sandis-helvigs-509166-unsplash

Dinamika Batin : Taat dan Setia

Ketaatan dan Kesetiaan

Mereka yang menjaga hubungan persahabatan dengan seseorang yang sedang terpuruk, kesusahan adalah sahabat yang sesungguhnya. Mereka yang tidak mendukung temannya saat sedang tidak beruntung tidak pantas disebut sebagai sahabat.1

Apa yang dapat Kita pahami dari Ketaatan dan Kesetiaan?

Ketaatan (loyalitas) merupakan salah satu dinamika batin yang mendasar dari manusia. Ketaatan berarti menepati janji, berkeinginan kuat melaksanakan nya, dan menunjuk kan rasa hormat serta menghargai nya sebagai bentuk syukur untuk rahmat dan nikmat Tuhan.

Dinamika mendasar lainnya adalah kesetiaan, yang berarti berkata benar, jujur dan dapat dipercaya saat memberikan janji. Kesetiaan juga berarti memiliki harapan besar untuk saudara dan saudari nya, yang saling mendampingi di jalan Allahﷻ. Lebih dalam lagi, saling setia berarti saling melengkapi dalam tugas, menjaga janji, membina kepercayaan, dan saling membantu menyelesaikan tugas yang belum terlaksana.

Rasa taat (loyal) dan setia merupakan perasaan yang begitu kuat, sehingga membuat seseorang menjadi terhormat di pengawasan Allahﷻ dan juga di mata manusia. Ini menjadi tugas penting untuk setiap orang beriman, agar mereka menjadi loyal dan setia kepada tujuan dan nilai luhur mereka, sehingga dapat di percaya oleh mereka yang memberikan kesempatan untuk nya hidup dalam nilai-nilai luhur tersebut.

Ketaatan dan kesetiaan memberikan rasa percaya bahwa pasti ada suatu level kebaikan dalam setiap kalbu manusia, yang kemudian ini menjadi landasan setiap sikap dan prilaku kita. Ada banyak generasi yang mengharapkan petunjuk dari manusia-manusia yang jujur dan dapat dipercaya. Tidak menjawab panggilan mereka dan meninggalkannya bukanlah ciri-ciri manusia yang taat, bukan ciri-ciri manusia yang loyal dan setia.

Kisah: Ketaatan Sejati hanya ditujukan kepada Tuhan.

Shams At-Tabrizi pernah berbincang dengan teman-temannya yang diketahui sedang mencari rida Allahﷻ. Beliau membicarakan tentang hal-hal yang tidak umum, setelah beberapa saat beliau berkata, “Jika seseorang menunjuk kan ketaatan kepada kita di jalan Allahﷻ, sekali dan kemudian menunjuk kan sikap jahat kepada kita seribu kali setelahnya, kita menghargai sikap taat nya yang sekali tersebut, dan memaafkan sikap jahatnya. Karena ketaatan sejati, yang mana ditujukan untuk Tuhan, tidak ter nilai. Mereka yang paham tentang ketaatan sejati, maka akan menafikan kejahatan”.

Tuhan adalah sahabat yang paling setia. Satu ketaatan dalam meraih rida-Nya, melampaui ribuan sifat jahat. Karena ketaatan sejati adalah ketaatan dalam meraih rida-Nya, dan rida Allahﷻ di atas segalanya, tidak mungkin dapat di ukur.

Jika Shams menuntun kepada jalan seperti itu, bahwa satu sikap setia melampaui ribuan sikap jahat, kita tidak akan mampu membayangkan bagaimana Tuhan akan memberi ganjaran kepada sikap setia meraih rida-Nya. Kita tidak akan mampu membayangkan bagaimana Tuhan akan mengampuni dosa-dosa kita yang begitu banyaknya. Selama seseorang pernah menunjukkan kesetiaan sejati dengan ketulusan yang sempurna, sekali dalam hidupnya, itu menjadi kesuksesan yang besar: “Satu momen kehidupan yang ter pancar karena hubungan dengan Tuhan lebih mulia daripada jutaan tahun kehidupan tanpa cahaya tersebut.”2 Dengan kata lain, satu sinar cahaya akan selalu lebih disukai daripada ribuan jam kegelapan, karena hasil dari secercah cahaya akan sangat signifikan.

Diterjemahkan dari buku Inner Dynamic of the People of Hizmet, Fatih Degirmenli.

Tulisan lain tentang ketaatan dapat dibaca pada artikel Tentang Kesetiaan dan Ketaatan

  1.  Gulen, M. Fethullah, Pearls of Wisdom, New Jersey: Tughra Books, 2012, p.81
  2. Nursi, Said, The Letters, New Jersey: The Light, 2007, p. 310
denis-agati-QmIZnMoe5FI-unsplash

Tentang Kesetiaan dan Ketaatan

Apa itu kesetiaan dan ketaatan?

Sebagai seorang Muslim yang ideal, kesetiaan sangat berkaitan dengan menaati janji-janji, memberikan segala kemampuan kita dengan baik dan benar, serta menunjukkan rasa hormat kita pada agama guna memperoleh rahmatNya. Sedangkan ketaatan berkaitan dengan bagaimana menjadi pribadi yang benar dalam segala aspek, termasuk jujur dan bisa dipercaya.

Menjaga kesetiaan dan ketaatan termasuk salah satu cara bagi kita sebagai umat Muslim untuk mendapatkan nilai luhur di mata Allah SWT. Menjadi seorang yang setia dan taat merupakan sebuah tugas mulia bagi Muslim yang ideal. Setiap individu Muslim masing-masing mempunyai level dan kemampuan untuk setia dan taat. Dengan itu, generasi mendatang membutuhkan bimbingan dari Muslim dengan level kesetiaan dan ketaatan yang tinggi.

Siapa saja yang disebut teman sejati?

Setiap manusia mempunyai tiga teman yang penting bagi dirinya. Dari ketiga teman tersebut, salah satunya merupakan teman sejati, sedangkan dua di antaranya merupakan teman yang fana. Ketiga teman manusia itu ialah harta, keluarga, dan amal baiknya.

Setelah kematian datang, salah satu teman manusia yang bernama harta tidak akan ikut mengantarkannya ke liang lahat. Semua akan ditinggalkan tanpa peduli lagi dengan apa yang akan terjadi pada pemiliknya. Sedangkan salah satu temannya lagi yang bernama keluarga, akan menemaninya hanya sampai ke liang lahat, lalu meninggalkannya. Mungkin saja mereka sedih, ataupun menangis, tetapi kesetiaan itu tidak dapat ditunjukkan hanya dengan itu. Teman yang benar-benar setia ialah amal baik manusia itu. Amal baik akan menemani manusia itu selama ia dalam kubur. Bahkan, ketika amal buruk menyiksanya di dalam kubur, amal baiklah yang akan membantunya menghadapi siksaan tersebut.

Untuk apa, siapa, dan bagaimana kita setia dan taat?

Berikut ialah rangkuman untuk apa dan siapa kita harus setia dan taat, serta bagaimana melakukannya.

  1. Setia dan taat kepada Allah SWT.
    Menjadi setia dan taat kepada Allah hanya dapat ditempuh dengan cara menjadi hamba yang sesempurna-sempurnanya. Yaitu hamba yang berpegang teguh pada Alquran sebagai firman Allah serta hadist Nabi SAW.
  1. Setia dan taat kepada Nabi dan Rasul Allah.
    Menjadi setia dan taat pada Nabi dan Rasul dapat ditempuh melalui perbuatan taat dengan apa saja yang mereka sampaikan berupa wahyu Allah.
  1. Setia dan taat kepada Alquran.
    Membaca, mengamalkan, serta meyakini bahwa kitab suci inilah yang menjadi penuntun hidup kita merupakan cara yang tepat untuk menunjukkan sifat taat kita. Ketiga aspek itu harus dijalankan secara berbarengan, guna terserapnya segala bentuk wahyu yang ada di dalamnya.
  1. Setia dan taat kepada agama.
    Karena Islam merupakan rahmat atau hadiah terbesar dari Allah untuk umat manusia, maka dengan taat kepada Islam akan menuntun kita kepada rahmat-rahmatNya yang lain.
  1. Setia dan taat kepada ulama.
    Kesetiaan dan ketaatan kita kepada para ulama dapat kita tunjukkan melalui penghormatan pada nama-namanya, serta mengambil pelbagai pelajaran yang disebarkan.
  1. Setia dan taat kepada orang tua.
    Orang tua yang menuntun kita kepada iman juga merupakan salah satu yang perlu kita taati. Dengan usaha mereka, kita dapat mengenal bahkan mempraktekkan tuntunan Islam dalam kehidupan sehari-hari.
pretty-drugthings-olWIRB8Mngk-unsplash

Sebuah Nafas – Obat Kesetiaan & Racun Statisitas

Sebuah Nafas – Obat Kesetiaan & Racun Statisitas


 Kita memiliki kewajiban untuk mencari kebersihan hati dalam setiap peristiwa yang terjadi pada diri kita. Membiarkan diri kepada tepian khayalan, pandangan yang buruk, kata-kata yang buruk, mendengar bahasan yang tidak baik, menyimak gibah, dengan berkata: “Bisa jadi,” memberi isyarat setuju akan sebuah fitnah, hal yang demikian adalah undangan  bagi datangnya bala dan musibah. Satu undangan sudah cukup untuk memanggil ribuan bala dan musibah sekaligus. Oleh sebab itu Rasulullah SAW dalam sehari beristigfar sebanyak 70-100 kali. Istigfar yang beliau baca seakan menjadi benteng serta penolak bala dan musibah.

رَبَّنَا لاَ تُعَذِّبْنَا بِذُنُوبِنَا

Yaa Allah, jangan Engkau tinggalkan kami ditimpa musibah karena dosa-dosa kami! Ampunilah kami Yaa Ghaffar! Tutupilah aib kami, Yaa Sattar! Ampunilah kami, Yaa Afuw…!

Sidik (al-shidq)  adalah kata yang digunakan oleh orang Mukmin. Seorang mukmin harus hidup dan berzikir dengan kalimat tersebut. Kalbu yang berpotensi untuk layu, pudar, dan mudah roboh harus dikokohkan dengan kesetiaan. Seorang manusia setelah beriman, keterjagaan imannya bergantung pada aksi dan amal yang dia lakukan. Lewat ikhlas beramal demi meraih ridaNya, maka iman manusia akan tetap segar dan hidup. Jika manusia statis dalam beramal, ia tak bisa menghindari kondisi seperti daun yang berguguran ditiup angin. Misalnya sekarang,  kita sedang dilempar ke dalam sumur, seperti Nabi Yusuf as. Atau kita sedang ditelan ikan besar, seperti Nabi Yunus bin Matta as. Apa yang bisa dilakukan dalam kondisi tersebut? Yang bisa dilakukan adalah tetap beramal…tetap beramal…

Iman jika tidak dinutrisi oleh aksi akan pudar dan layu, seperti halnya daun yang berguguran. Daun yang gugur bagi bunga yang bermekaran adalah kotoran di sekitar tanah. Jika Anda menggunakan segala usaha yang mampu Anda lakukan, maka itu adalah undangan bagi hadirnya rahasia ahadiyah di dalam nur tauhid. Teruslah berjalan… teruslah berjalan… teruslah berjalan… Teruslah berjalan agar tidak terseret di pinggiran jalan.