuk dibagikan. Kecintaan pada pangkat dan jabatan akan menyerang jiwa-jiwa manusia. Ambisi, kebencian, serta kedengkian akan menggelembung. Dari mana Anda tahu? Saya mengetahuinya karena hal-hal itu terdapat pada tabiat manusia. Sejarah manusia telah menjadi saksi bahwa hampir di setiap zaman di masa kesejahteraan dan kebahagiaan yang mengikuti permasalahan dan penderitaan muncul, manusia tidak mampu menjaga kebersihan hati serta ketulusannya. Kemarin mereka yang berada dan berjuang di satu barisan lalu ketika sukses berhasil diraih mereka akan saling hantam satu sama lain demi pangkat dan manfaat pribadi. Keistimewaan yang dicapai di masa sulit satu demi satu akan hilang seiring datangnya keluasan dan kenyamanan. Sebenarnya saya tidak mau hidup di masa pasca hizmet, yaitu di masa kekacau balauan, kebinasaan, dan kemusnahan akan datang, wassalam.

Semoga Allah senantiasa membuat kita selalu berhizmet. Untuk sawerannya, siapapun yang akan membagikannya bagikanlah ia. Buat saya itu tidak terlalu penting. Asal masyarakat jadi bahagia, hidup tenteram dan rukun, itu cukup buat kita. Kalau mereka mau, mereka dapat merekrut kita sebagai buruh tani. Atau mungkin mengasingkan kita ke tempat-tempat terpencil. Sama sekali tidak masalah. Kita bisa pergi ke atas gunung dan hidup zuhud di sana. Maka jika dilihat dari penjelasan ini, maka saya dapat mengatakan: “Yang aku inginkan bukanlah menjadi bagian dari kemuliaan masa lalu ataupun menjadi bagian dari kesuksesan di masa mendatang, yang aku inginkan hanyalah menjadi bagian dari jiwa-jiwa yang berdedikasi di masa ini”

  1. Kita adalah anak-anak dari masa kini. Tidak mungkin kita masuk ke masa lalu ataupun lompat ke masa depan. Barangkali sebagian dari kita akan menemui masa depan, tetapi yang paling penting adalah hidup dan mengisi masa ini. Artinya kita tidak akan mengatai masa lalu kita sebagai dongeng. Tidak juga melihat masa depan sebagai mimpi di siang bolong. Atau dengan ungkapan lain: masa lalu bukanlah pemakaman raksasa; demikian juga masa mendatang, bukanlah negeri para gergasi[6]. Memang bukan, tetapi untuk menyiapkan masa depan yang setara dengan kejayaan masa lalu hanya dapat dilakukan dengan mengisi hari ini dengan sebaik-baiknya. Untuk itu, dengan gambaran ini, mereka yang pada hari ini bangkit dan duduknya senantiasa dihiasi dengan pikiran hizmet, hulubalang kecil yang kedipan matanya diperuntukkan hanya untuk hizmet dan bukan untuk pikiran lainnya, mereka itu lebih baik dibandingkan para raja dan penguasa di masa lalu. Bahkan dapat dikatakan jika mereka bisa lebih baik daripada para wali, para kutub, bahkan para ghauts.
  2. Orang-orang yang berhizmet dalam periode waktu dan kriteria tertentu bisa jadi membawa kebanggaan di dalam jiwa-jiwanya. Kebanggaan tersebut dapat menyapu bersih pahala-pahala dari pekerjaan baik mereka di periode tersebut. Untuk itu, seorang muslim sebaiknya sehari setelah meraih sukses, seperti halnya pergi bermigrasi setelah waktu asar lewat, maka pergi berpisah dari dunia ini adalah yang terbaik untuknya. Ya, waktu itu adalah waktu paling tepat untuk berdoa: “Ya Allah, ambillah amanahmu (nyawaku) ini!”

Dengan pemikiran demikianlah aku kemudian berkata: “Yang aku inginkan bukanlah menjadi bagian dari kemuliaan masa lalu ataupun menjadi bagian dari kesuksesan di masa mendatang; yang aku inginkan hanyalah menjadi bagian dari jiwa-jiwa yang berdedikasi di masa ini”. Saya pun mengucapkannya kembali pada hari ini. Akan tetapi, tetap saja kita tidak bisa mengetahui manakah hal yang paling hakiki. Saya tidak tahu, dan saya juga tidak bisa memutuskan apakah pemikiran ini berasal dari bisikan setan ataukah ilham dari Ilahi. Karena nafsu sangatlah menipu dan setan terkadang mendatangi manusia dari sebelah kanan. Pemikiran  seperti itu bisa jadi merupakan hasil pendekatan setan dari sebelah kanan. Allahlah sebaik-baik yang Mahamengetahui kebenaran.

 


 

[1] Diterjemahkan dari artikel https://fgulen.com/tr/fethullah-gulenin-butun-eserleri/prizma-serisi/fethullah-gulen-prizma/11647-fethullah-gulen-adanmis-ruh-olabilmek di akses pada tanggal 4 Oktober 2019, pukul 10.45

[2] Kanuni Sultan Sulaiman dikenal di barat dengan julukan Suleiman the Magnificent. Dia adalah sultan kesepuluh Usmani. Dia adalah sultan terlama selama sejarah Usmani, memerintah dari tahun 1520 hingga wafatnya pada tahun 1566, atau 46 tahun (hampir setengah abad). Masanya adalah salah satu masa paling cemerlang dari Usmani. Kepemimpinannya dibantu oleh Perdana Menteri brilian seperti Ibrahim Pasa dan Rustem Pasa sedangkan di bidang agama ada sosok seperti Seyhul Islam Ebussuud Efendi.

[3] Di Barat dikenal dengan julukan Selim The Grim. Terkenal dengan kisah bagaimana beliau turun dari kudanya saat perjalanan dalam menakhlukkan Kesultanan Mamluk di Mesir. Saat dimohonkan untuk naik kuda oleh Panglimanya dikarenakan semua pasukan kelelahan karena turut turun dari kuda, ia menjawab:”Bagaimana aku bisa naik di atas punggung kudaku sedangkan di depan kita terdapat Baginda Nabi SAW yang berjalan kaki memimpin pasukanku.” Beliau adalah ayah dari Kanuni Sultan Sulaiman.

[4] Yeniceri adalah korps elit dari pasukan infanteri Kesultanan Usmani. Yeniceri dikenal sebagai model pasukan modern pertama di Eropa. Diperkirakan Yeniceri dibentuk di masa Sultan Murad I (1362-1389)

[5] 3 perang tersebut adalah 3 fase pertempuran Usmani dengan Mamluk

[6] Jembalang: raksasa besar yang suka makan orang (KBBI)