Bi’ru Ma’unah dan Para Sahabat yang Mati Syahid
Tahun Kenabian : 17
Tahun Hijriah : 4
Bulan : Safar
Hari : –
Hari dalam Minggu : –
Di bulan Safar tahun keempat Hijriah datang seorang pemuka kabilah Banu Amir bin Sa’sa yang bernama Abu Barra’ Amir bin Malik ke kota Madinah. Rasulullah SAW menjelaskan tentang Islam dan mengajaknya untuk menjadi seorang muslim. Namun Ia tidak menyambutnya, namun juga tidak menunjukkan penolakan terhadap ajakan tersebut. Ia tampak bimbang dan ragu. Mungkin Ia membutuhkan wakt. Walaupun Ia tidak mengatakan “Aku menerima” namun Ia menginginkan agar orang-orang terdekatnya bertemu dengan agama yang di bawa Rasulullah SAW ini. Oleh karenanya Ia mengatakan :
“Wahai Rasulullah, jika seandainya engkau mengutus sahabat-sahabatmu kepada penduduk Najd untuk menjelaskan Islam, Aku merasa mereka akan menyambut ajakan ini.”
Rasulullah SAW berkata : “Aku khawatir penduduk Najd akan berlaku buruk terhadap mereka”. Lalu Amir bin Malik menjawab :
“Aku yang akan menjamin (keamanan) mereka. Kirimlah mereka untuk mengajak kepada Islam.”[1]
Sikap umum yang di ambil Rasulullah SAW adalah memanfaatkan segala kesempatan dan mengetengahkan segala usaha untuk menjelaskan sesuatu (Islam) kepada seluruh manusia. Disamping itu hingga hari ini kabar yang datang ke madinah dari daerah tersebut menjelaskan tentang masalah dari segi keamanan yang di hadapi oleh muslim-muslim yang menetap disana. Bahkan kabilah-kabilah seperti Ri’l, Zakwan, Usayyah dah Lihyan mengirimkan kabar dan tentang masalah keamanan ini mereka meminta bantuan dari Rasulullah SAW.[2]
Setelah itu Rasulullah SAW memilih 70 orang sahabat agar berangkat ke penduduk Najd untuk menjelaskan Islam didaerah tersebut. [3] juga dititipkan surat untuk diberikan kepada para pembesar kaum ditempat-tempat yang mereka singgahi. Selanjutnya Munzir bin Amr r.a di ta’yin sebagai pemimpinnya.[4] Semua yang dipilih adalah para sahabat yang sangat bagus pemahamannya terhadap Firman Allah dan Hadis Rasulullah SAW. Mereka adalah para Qari dari Ashabus Suffah.[5]
Setelah melakukan perjalanan mereka tiba di sebuah tempat untuk istirahat, tempat tersebut bernama Bi’r Ma’unah. [6] Amr bin Umayyah r.a dan Munzir bin Amr r.a memperistirahatkan unta mereka dan membiarkannya untuk mencari makan.[7] Saat itu juga mereka ingin mengirim surat-surat yang diberikan Rasullah SAW kepada orang-orang yang di tuju. Kemudian Haram bin Milhan r.a dengan dua orang sahabat bersedia untuk mengirim surat tersebut.
Pertama sekali mereka memberikan kepada Amir bin Malik dan Ia pun membaca suratnya. Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan kepada keponakannya yang bernama Amir bin Tufail. Ketika mendekati kediaman Amir, Haram r.a mengatakan kepada dua orang sahabat yang bersamanya :
“Kalian tetaplah berada disini sampai Aku berada disisi mereka! Jika mereka memberikan keamanan kepadaku maka kalian akan mengetahuinya; akan tetapi jika mereka membunuhku, maka segeralah pergi dan kabari kepada para sahabat-sahabat yang lain.”
Kemudian Ia berjalan sendiri. Setelah tiba di hadapan Amir bin Tufail Ia memberikan surat Rasulullah SAW dan mengajak mereka masuk islam. Amir yang menerima surat dari Rasulullah SAW, tanpa membaca surat tersebut Ia langsung memberikan perintah untuk membunuh Haram. Setelah itu Jabbar bin Sulma mengambil tombak dan menusukkannya dari belakang. Utusan Rasulullah SAW tersebut bersimbah darah, tombak yang menusuk dari belakangnya menembus dadanya. Haram megusap wajahnya dengan tangan yang penuh darah, dan diwaktu itu juga ketika sedang menangani ujung tombak yang ada di dadanya, dengan hati yang senang Ia mengucapkan kata-kata yang mengambil perhatian orang-orang yang ada di sekitarnya :
“Allahu Akbar! Aku bersumpah kepada Rabbnya Ka’bah bahwa Aku telah selamat!” [8]
Haram bin Malik r.a syahid dengan seketika. Namun kebencian Amir bin Tufail tidak bisa di tenangkan dengan mudah. Ia memerintahkan kepada kabilahnya (Banu Amir) untuk menuju kepada para sahabat yang lain. Akan tetapi Banu Amir tidak menuruti permintaan tersebut karena janjinya Amir bin Malik kepada Rasulullah SAW.
Oleh Karena itu Amir bin Tufail meminta bantuan kepada kabilah Usayyah, Ri’l, Kare dan Zakwan untuk menyerang utusan Rasulullah SAW. Mereka menerima ajakan tersebut dan mengepung para sahabat.
Sahabat-sahabat yang melihat mereka mengatakan :
“Wallahi Kami tidak memiliki urusan dengan kalian! Kami hanya berangkat untuk melaksanakan tugas yang di berikan Rasulullah SAW. Kami adalah utusan Rasulullah SAW.”
Akan tetapi mereka adalah para bandit yang telah merah matanya dan tidak mau mendengarkan apapun lagi sehingga dengan segala rasa kebencian itu juga mereka menyerang para sahabat Rasulullah SAW. Di tempat yang tidak ada keseimbangan kekuatan ini para sahabat yang dipilih khusus untuk menyampaikan pesan Allah SWT dan Rasulullah SAW, pesan yang memberikan kehidupan. Ya, walaupun mereka ingin melakukan pertahanan namun hingga akhirnya semuanya di hunus pedang dan mati syahid kecuali Amr bin Umayyah r.a.[9]
Para Syahid Bi’ru Ma’unah
Berikut adalah beberapa nama para sahabat dari 69 sahabat “Qurra” pilihan Rasulullah SAW dari Ashabus Suffah yang dikirim untuk menyampaikan pesan-pesan universal islam ke kabilah Najd dan di jebak di Bi’ru Ma’unah hingga mati syahid :
Munzir bin Amr al-Ansari r.a,
Aus bin Muaz bin Aus al-Ansari r.a,
Hakam bin Kaysan al-Mahzumi r.a,
Haris bin Simmah al-Ansari r.a,
Sahl bin Amir al-Ansari r.a,
Pamannya Sahl bin Amr r.a,
Haram bin Milhan r.a,
Saudaranya Sulaim bin Milhan r.a,
Urwah bin Asma’ bin Salt as-Sulami r.a,
Nafi’/Rafi’ bin Budail bin Warqa’ al-Huzai r.a,
Amir bin Fuhairah r.a,
Qutbah/Dahhak bin Abdu Amr bin Mas’ud r.a,
Malik bin Sabit al-Ansari r.a,
Saudaranya Sufyan bin Tsabit al-Ansari r.a,
Mas’ud bin Sa’ad bin Qais r.a,
Muaz bin Mais/Nais r.a,
Munzir bin Muhammad r.a,
Abu Syaikh/Ubay bin Tsabit r.a,
Abu Ubaidah bin Amr r.a,
Abu Amr bin Ka’ab bin Mas’ud r.a,
Ubay bin Muaz bin Anas r.a,
Saudaranya Anas bin Muaz bin Anas r.a,
Basyir al-Ansari r.a,
Tsabit bin Khalid r.a,
Khalid bin Tsabit r.a,
Khalid bin Ka’ab bin Amr r.a,
Ri’ab bin Hunaif bin Ri’ab r.a,
Sa’ad bin Amr bin Saqf r.a,
Anaknya Tufail r.a,
Sufyan bin Khatib bin Umayyah r.a,
Suhail bin Amir bin Sa’ad al-Ansari r.a,
Aiz bin Mais bin Qais r.a,
Ubadah bin Amr r.a,
Abdullah bin Qais bin Sirmah r.a,
Atiyyah bin Amr al-Ansari r.a,
Al-Muttalib as-Sulami r.a,
Mas’ud bin Khalid r.a
[1] Ibnu Hisyam, Sirah 2/117; Tabari, Tarikh 3/85, 86; Wakidi, Maghazi 261; Tabrani, Kabir 20/356 (841)
[2] Ibnu Hanbal, Musnad 19/119 (12064)
[3] Bukhari, Maghazi 28; Muslim, Masajid 54; Ibnu Hanbal, Musnad 19/119, 141 (12064, 12088); Baihaqi, Kubra 9/377 (18822); Waqidi, Maghazi 261; Tabari, Tarikh 2/86. Ada yang mengatakan 40. Lihat. Ibnu Hisyam, Sirah 2/117; Tabrani, Kabir 20/357(841)
[4] karena Munzir r.a adalah seseorang yang terbakar dengan keinginan untuk mati syahid, maka hari itu untuknya di sebut Mu’iqu li Yamuta, yang artinya orang yang menyerahkan dirinya untuk mati. Lihat Ibnu Hisyam, Sirah 2/117; Tabrani, Kabir 20/357 (841); Ibnu Hajar, Isabah 6/217 (8230)
[5] Bukhari, Maghazi 28; Muslim, Masajid 54; Ibnu Hanbal, Musnad 19/119, 141 (12064, 12087); Waqidi, Maghazi 261.
[6] Ibnu Hisyam, Sirah 2/117; Waqidi, Maghazi 262.
[7] Waqidi, Maghazi 262
[8] Bukhari, Maghazi 28; Ibnu Hanbal, Musnad 20/420 (13195); Nasa’I, Kubra 7/367 (8239), 9/377 (18823); Tabrani, Kabir 20/357 (841); Ibnu Hisyam, Sirah 2/117; Waqidi, Maghazi 262; Tabari, Tarikh 3/86. Haram bin Milhan, merupakan saudara dari (Ibunda Kita) Ummu Sulaim. Lihat, Baihaqi, Sunan 9/225; Ibnu Abdilbarr, Isti’ab, 1/337.
[9] Bukhari, Maghazi 28; Ibnu Hanbal, Musnad 19/119 (12064); Tabrani, Kabir 6/125 (5724), 20/357 (841); Baihaqi, Kubra 2/284 (3096); Ibnu Hisyam, Sirah 2/117; Waqidi, Maghazi 262; Tabari, Tarikh 3/86.