muslim-praying-mosque-traditional-ground-carpet

UNDANGAN BERDOA DAN SHOLAT HAJAT

Assalamualaikum Saudara/i inspirasi kami yang terhormat,

Seperti yang kita ketahui, bahwa saat ini di Indonesia sedang terjadi pelonjakan yang tinggi berkaitan dengan kasus Covid-19. Tanpa terelakkan, akhir-akhir ini semakin banyak dari teman-teman, keluarga dan kerabat kita yang terpapar virus tersebut, bahkan beberapa dari mereka masih dalam proses perawatan.

Datangnya waktu musibah, di saat yang sama mengisyaratkan perlunya waktu untuk berdoa dan bertaubat.

Untuk itu, mari kita memohon perlindungan dari Allah ta’ala dan juga mengharapkan kesembuhan bagi saudara-saudara kita. Adapun berikut doa-doa yang dianjutkan setelah melaksanakan sholat hajat dan doa-doa yang dianjurkan dibaca setiap harinya.

Semoga Allah ta’ala mengabulkan doa kita semua.

🔹 Saudara/i bisa membaca doa yang ada di bawah ini setelah melaksanakan dua raka’at sholat hajat setiap harinya:

🔸 Juga disarankan untuk membaca dua doa yang ada di bawah ini (minimal 11 kali setiap setelah sholat) sesuai dengan kesanggupan masing-masing setiap harinya.

magnifying-glass-white-puzzle-blue-background

Mencari Makna yang Hilang

Karya Pembaca: Haerul Al Aziz

Namanya Andre, 30 tahun. Kini ia tertegun dengan secarik kertas dan pena yang ada di hadapan matanya, penuh rasa khawatir dan bimbang. Sosoknya yang terkenal sebagai pemuda paruh baya itu konon telah menjalankan hidupnya penuh dengan limpahan harta dan kekayaan. Anak konglomerat dari salah satu daerah di Indonesia tersebut, tak merasa sukar jika ia harus menikmati segala macam jenis kenikmatan dunia. Pendidikan dengan fasilitas terbaik telah ia tempuh. Segala jenis makanan ternikmat di dunia juga mungkin telah ia rasakan. Tempat-tempat terindah yang ada di dunia pun mungkin pernah ia jelajahi.

Tetapi ada sesuatu yang ia anggap masih kurang. Ia masih merasa belum puas dengan semua itu. Seolah seluruh kenikmatan yang telah ia cicipi itu, tak bernilai. Ia belum merasakan suatu yang hingga saat ini ada, menghantui benaknya. Terpantul jelas dalam lorong-lorong bayangan rasa penasarannya di dalam relung jiwanya saat itu. Suatu hal yang justru orang lain malah lari, karena takut darinya. Ya, ia menginginkan kematian. Sesuatu yang dianggap sebagai pemutus segala kenikmatan. Dan telah ia tuliskan dalam secarik kertas sebagai petuah, pantulan dari kegelisahannya saat itu :

Saat menemui ajal kelak, mungkinkah ada kenikmatan lain yang belum pernah aku rasakan? Mungkinkah kenikmatan sejati dapat diraih setelah aku masuk ke dimensi itu?  Adakah makna dari penciptaan kehidupan baru di alam lain tersebut?

Terbesit sebuah pertanyaan besar dalam kepalanya yang hampir linglung karena telah muntah harta dan bosan akan kenyamanan dunia. Namun tak ada seorang pun yang mampu menjawab keraguan itu, kecuali mereka yang meyakini bahwa hal itu memang benar adanya. Karena yang pergi, telah pergi. Tak akan pernah kembali untuk menyampaikan apa yang sebenarnya terjadi. Menunggu ganjaran atas apa yang telah mereka perbuat di dimensi alam ini.

Tujuan dan tugas istimewa yang dimiliki manusia di muka bumi ini

Apa yang sebenarnya manusia cari? Atau apa yang hilang, hingga ia merasa belum puas dengan kenikmatan yang ia raih di bumi ini? Benarkah dimensi lain itu lebih indah dan abadi?

Jika melihat ke semua makhluk yang ada, bisa kita pastikan bahwa kehadiran mereka ke dunia ini tentunya memiliki sebuah tujuan. Dimulai dari bulan yang menerangi langit di kala malam, hingga matahari yang menyinari siang di setiap harinya. Dari tanaman hias hingga pohon-pohon besar yang menyelimuti bumi ini. Dari seekor semut hingga hewan-hewan berkaki empat yang memiliki banyak manfaat bagi keberlangsungan hidup makhluk yang lain. Lalu bagaimana dengan tujuan penciptaan manusia?

Ketika berencana untuk membangun sekolah, kita perlu memahami terlebih dahulu alasan mengapa dan untuk apa kita ingin membangunnya. Pasti ada tujuan yang termaksud, yang mungkin setara atau bahkan lebih besar dari apa yang ingin kita rencanakan sebelumnya. Begitu pula dengan penciptaan alam semesta ini dan juga makhluk istimewa yang merupakan wujud intisari darinya yang kita sebut sebagai manusia. Sebagai bentuk alam kecil yang mempunyai arti yang lebih luhur dari pada alam yang besar ini, tak mungkin hadir jika tanpa sebuah tujuan.

Setiap insan yang datang ke ruang tamu dan kerajaan dunia ini, setiap kali membuka kedua matanya ia akan melihat berbagai jamuan yang sangat mulia, pameran yang penuh seni, kemah dan tempat latihan yang menakjubkan, tempat rekreasi yang sangat mengagumkan, tempat tafakkur yang penuh hikmah dan bermakna. Tetapi sesuai dengan keahliannya tersebut, dibalik tujuan pengirimannya ke dunia ini, tentunya manusia juga tak lepas dari tugas yang perlu ia emban.

Karena ia memiliki pikiran untuk memilih mana yang terbaik baginya. Memiliki hati nurani untuk menyadari apakah ada hikmah dibalik semua yang ia lihat dan rasakan dalam kehidupannya. Bersikap sadar di antara makhluk yang tak memiliki kesadaran akan esensi dari penciptaannya. Dengan kehendak parsialnya itu, ia berusaha menjawab pertanyaan dari ujian yang ada di lembaran muka bumi ini, untuk mencari makna yang sebelumnya hilang karena terpaku oleh nilai yang sifatnya material semata. Mengajaknya untuk meneliti lebih jauh makna yang ada dalam dirinya dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut dengan tepat :

“Siapa ia sebenarnya? Untuk apa ia diciptakan?  Adakah pemilik hakiki dari semua ciptaan ini? Apa yang harusnya ia lakukan di muka bumi? Akan sampai kapan ia hidup? Ke mana ia akan pergi setelahnya? Bagaimana ia bisa menyelamatkan dirinya dari segala jenis kekhawatiran yang ada ini?”

Memahami makna dari arti kehidupan    

Mungkin setangkai bunga sudah merasa puas dengan kehadirannya di taman, menghiasi kebun-kebun. Bisa jadi seekor sapi merasa lega saat memakan rumput dan menganggap tugasnya telah usai saat dagingnya berhasil disantap oleh manusia. Namun  manusia tidak akan pernah puas meski seluruh isi dunia menjadi miliknya. Ia memiliki harapan dan keinginan yang abadi. Karena memang ia diciptakan untuk keabadian. Untuk itu, kita perlu menawarkan kenikmatan yang sifatnya abadi pula, atau setidaknya mengarah pada keabadian itu sendiri. Karena kenikmatan duniawi tak akan pernah cukup untuk memuaskan hasrat keabadiannya itu.

Kita hidup di dunia modern yang dengan fasilitasnya mampu memanjakan manusia yang hidup di masanya. Namun sayang, dunia yang berkembang saat ini dengan segala kemegahannya itu dalam beberapa hal hanya mampu menawarkan kenikmatan sementara yang mengantarkan individunya pada sikap narsisme, bangga diri dan tertipu oleh tampilan luar semata. Tampilan luar yang menyodorkan iming-iming palsu dengan menampilkan diri mereka yang seolah merepresentasikan sebuah nilai luhur, tapi melupakan makna yang ada di dalamnya. Sedangkan makna, mengindikasikan sebuah keabadian. Oleh karena itu, tampilan luar yang kehilangan makna tidak akan sanggup memuaskan hasrat manusia secara utuh.

Kunci untuk Meraih Makna

Kenikmatan yang dirasakan di dunia ini bagi sosok manusia, masing-masing sebenarnya merupakan permisalan. Bahwa ada hal yang lebih indah lagi yang dapat mereka rasakan di dimensi yang lain. Yang ada di dunia ini hanyalah contoh. Di samping mereka tidak akan pernah puas meski sudah mencicipi segala kenikmatan yang ada di dunia ini, di sisi lain mereka juga termasuk orang yang tak tahu diri, jika tidak mengenal siapa sesungguhnya yang memberikan seluruh nikmat tersebut dan hanya menghabiskan itu semua dengan penuh kerakusan.

Selain itu manusia tidak dikirimkan ke dunia ini hanya untuk merasakan kenikmatan belaka. Karena dengan kepedihan yang telah ia lewati atas masa lalu dan kekhawatiran yang ia rasakan akan masa depan, membuatnya tak akan sepenuhnya puas merasakan kenikmatan itu. Bersamaan dengan hal tersebut, kebutuhan, keinginan, dan harapan yang diharapkan manusia, melebihi dirinya sendiri. Maka, tak salah jika makhluk yang paling banyak kebutuhannya ialah manusia. Tetapi ia pun sebenarnya lemah dan papa, bahkan ia tak mampu memenuhi hidupnya atau menghadapi musuhnya sendirian. Untuk itulah dia butuh tempat bersandar yang maha agung dan kokoh dari manifestasinya yang lemah dan papa.

Di saat yang sama, manusia layaknya benih. Benih yang membutuhkan cahaya, air, tanah, dan pupuk yang sesuai, sehingga akan menghasilkan buah layaknya tujuan. Cahaya dalam bentuk maknawi yang mampu menerangi hidupnya. Air yang mampu memberikan nutrisi agar ia tetap bisa hidup dengan kapasitas yang ia miliki. Tanah yang dapat memberikan tempat untuk bisa menjulang tinggi dan wadah baginya untuk berkreasi menampilkan kedermawanan pemiliknya. Pupuk yang membantunya agar lebih subur dan rindang. Pada akhirnya menghasilkan buah manis dan bergizi yang bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya.

Padanya juga terdapat kunci, yang mana jika ia mampu menggunakannya dengan benar maka ia pun akan melihat esensi dari seluruh penciptaan alam semesta ini, termasuk dirinya sendiri. Tetapi jika ia salah dalam menggunakannya, semoga Allah ta’ala melindungi kita, ia akan menjadikannya dirinya sebagai firaun-firaun yang ada di zamannya masing-masing. Itulah yang dinamakan ego manusia. Manusia yang terpaku pada egonya, tidak akan mudah untuk mengenali dirinya sendiri. Mereka yang tak mampu mengenali diri, atas tujuan apa mereka dikirimkan ke dunia, tentunya akan sulit untuk mencari makna dari eksistensinya. Mereka yang tak mampu mendeteksi makna tersebut akan sukar untuk mengenal siapa sebenarnya yang memiliki kerajaan ini. Untuk itu, mari kita merefleksikan diri, sudah seberapa jauh kita mengendalikan ego ini untuk mencari makna yang hilang itu? Dan menyelamatkan Andre dari pikiran konyolnya tersebut.

rohan-makhecha-jw3GOzxiSkw-unsplash

Orang yang Mengkritik Takdir akan Terkapar oleh Takdir Itu Sendiri

Orang yang mengkritik dirinya sendiri, orang yang bermuhasabah diri tidak akan mengkritik saudara Hizmetnya. Al-Qur’an menyebutkan, Sunnah menyebutkan, buku Risalah yang kita sering baca pun juga menyebutkan bahwa kita harus menjaga penglihatan buruk tentang saudara kita kita harus mengabaikan kekurangan mereka. Dalam menghadapi humanisme Barat yang saat ini sudah mengenal dan mengagumi aspek-aspek islam, seperti toleransi, kasih sayang yang sangat berdekatan dengan nilai kemanusiaan kita tidak mungkin menanggapinya dengan kritikan.

Saya katakan jangan mengkritik siapa pun, siapa pun. Menyampaikan pemikiran, kesalahan dengan alternatif yang tepat, dapat ditangani dengan memberikan kritik positif. Tetapi tidak akan tercapai tujuan dengan menjatuhkan (mengkritik) seseorang. Bukan hanya saudara saudari kita di Hizmet saja yang saling mengkritik, sebagian besar Ahli Iman pun satu sama lainnya saling mengkritik di televisi, mereka berbicara saling menjatuhkan satu sama lainnya, yang juga diiringi dengan kata-kata yang membombardir, saling menyakiti dan saling membahayakan seperti ini tidak sesuai metode kritik saat ini, yang menyebabkan terjadinya kesenjangan antar berbagai lapisan masyarakat, dan ini merupakan suatu kesalahan. Terutama teman-teman kita, mereka seharusnya tidak mengkritik.

Ustad Badiuzzaman dalam buku Lahikalar mengatakan bahwa

meskipun benar, orang yang mengkritik adalah salah”.

Saya pikir masalah ini adalah sesuatu yang seharusnya tidak perlu saya ulangi dan kalian iingat semuanya. Tentu saja, terkadang kita semua sempat terlintas untuk mengkritik orang lain. Kritik ini bisa termasuk kategori ghibah. Hafizhanallah (semoga Allah menjaga kita). Ini mungkin terbesit dalam diri kita, tapi walaupun ada keinginan, tidak melakukannya adalah suatu fadhilah.

Ketika kita terbersit untuk mengkritik, sebenarnya yang penting adalah untuk tidak mengkritik. Seseorang ada kecenderungan untuk mengkritik tapi harusnya tidak dilakukan. Oleh karena itu dalam pandangan Hizmet kita, terkadang saya melihat bahwa, tidak mengkritik dan tidak berghibah itu sangat penting. Berghibah tentang orang lain adalah termasuk ghibah. Tetapi berghibah tentang orang yang sangat mendalami hizmet termasuk ghibah besar. Mengkritik orang lain adalah termasuk kritik. Tetapi mengkritik orang yang sangat mendalami Hizmet termasuk kritik besar.

Pendapat pribadi saya, jika anda berkenan adalah; “saya takut sebuah akhir yang buruk akan menimpa orang-orang seperti ini”. Saya khawatir terhadap mereka yang terlalu banyak mengkritik orang lain, lalu berkata mereka tidak bisa bekerja, mereka tidak mampu bekerja, pekerjaan yang mereka lakukan salah, bahkan selalu melihat kekurangan pada pekerjaan orang lain, maka dalam waktu yang tidak akan lama mereka juga akan terperangkap dalam kesalahannya sendiri. Bahkan, hafazanallah, ia mengkritik semua orang, mencari-cari kesalahan pada semua orang, maka saya khawatir suatu saat keburukan akan berbalik padanyadan sampai sekarang saya belum melihat adanya sebab yang serius, sehingga kekhawatiran saya masih berlanjut. Kekhawatiran ini pada pandanganku, saya ulangi lagi, saya khawatir suatu akhir yang buruk akan jatuh pada mereka yang sering mengkritik, mengikat dirinya dengan kebiasaan mengkritik. Hafizanallah, aku khawatir mereka akan terjatuh ke dalam kutukan dan kesesatan ini.

Oleh karena itu, mulut teman-teman kita tidak boleh dikotori. Kotornya mulut adalah pertanda hati yang kotor pula. Jika hati tidak rusak, maka mulutpun tidak akan rusak. Gunjingan dan kritikan timbul dari lisan yang memiliki hati rusak. Tidak akan ada yang percaya pada mereka jika mengatakan, “hatiku bersih”. Hati yang bersih akan menghasilkan kalimat-kalimat yang bersih pula. Menghasilkan pemikiran yang bersih. Mari menjadi alternatif pelopor pemikiran yang positif. Mari kita titik pusatkan pemikiran kita pada hal-hal untuk saling berkonsultasi dalam setiap majelis (musyawarah). Mempertahankan kesesuaian dalam setiap prosedur dan adab dalam berdebat. Pada saat mereka tidak mengindahkan pendapatmu, maka tuntun mereka dengan cara lainnya, yaitu dengan cara yang disampaikan Al-Quran.

Janganlah kita saling menggunjing, saling mengkritik. Hal ini akan melimpahkan berkah pada Hizmet. Jika ada sebuah kritikan, -seorang Jibril tidak akan menggunjing- tidak akan mengkritik, tetapi, jika kamu mempunyai pekerjaan seperti Jibril, senang dengan kehidupan, tekun bekerja, sangat tulus dan ikhlas dalam bekerja, untuk itu aku akan sedikit bersumpah, tetapi aku tetap akan bersumpah, Wallahi, Billahi, Tallahi, tidak sedikitpun hal tersebut akan menjadi berkah dalam Hizmetmu. Walaupun Hizmet diatasnamakan dengan nama malaikat Izrail, Mikail dan Jibril, apabila mereka saling mengkritik satu sama lain, saling menghibahi satu sama lain maka kalian tidak akan melihat adanya keberkahan dari Hizmet walaupun seribu. Walaupun kalian sudah berusaha sekuat tenaga, tetapi kalian tidak akan mendapatkan jalan walau hanya sekecil jarum paku.

Sekarang di turki, di beberapa tempat dan berbagai bidang ilmu, di karenakan beberapa teman yang terpaut dalam pengkritikan terhadap jamaahnya sendiri, keberkahannya hanyut seperti banjir menganyutkan dahan pohon yang besar. Dan saya mengatakan, ya Allah berikanlah hidayah. Dan satu dua orang yang hati dan lidahnya busuk ini, apabila dengan menghanyutkan mereka musibah ini akan di lenyapkan, maka saya mengatakan hanyutkanlah mereka ini. Siapa yang mengatakan ini? Ini adalah perkataan hati yang menangis walaupun ia di hadapan musuh. Karena di suatu tempat, Hizmet akan mendahului segala sesuatu. Mereka tidak akan mencari pada pengaruh sikap dan hati yang rusak, mereka tidak akan mencari pada lisan yang dasarnya terpaut pada kejahatan. Mereka tidak akan mencari pada orang yang terpaut akan keuntungan, tidak juga pada orang yang melenyapkan seribu keberkahan Allah. Biarkan saya mencium tangan dan kaki kalian, dengan rambut saya yang beruban saya meletakkan kepala saya dibawah kaki kalian seperti batu trotoar.

Demi ridha Allah, demi kebesaran Rasulullah, demi Ustad bediuzzaman Said Nursi, demi orang yang syahid dalam perjalanan Hizmet, demi ridha Allah jangan saling mengkritik. Saya akan bersabar dan menahan diri saya sedikit lagi. Tetapi suatu hari apabila masih ada yang saling mengkritik, seraya mengangkat tangan saya khawatir akan mengatakan “Ya Allah sampai sekarang saya hanya mendoakan para musuh, kini saya mendoakan Hizmet tetapi memiliki perasaan layaknya musuh”. Saya khawatir akan mengatakan seperti itu.

Demi Allah saya memohon kepada kalian. Jangan kita sentuh keberkahan Hizmet, jangan kita berghibah, jangan kita mengkritik, jangan kita lipatgandakan musibah. Jangan kita patahkan upaya mereka dengan menganggap kesalahan kita seperti kekurangan mereka. Jangan kita menghardik mereka. Katakanlah hal-hal baik yang mungkin menjadi faktor dalam upaya dan usaha mereka. Mari sajikan pendapat kita sebagai alternatif hal-hal indah, ini memungkinkan mereka untuk tercermin dalam kehidupan kita.

mhrezaa-0s9ai7vatFg-unsplash

Penghormatan Pada Manusia dalam Pemikiran Fethullah Gulen

Satu dari tonggak pemikiran sosial dan spiritual Fethullah Gulen adalah konsep penghormatan kepada manusia. Tema yang senantiasa disenandungkan dalam ceramah dan tulisannya. Menghormati yang lain merupakan rahasia di balik jalannya kehidupan ini. Dan merupakan prasyarat utama dalam mengabdi kepada Tuhan. Ya, penghormatan adalah sebuah penghargaan yang layak didapati seseorang hanya karena ia seorang manusia dan ini menyatu dengan penghormatan kepada Tuhan. Penghormatan juga merupakan rahasia di balik Tuhan memerintahkan Jibril bersujud kepada Adam, manusia pertama dan seorang nabi (Qur’an, 2:34).

Bagi Gulen, nilai sejati dari seorang manusia dalam bentuk terbaiknya dirumuskan oleh agama-agama samawi, terutama Islam. Analisa yang objektif terhadap isi al-Qur’an tidak mengungkapkan apa-apa selain cinta sejati pada manusia. Hasil tersebut juga tidak ada bedanya jika kita melihat langsung kehidupan Nabi Muhammad SAW, dan mengamati bagaimana beliau mengutamakan kecintaan dan penghormatannya pada manusia dalam hubungannya dengan orang lain. Pada cara beliau mengajari keimanan pada umatnya dan diplomasi beliau dengan komunitas dan negara lain. Dengan menghormati orang-orang di sekelilingmu berarti menghormati manusia dan nilai-nilai kemanusiaan. Menurut Gulen, ini adalah sebuah budaya yang harus diajarkan kepada generasi penerus seperti halnya mengajarkan praktik salat dan harus dijalankan dalam semua aspek kehidupan, mulai dari pendidikan hingga bisnis, dari keluarga hingga pegawai pemerintah, dari olahraga hingga seni dan politik. Rutenya beda, tapi maksudnya sama.

Adalah fitrah kita untuk beda pemikiran. Karenanya kita harus menghargai pandangan yang berbeda dan tidak memaksa seseorang untuk berpikiran seperti kita.

Menghormati manusia adalah kunci untuk memanifestasikan kualitas batin yang indah, dan untuk mengembangkan keterampilan kita. Sama seperti pengembangan dalam setiap aspek kehidupan kita yang bergantung pada kondisi yang nyaman, begitu juga kemampuan kita berkembang dalam suasana yang mengedepankan rasa hormat pada manusia. Gulen juga mengajak untuk menghormati orang-orang yang memilih jalan yang berbeda. Seseorang tidak boleh menghambat perkembangan mereka atau menjadi musuh mereka hanya karena mereka mengambil jalan yang berbeda dari kita. Adalah berseberangan dengan fitrah manusia untuk memaksa orang-orang agar mengikuti jalan tertentu dan bukan yang lain. Selama kita memiliki tujuan yang sama, keberadaan pemikiran dan metode yang berbeda merupakan sumber keuntungan yang tidak boleh ditinggalkan demi mengikuti kehendak ego tertentu.

Bagi Fethullah Gulen, penghormatan pada manusia haruslah menjadi titik awal untuk mencapai karakter yang baik dan mengembangkan hubungan yang kuat. Mengadopsi sikap yang seperti ini sebagai asas menjalin hubungan dengan pihak lain akan menciptakan dialog yang berkelanjutan dengan siapapun, baik yang dekat maupun jauh. Apakah mereka orang yang beriman atau tidak, orang salih atau mereka yang dekat dengan Anda dan memiliki nasib yang sama dengan Anda. Dalam semua kasus, mereka masih merupakan manusia yang diciptakan Tuhan, mereka masih berhak dihormati, bahkan dengan berkali-kali lipat, untuk alasan sederhana itu.

Manusia telah diciptakan dalam bentuk yang terbaik. Dalam ayat al-Qur’an yang menjelaskan kebenaran ini, Tuhan Yang Maha Kuasa tidak mengatakan seorang yang beriman atau seorang muslim, Dia menyebut manusia. Semua manusia memiliki potensi ini sebagai karakter pemberian Tuhan. Karenanya menghormati manusia merupakan aspek alamiah menjadi manusia. Dan itu harus diukir dalam diri kita dengan sering sehingga ia menjadi hal yang tidak terpisahkan dari kemanusiaan kita. Rasa hormat pada manusia merupakan ciri istimewa dari “manusia hati” yang diimpikan oleh Gulen dalam buku-buku dan ceramahnya. “Manusia hati” adalah arsitek masa depan yang membangun dunia dan mengembangkan relasi dengan pihak lain atas dasar cinta dan rasa hormat. Gulen membayangkan masa depan dimana penghormatan pada hidup manusia dan orang lain akan ditempatkan di tengah-tengah semua tindak tanduk kita, dari membentuk sebuah keluarga hingga membangun pusat kajian dan pembelajaran, dari tetangga sampai hubungan internasional, dari pabrik makanan hingga layanan masyarakat dan kemajuan teknologi. Ini begitu penting jika kita ingin menyelesaikan masalah-masalah sosial yang meluas terjadi.

Satu kualitas luar biasa yang dimiliki generasi orang-orang yang terinspirasi Fethullah Gulen dan mengabdikan hidupnya untuk melayani orang lain adalah rasa hormat pada manusia. Relawan dari gerakan pelayanan ini pertama kali menaruh rasa hormat pada orang lain, dan menghargai setiap orang tanpa melihat perbedaan mereka dalam agama, bahasa, budaya, pekerjaan, atau status ekonomi. Ini adalah rahasia di balik semua pencapaian mereka. Rasa simpati dan cinta yang mereka terima dari seluruh penjuru dunia. Bagi Gulen, para relawan ini melihat, menerima cinta dan rasa hormat setiap orang seperti halnya mereka. Perbedaan tidak pernah bisa menjadi landasan bagi diskriminasi.

olia-gozha-J4kK8b9Fgj8-unsplash

Kita Tidak Mampu Membaca Seperti Dulu Kala

Kita tidak mampu membaca seperti dulu kala. Kita tidak mampu membaca buku-buku itu (Risalah Nur).

Menurut saya, membaca buku-buku itu, meskipun mengulang apa yang sudah kita ketahui, di satu sisi, hal tersebut menunjukkan adanya hubungan, antara memahami apa yang seharusnya dibaca, setelah Al-Quran dan Sunnah, dengan apa yang seharusnya dipahami dan hubungan antara pendekatkan diri kita dengan ruh dan sosok yang ada di balik tugas mulia tersebut bersama dengan wasilah tersebut kita juga mendekatkan diri kepada Nabi Muhammad SAW dan Allah SWT. Jika memang untuk meraih hubungan tersebut harus menempuh jalan ini, namun terutama diri kita seolah-olah telah menghancurkan jembatan tersebut.

Maksudnya, jika setiap pagi kita tidak membaca buku-buku dengan rasa cinta yang mendalam, meski kita memiliki kesempatan, namun kita tidak membacanya dengan benar, kita tidak mengulas lebih dalam Risalah Nur dari beberapa sudut pandang yang berbeda, hanya disertai dengan sedikit pengkajian, jika kita tidak mencari tahu hubungan peristiwa yang terjadi dengan masa sekarang, jika kita tidak menelaah lebih dalam apa yang disampaikan dari mana dan ke arah mana arah bacaan, jika tidak demikian maka kita anggap buku-buku (Risalah Nur) itu seperti setumpuk buku usang, layaknya buku yang dijual di toko buku bekas. Dengan sudut pandang ini, kita akan terhalangi dari Risalah Nur dan keberkahan yang ada di dalamnya.

Tawajjuh itu sangat penting, seperti halnya bunga yang mengarah ke matahari demi keberlangsungan hidupnya. Demikian juga dengan kehidupan kita, bertawajjuh kepada beberapa unsur seperti sumber cahaya ini sangat penting bagi keberlangsungan hidup kita.

Meskipun topik itu sudah kita ketahui, mungkin saja kalian sudah pernah membaca 100 kali Kalimat Pertama atau Kalimat Ke-2 atau Kalimat Ke-17 membaca dari sudut pandang yang berbeda, mengulasnya dengan perasaan yang beragam, sekali lagi meninjaunya lebih dalam, meniti lebih jauh mutiara yang berada di dalamnya.

Hal itu bisa mengungkapkan hubungan kita dengannya, menjadi wasilah saling bertawajjuh yakni kedekatan yang dibalas dengan kedekatan. Kedekatan ini bisa dalam bentuk kedekatan Ilahi, dalam bentuk kedekatan Nabawi, atau kedekatan dengan Ustad. Ini merupakan salah satu sudut pandang dari permasalah di atas. Hal ini layaknya diet yang disarankan dokter, namun terkadang orang-orang tidak memperhatikan saran tersebut dengan baik namun bagaimanapun keberlangsungan hidup kita berhubungan dengan hal tersebut. Meski susah, namun kita semua harus berusaha dan melanjutkan aktivitas ini.

Salah satu dari permasalahan ini ialah nutrisi yang kita tidak ketahui rahasianya. Sedangkan masalah yang kedua adalah nutrisi yang kita ketahui rahasianya secara langsung. Dalam hal ini apakah kita bisa bertahan dengan berbagai kecerobohan dan kelalaian, dan juga beberapa hal yang dapat merubah kita ke arah yang lebih buruk. Apakah kita sudah menyiapkan hal yang diperlukan untuk menghadapi ini semua?

Seperti contoh, apakah kita sudah memiliki kehidupan tafakkur yang seharusnya? Apakah kita bisa konsisten menemukan setiap solusi dengan bertafakkur, untuk meniti jalan agar meraih kedekatan Allah SWT dari semua jenis tafakkur?

Yang mana Ustadz Nursi menyatakan bahwa hal ini merupakan salah satu dari dua jalan yang sangat penting untuk meraih keihklasan. Beliau menyebutnya optimalisasi cakrawala berpikir, saya sudah pernah membahasnya di berbagai diskusi, saya berusaha mengarahkannya ke dalam topik tersebut. Dalam setiap aktivitas tanpa harus bersikap gegabah, berusaha memusatkan setiap permasalahan untuk membahas Allah Swt menjalin perbincangan dalam lingkup-Nya, dalam setiap waktu, tapi tanpa berlebihan karena kelebihan bahkan satu kosa kata saja pun masuk kategori israf.

Dalam hal mengambil wudhu, meski sedang berada di pinggir samudera, ajaran Islam tetap mengharamkan untuk menggunakan air di luar kebutuhan seperti haramnya penggunaan air itu. Artinya bahwa penggunaan satu kata pun yang berlebih untuk sesuatu yang ingin kita sampaikan, juga tergolong israf yang dilarang.

Karena itu, ketika saya menjelaskan sesuatu kepada kalian saya harus sangat sensitif dalam penggunaan jumlah kata. Jika saya tidak menjaga prinsip dengan berlebihan dalam berbicara meski hanya dua kosa kata, bisa jadi saya akan dihisab karena hal itu.

Selain itu, untuk melawan sikap pemborosan dan ketidakpekaan menurut pengamatan saya, meski Risalah Nur telah banyak sekali mengumpulkan argumen, meskipun selalu mendorong untuk berhemat dan terus menerus menekankan hal itu. Namun di majelis-majelis Risalah Nur, masih sering terjadi pemborosan kata-kata bahkan bisa dikatakan, dibanding dengan jamaah lain suasana pemborosan kata itu terjadi lebih banyak di majelis Risalah Nur dengan tanpa kepekaan sikap, disertai tawaan, candaan, lawakan yang tidak serius, masing-masing bersikap seenaknya, tanpa disertai logika yang benar.

Telah terjadi pemborosan kata yang luar biasa banyak sedangkan para ahli hakikat sejak dulu mengatakan untuk sedikit bicara, sedikit tidur, juga bisa dikatakan sedikit minum, dan menyendiri dari manausia agar dapat menempuh perjalanan di jalan hakikat.

Sedikit makan, sedikit minum, sedikit tidur, dan sedikit bicara”

Dan mereka menjelaskan banyak bicara tergolong hal kecerobohan, dan saat ini dikenal sebagai dengan sebutan “tong kosong nyaring bunyinya”.

Sedangkan ketika kita membuka mulut kita, seperti yang diungkapkan pada Kalimat ke-17, melihat Allah, memikirkan Allah, memperbincangkan Allah, merasakan keberadaan Allah, hidup untuk Allah dan hidup dengan Allah. Hal-hal tersebut haruslah menjadi tujuan bagi kita.

Kita biasanya menyebutnya “mengalihkan pembicaraan”, namun kalian bisa menggunakan kalimat yang lebih cocok, seperti “mengembalikan topik pembicaraan pada dengan tempat yang sesuai”, atau “membawa pembicaraan pada inti topik yang seharusnya”.

Jika sebuah perbincangan tidak membahas tentang Allah, maka itu hanyalah kesia-siaan. Jika kata-kata tidak menjadikan Allah sebagai inti pembahasan, itu israf. Jika kata-kata tidak mengarahkan kepada Allah, sama artinya menipu umat manusia kata-kata itu hanyalah tipu daya belaka.

Khususnya dalam hal ini majelis-majelis kita seolah terlewat dengan begitu saja kita tidak bisa menutrisi majelis-majelis kita. Yakni hal-hal yang memiliki nilai penting tergantikan oleh hal yang sia-sia, seolah-olah hal yang sia-sia lebih diutamakan dibandingkan hal esensial lainnya.

Ucapan yang tidak memberikan makna yang berasal dari tingkah laku yang tidak serius kata-kata yang mengada-ada, kata-kata kosong, yang tidak memiliki tujuan serta kata-kata yang tak memiliki landasan. Hal ini menurut saya sangatlah penting, terutama mereka yang memiliki wewenang di majelis-majelis penting, seharusnya bisa mengambil tugas sebagai pengatur ‘lalu lintas’ ucapan.

Ketika ada kata-kata yang keluar dari jalur, atau melanggar aturan-aturan ‘lalu lintas’ mereka harus segera menegakkan hukum dengan kapasitas mereka seperti yang Necip Fazil ungkapkan segera merentangkan tangannya dan menghalau mereka, dan harus menyampaikan kepada mereka “Jalan ini adalah jalan buntu, janganlah gegabah!”.

Arahkan setiap perkataanmu menjadi perkataan yang benar dan bermanfaat yang mengantarkanmu kepada Allah SWT, menyuarakan Al-Qur’an dan Nabi Muhammad SAW. Setiap teman kita yang memiliki wewenang dalam majelis, sang pemilik akal yang luhur sedang bagi mereka yang tidak berbuat seperti itu, saya memang melihat mereka bagai orang tak memiliki keluhuran akal sang pemilik akal yang luhur pasti bisa mengatur lalu lintas kata-kata bisa mengarahkan ke tujuan utama mereka.

Ya, salah satu hal pemberian nutrisi berkaitan dengan masalah ini, untuk membangkitkan kehidupan maknawiyah di majelis-majelis kita, sebagaimana dalam kriteria yang Ustadz berikan

Keluarlah engkau dari alam materi tinggalkanlah kehidupan hewani, lalu masuklah pada kehidupan jiwa dan kalbu“.

Di situlah engkau meraih nilai detik-detik kehidupan yang mungkin setara dengan waktu bertahun-tahun. Satu ungkapan “la illaha illallah” akan membentuk pondasi hadirnya anugerah yang luar biasa, dengan ini potensi perbendaharaan akan semakin melimpah.

Yang kedua, kehidupan siang dan dakwah seseorang memiliki hubungan yang sangat erat dengan ibadah malamnya. Terlintas di benak saya, ada dua teman, setiap tahunnya kita sampaikan di sini, laksanakanlah shalat tahajjud berjamaah disini, demi meraih ridho Allah SWT. Paling sedikit, jangan sampai tidak shalat malam sebulan sekali. Jika kalian mampu satu minggu sekali untuk melaksanakan shalat tasbih dan ucapkanlah 300 kali subhanallah walhamdulillah wa la illaha illallah wallahu akbar.

Jika kita adalah hamba Allah Swt yang memiliki gelar “Rabbani”, itu yang kita harapkan jika kita memang benar-benar hidup sebagai pasukan mulia, maka dari itu kita harus berbeda dengan yang lain. Harus memiliki hubungan yang erat dengan Allah Swt, kita harus memiliki kedalaman ibadah yang mana dengan hal tersebut semoga Allah melimpahkan anugerah yang luas kepada perasaan dan pikiran kita, semoga Allah memberikan keberkahan kepada setiap kata-kata kita.

Di sisi lain semoga Allah menjadikan kita pengaruh baik bagi yang lain, ini bukan dalam artian untuk menghakimi atau menjelek-jelekan teman-teman yang lain. Namun jika misalnya saya tanya, malam ini yang tidak bangun sholat tahajjud silakan angkat tangan, beberapa dari kalian akan pasti merasa malu.

Ketika kehidupan malam seseorang tampak gelap, jika seseorang tertutup dari kehidupan barzah, ia tidak mungkin untuk menjelaskan sesuatu di alam barzah. Orang-orang yang selalu kalian sebut dalam penjelasan kalian, mereka hidup di alam barzah sedang kalian tertutup dari alam barzah. Sholat malam itu yang akan membuka pintu dengan alam barzah di Kalimat ke-9 dibahas secara mendalam, di dalam Hadits Syarif juga ada, di berbagai kajian sudah banyak sekali yang mebahas tentang masalah ini.

mengembangkan diri lilin

Bersembunyi di Balik Seribu Alasan

Saat kita mencoba untuk melakukan tugas Ilahi ini, kita seharusnya tidak bersembunyi di balik berbagai alasan. Perumpamaan berikut adalah ilustrasi yang bagus tentang ini:

Dikisahkan pada suatu hari, perang pecah antara hewan daratan (mamalia) dan burung. Kedua belah pihak berjuang untuk menang atas yang lain. Kelelawar, yang membawa karakteristik kedua belah pihak, tidak memihak.

Ketika burung meminta kelelawar untuk bergabung dengan pasukan burung, kelelawar menjawab: “Kami adalah mamalia” dan ketika hewan mamalia membuat tawaran yang sama; kelelawar menjawab bahwa mereka adalah burung.

Beberapa waktu kemudian, kedua pihak menandatangani suatu perjanjian. Kelelawar dengan cepat mengambil langkah dan memihak bangsa burung dan memberi selamat kepada mereka. Namun, burung tidak menerima kelelawar ke dalam golongannya. Ketika kelelawar mencoba bergabung dengan hewan mamalia, mereka menerima sikap yang sama, penolakan.

Kemudian, alkisah, kelelawar dicap sebagai pengkhianat oleh pihak mamalia dan pihak burung. Bangsa kelelawar tidak punya pilihan lain, selain mengasingkan diri, untuk menjadi tawanan kegelapan (gua).

Seorang mukmin seharusnya tidak mencari-cari alasan untuk berpantang dari tugas melayani. Dia harus menyalakan lilin dalam kegelapan dan berusaha mendukung kebaikan sehingga bisa mengalahkan kejahatan. Tentu saja, ini tidak boleh dilakukan dengan cara yang jahat atau pembalasan kejahatan dengan kejahatan; sebaliknya, ini harus dilakukan melalui representasi kebaikan dan menjelaskan keindahannya.

Jiwa yang mengabdikan dirinya untuk melayani kebenaran telah menerima kemungkinan untuk menanggung berbagai macam kesulitan, masalah dan kesusahan. Seseorang dengan jiwa seperti itu harus melakukan upaya luar biasa untuk memenuhi tugas yang diberikan kepadanya, terlepas dari semua kesulitan dan masalah yang mungkin muncul. Dia harus fokus pada tujuannya dan mengabaikan ribuan masalah dan beban yang mungkin dia hadapi. Selain itu, saat dia melakukan tugasnya, dia harus sangat berhati-hati agar tidak bersembunyi di balik banyak alasan.

Dunia ini adalah tempat ibadah dan pelayanan. Hidup adalah sebuah episode dari alur waktu di mana buah-buah dari keabadian sedang ditanam. Melayani (Hizmet) dapat diartikan sebagai menyebarkan Nama Tuhan Yang Maha Esa kepada seluruh umat manusia, wajar jika misi ini akan selalu menghadapi kesulitan seperti yang telah berkali-kali terjadi di masa lalu. Bagian kita dalam jalan melayani Ilahi ini adalah bekerja tanpa henti, tanpa menunjukkan keengganan dan kelelahan.