patrick-tomasso-fBpGf_W9hS4-unsplash

Apa yang Harus Diperhatikan Saat Melayani Bangsa dan Agama?

Apa yang harus dimiliki oleh seorang mukmin yang bertanggung jawab, yang jantungnya berdebar-debar dengan niat mulia untuk melayani agama dan bangsa miliknya? Mari kita coba temukan jawaban untuk pertanyaan ini.

Pertama-tama, kita perlu mempelajari agama kita dengan benar. Untuk melakukan ini, kita perlu mempelajari esensi agama dengan belajar dari sumber-sumber yang otentik. Pengetahuan yang dipelajari harus tercermin dalam kehidupan kita. Utamanya, seseorang yang bertanggung jawab harus mempelajari agamanya dalam kerangka keyakinan orang-orang Sunni (Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah) dan mengamalkan apa yang sudah didapatnya.

Penting juga untuk memelihara kesabaran. Seperti halnya dengan, panutan kita dalam menyampaikan kebenaran ke orang lain, Nabi Muhammad, SAW., ketika kita membaca kehidupannya yang bercahaya, kita melihat bahwa beliau memiliki kesabaran yang sangat tinggi.

Sebagaimana yang kita pahami, masalah dan kesulitan besar datang kepada para nabi yang merupakan hamba Allah yang paling terkasih, namun, mereka menunjukkan kesabaran yang luar biasa. Tidak diragukan lagi, pasti akan ada berbagai macam rintangan di jalan orang-orang beriman yang ingin mengabdi pada agama dan bangsanya. Mereka perlu mengatasi rintangan ini dengan kesabaran yang besar, seperti kesabaran yang kita amati dalam kehidupan Nabi yang mulia.

Utusan Allah mengalami segala jenis penghinaan, saat duri-duri dipasang di jalan yang akan dilaluinya dan cairan menjijikan dituangkan di atas kepalanya ketika beliau khusyuk memanjatkan doa. Namun, terlepas dari semua itu, beliau menunjukkan dedikasinya yang luar biasa, tetap mengetuk, berkunjung ke setiap rumah dan tenda di setiap jalanan di Mekah demi membimbing orang ke jalan yang benar.

Salah satu landasan terpenting dalam dakwah Nabi kita adalah toleransi dan kelembutan. Al-Qur’an menggambarkan pendekatan lembut Nabi kami kepada orang-orang dengan ayat berikut:

Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal. (Q.S. Ali Imran 3:159)

Kebajikan adalah kunci terang yang digunakan oleh Nabi kita untuk membuka hati yang ternoda. Dengan kunci ini beliau telah membuka banyak hati. Oleh karena itu, kita juga harus membekali diri dengan prinsip-prinsip berikut ini: “Bersikaplah toleran sehingga hatimu menjadi luas seperti samudra. Terinspirasi oleh iman dan cinta untuk orang lain. Tawarkan bantuan kepada mereka yang kesusahan, dan berikan perhatian ke semua orang. Puji yang baik untuk kebaikan mereka, hargai mereka yang memiliki hati yang teguh, dan bersikap baik kepada orang beriman. Dekati orang-orang kafir dengan sangat lembut terhadap rasa iri dan benci mereka. Membalas kejahatan dengan kebaikan, dan mengabaikan perlakuan tidak sopan. Karakter seseorang tercermin dalam perilakunya. Pilih sikap toleransi, dan murah hati kepada yang tidak sopan. Ciri paling khas dari jiwa yang imannya kuat adalah mencintai semua jenis cinta yang diungkapkan dalam perbuatan, dan memusuhi semua jenis permusuhan di mana kebencian diumbar. Membenci segala sesuatu adalah tanda kegilaan atau tergila-gila pada Setan. “*

Hal lain yang paling penting: Kita mengamati bahwa dalam menjelaskan Islam, Nabi yang mulia lebih memilih menggunakan metode selangkah demi selangkah. Jika Kita menempatkan beban seberat lima puluh kilogram pada seseorang yang kemampuannya dibatasi hingga dua puluh kilogram, Kita kemungkinan besar akan menyebabkan orang tersebut cedera. Rasulullah memperlakukan orang sesuai dengan tingkat dan kemampuan mereka, menjelaskan realitas agama tidak sekaligus tetapi dalam dosis yang disesuaikan dengan cinta dan perhatian, maka inilah cara beliau memungkinkan iman dan kebaikan masuk ke dalam hati mereka.

Kita juga harus menggarisbawahi hal berikut: Seorang mukmin harus berusaha sebisa mungkin, menyerahkan hasil pekerjaannya kepada Allah. Dalam merasakan keberhasilan, seseorang seharusnya tidak pernah merasa bangga dan sombong. Sebaliknya, seseorang harus selalu memiliki pemikiran bahwa Allahlah yang memberikan segalanya dan tidak ada yang dapat dicapai tanpa pertolongan-Nya.

Pada akhirnya, seseorang harus selalu menjaga semangat pelayanannya; di samping Sholat Harian, harus ada Tahajud, Nafilah, Awwabin, Tasbihat dan juga Jawshan. Hal-hal tersebut tidak boleh diabaikan. Kehidupan sehari-hari mukmin harus dibangun di atas ketaqwaan dan zuhud.

*Gulen, M. Fatullah, Pearls of Wisdom, New Jersey: Tughra Books, 2012, hal. 103-104.

nathan-dumlao-LPRrEJU2GbQ-unsplash

Beribadah Tanpa Henti

Sekarang ketika membuat jadwal dalam hidup Anda, Anda harus berkata, hari-hari saya akan terisi oleh al-Qur’an sebanyak ini dan saya harus membaca buku sejumlah ini. Saya harus berdoa dan berzikir, jika seseorang tidak berdoa dan berzikir, maka orang ini berarti tidak patuh pada Allah. Dan karenanya orang ini akan berkata: “Saya tidak memperoleh berkah dalam hidup saya.” “Saya senantiasa terjebak dalam kesalahan”.

Karena itulah seseorang harus berpaling total kepada Allah swt dengan tanpa cacat dalam penghambaannya. “Oh baiklah, saya sudah menyelesaikan tugas-tugas, sekarang saat saya menyisihkan waktu 5 jam setiap hari untuk Allah”. “Berapa lama saya habiskan untuk menyelesaikan tugas-tugas harian (kerja, belajar dll.)?” “Saya menghabiskan 15 jam untuk tugas-tugas saya, saya menyisihkan 5 jam di sini (untuk Allah), kemudian sisa 10 jam bagi saya”. “Tugas utama saya adalah berhubungan dengan Tuhan saya, katakanlah, mulai saat fajar, saat tahajjud, jika saya mulai dengan tahajjud…” Kemudian saya tidak harus mengorbankan waktu lain di samping waktu bagi Allah untuk kegiatan yang lain. Saya tidak harus mengorbankannya demi kelelahan hari kemarin, pun tidak juga untuk tugas-tugas di hari mendatang. Saat ini adalah hak Allah atas diri Anda dan haruslah ditunaikan dan anda tidak bisa melewatkan hak tersebut. Karena jika benar Anda melewatkannya, maka Allah akan mengambil kembali hak tersebut dari Anda. Bahkan kamu tidak sadar hak-hak tersebut telah lenyap dari rangkulan Anda.

Selanjutnya Anda akan mengisinya dengan salat subuh sebelum matahari terbit. ketika matahari melewati puncaknya, waktu untuk salat zuhur dimulai. Itulah hak Allah atas diri Anda, Anda tidak bisa merubah atau menggantikannya. Jika Anda bersungguh-sungguh melaksanakan salat dengan penuh kesadaran Anda mestilah membaca setiap kata (bacaan salat) dengan penuh perhatian. Ustadz (Said Nursi) mengatakan pada mereka yang tidak salat sama sekali, bahwa, seorang pemula hanya butuh waktu satu jam untuk salatnya, termasuk wudhu. Anda harus mengatur waktu untuk salat zuhur, karenanya Anda harus berkata, saya luangkan waktu ini untuk zuhur. Anda minimalnya harus menyisihkannya sebanyak waktu yang Anda sisihkan untuk makan.

Tibalah waktu Ashar, Anda harus menyisakan beberapa saat untuknya. Maghrib pun tiba, Anda pun harus menyisakan beberapa saat untuknya. Anda akan mengalokasikan (waktu) bagi hak Allah, dan mempergunakan selebihnya untuk kegiatan dunia sehari-hari Anda. Ketika Anda menjadwalkan waktu Anda seperti ini layaknya sebuah kalender, yang dinamakan kerangka “waktu mati” untuk kegiatan sehari-hari Anda dan pecahan-pecahannya juga akan punya nilainya dan berharga. Hal-hal yang remeh di antara dua kerangka waktu tersebut juga akan bernilai. Jika seorang beriman, yang mengatakan bahwa dia percaya Allah, mendayagunakan waktunya seperti ini kepercayaannya akan menjadi fitrah yang kedua bagi dia, kalau tidak, setiap orang harus tahu bahwa seorang Muslim melalui kehidupan budaya religius tidak bisa sembarangan menghabiskan waktu mereka dan berharap mencapai ini.

Mereka bisa jadi tidak pernah mendengar Allah, mengetahui keberadaan-Nya merasakan kehadiran-Nya atau hidup dengan cinta kasih-Nya dan takut kepada-Nya. Anda tidak melihat atau merasakan kepercayaan Islam yang sebenarnya dan nilai-nilai dalam karakter dan aktivitas sehari-hari mereka. Mereka tidak bedanya dengan patung-patung selain fakta bahwa mereka hidup. Makan, minum, duduk dan berdiri, semua hal yang menjadi kebiasaan sehari-hari kita dan menjadi bagian dari fitrah kita. Jadi bagaimana jika Anda tidak sarapan? Tapi sebagai manusia kita melakukan sarapan. Faktanya, apa yang terjadi jika Anda tidak minum teh dan bahkan meminum air? Kita minum teh karena itu menjadi bagian dari sifat alamiah kita. Jika salat dan berdoa telah menjadi bagian dari sifat alamiah kita. Dan suatu hari datang ketika Anda tidak membaca Jausyan, Maka hari itu menjadi tidak nyaman karena kekurangan ini. Jika Anda merasa nyaman-nyaman saja, maka itu (berdoa) belumlah menjadi bagian sifat alamiah Anda. Syaitan akan mengganggu dia dengan menghilangkan perasaan menyesal karena tidak melakukan kegiatan-kegiatan spiritual. Menghubungkan diri dengan Allah dan beribadah haruslah menjadi bagian dari sifat alamiah manusia. Dan menjangkau ketinggian yang tidak bisa dijangkau (diganggu) oleh hal apapun. Yang seandainya iman itu adalah kunci misteri bagi kebahagiaan abadi seseorang. Maka harganya haruslah ini (pengorbanan dan bersungguh-sungguh dalam beribadah).

markus-winkler-_nvKjg0aliA-unsplash

Pendaftaran Relawan Kepenulisan 2021

 

Apadaya, bila seluruh pohon menjadi pena, samudra menjadi tintanya, tulisan ilmu darinya hanya laksana setetes air di samudra ilmu-Mu, ya Rabb. Namun, harap kami tetap hanya Ridha-Mu dalam setiap huruf di jalan ini.

Mengembangkandiri.com membuka pendaftaran untuk menjadi Relawan Kepenulisan (RK). Dengan periode selama 6 bulan dengan beban tugas cukup 5-8 jam/minggu. Besar harapan, bersama dengan RK, mengembangkandiri.com dapat terus mengembangkan diri nya.

Relawan berhak mengambil pengalaman dalam dunia kepenulisan, pemahaman dalam penerjemahan karya tulis, dan kesempatan mengembangkan karir bersama mengembangkandiri.com dan mitra.
RK dapat menjadi bagian dalam salah satu dari 3 tim utama mengembangkandiri.com,

1. Tim Editor
Beberapa tantangan di tim editor adalah menerjemahkan artikel dari bahasa Inggris atau Turki ke bahasa indonesia. Melakukan proofreading artikel yang sudah diterjemahkan juga merupakan hal terpenting dalam menjaga kualitas artikel, Eksekusi terakhir, yaitu upload post ke website beserta memperhatikan kerapian format juga menjadi tanggung jawab Tim Editor.

2. Tim Sosmed Marketer
Seiring dengan pesatnya perkembangan dunia digital, sosial media memiliki peranan penting dalam perkembangan mengembangkandiri.com. Tim sosmed marketer menjadi tumpuhan dalam pembuatan konten, manajemen sosial media, serta analisis secara periodik terhadapnya, yang dapat menjadi landasan arah gerak di masa depan.

3. Tim Business Development
Tak dapat dipungkiri, selalu diperlukan divisi dalam organisasi yang dapat melihat dengan sudut pandang menyeluruh. Benchmarking, evaluasi, inisiasi ide, dan menjaga pace keberjalanan mengembangkandiri.com adalah tugas utama tim business development.

BUKA PENDAFTARAN: 24 Mei – 7 Juni 2021

Silakan mengisikan formulir berikut untuk menjadi Relawan Kepenulisan mengembangkandiri.com:

[forminator_form id=”2245″]

Mari berkontribusi, menyisihkan waktu, menjadi bermanfaat, menebar berkah, bersama tim redaksi mengembangkandiri.com.

denis-agati-QmIZnMoe5FI-unsplash

Tentang Kesetiaan dan Ketaatan

Apa itu kesetiaan dan ketaatan?

Sebagai seorang Muslim yang ideal, kesetiaan sangat berkaitan dengan menaati janji-janji, memberikan segala kemampuan kita dengan baik dan benar, serta menunjukkan rasa hormat kita pada agama guna memperoleh rahmatNya. Sedangkan ketaatan berkaitan dengan bagaimana menjadi pribadi yang benar dalam segala aspek, termasuk jujur dan bisa dipercaya.

Menjaga kesetiaan dan ketaatan termasuk salah satu cara bagi kita sebagai umat Muslim untuk mendapatkan nilai luhur di mata Allah SWT. Menjadi seorang yang setia dan taat merupakan sebuah tugas mulia bagi Muslim yang ideal. Setiap individu Muslim masing-masing mempunyai level dan kemampuan untuk setia dan taat. Dengan itu, generasi mendatang membutuhkan bimbingan dari Muslim dengan level kesetiaan dan ketaatan yang tinggi.

Siapa saja yang disebut teman sejati?

Setiap manusia mempunyai tiga teman yang penting bagi dirinya. Dari ketiga teman tersebut, salah satunya merupakan teman sejati, sedangkan dua di antaranya merupakan teman yang fana. Ketiga teman manusia itu ialah harta, keluarga, dan amal baiknya.

Setelah kematian datang, salah satu teman manusia yang bernama harta tidak akan ikut mengantarkannya ke liang lahat. Semua akan ditinggalkan tanpa peduli lagi dengan apa yang akan terjadi pada pemiliknya. Sedangkan salah satu temannya lagi yang bernama keluarga, akan menemaninya hanya sampai ke liang lahat, lalu meninggalkannya. Mungkin saja mereka sedih, ataupun menangis, tetapi kesetiaan itu tidak dapat ditunjukkan hanya dengan itu. Teman yang benar-benar setia ialah amal baik manusia itu. Amal baik akan menemani manusia itu selama ia dalam kubur. Bahkan, ketika amal buruk menyiksanya di dalam kubur, amal baiklah yang akan membantunya menghadapi siksaan tersebut.

Untuk apa, siapa, dan bagaimana kita setia dan taat?

Berikut ialah rangkuman untuk apa dan siapa kita harus setia dan taat, serta bagaimana melakukannya.

  1. Setia dan taat kepada Allah SWT.
    Menjadi setia dan taat kepada Allah hanya dapat ditempuh dengan cara menjadi hamba yang sesempurna-sempurnanya. Yaitu hamba yang berpegang teguh pada Alquran sebagai firman Allah serta hadist Nabi SAW.
  1. Setia dan taat kepada Nabi dan Rasul Allah.
    Menjadi setia dan taat pada Nabi dan Rasul dapat ditempuh melalui perbuatan taat dengan apa saja yang mereka sampaikan berupa wahyu Allah.
  1. Setia dan taat kepada Alquran.
    Membaca, mengamalkan, serta meyakini bahwa kitab suci inilah yang menjadi penuntun hidup kita merupakan cara yang tepat untuk menunjukkan sifat taat kita. Ketiga aspek itu harus dijalankan secara berbarengan, guna terserapnya segala bentuk wahyu yang ada di dalamnya.
  1. Setia dan taat kepada agama.
    Karena Islam merupakan rahmat atau hadiah terbesar dari Allah untuk umat manusia, maka dengan taat kepada Islam akan menuntun kita kepada rahmat-rahmatNya yang lain.
  1. Setia dan taat kepada ulama.
    Kesetiaan dan ketaatan kita kepada para ulama dapat kita tunjukkan melalui penghormatan pada nama-namanya, serta mengambil pelbagai pelajaran yang disebarkan.
  1. Setia dan taat kepada orang tua.
    Orang tua yang menuntun kita kepada iman juga merupakan salah satu yang perlu kita taati. Dengan usaha mereka, kita dapat mengenal bahkan mempraktekkan tuntunan Islam dalam kehidupan sehari-hari.
photo-1469122312224-c5846569feb1

Jangan Mengharapkan Keuntungan Apapun dalam Berkhidmah

Apakah teh ini milik saya? Apakah air ini sudah saya bayar atau belum? Dengan penghambaan seperti inilah yang menjadi dasar, wasilah, untuk naik ke tingkat ketaatan yang lebih tinggi.  Karena para nabi tidak menghubungkan tugas dakwah dengan apa pun yang bersifat duniawi sebagai imbalan atas apa yang mereka lakukan, dan tidak mengharapkan balasan apa pun. Jika aku berharap suatu imbalan seukuran jubah atas khidmahku kepada Allah, Ya Allah, ambillah nyawaku ini, biarlah jasad ini melebur dengan tanah. -Sebagaimana para sahabat- suatu hari anda pun akan berkata: “Duhai Masa Lalu”. Kemanusiaan bangkit kembali dengan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Jagalah Hizmet ini.

Anda akan dekat dengan Allah ketika anda menafikan diri anda dihadapan Allah. Jangan Mengharapkan keuntungan apapun dalam berkhidmah. Kalau kita baca tentang wara’ dalam kitab Imam Al-Gazali yang berjudul Ihya Ulumuddin, kita bisa melihat perspektif Imam Al-Gazali tentang “wara’”. Saat anda mengulurkan tangan anda pada sesuatu, anda harus merasa ragu. Misalnya, “Apakah gelas ini milik saya? Apakah piring ini milik saya? Apakah teh ini milik saya? Apakah air ini sudah saya bayar atau belum? Atau buku yang telah anda hadiahkan kepada seseorang, lalu ketika suatu saat anda pergi ke kamarnya, -Bertanya kepada diri sendiri- “Apakah saya boleh mengambil buku itu?” Padahal buku itu anda yang menghadiahkan padanya, namun buku itu sudah menjadi miliknya. “Bisakah saya menyentuhnya?” Anda harus merasa ragu ketika akan mengambil buku tersebut. Itulah Wara’, dengan tingkat kesensitifan seperti inilah kita harus mendekatinya. Dengan penghambaan seperti inilah yang menjadi dasar, wasilah, untuk naik ke tingkat ketaatan yang lebih tinggi. Ketika haknya tidak diberikan secara penuh, maka anda tidak akan bisa naik ke tingkat yang lebih tinggi. Dari sudut pandang ini -saya akan tarik kebelakang- bahwa hal-hal yang anda lakukan adalah hal-hal yang sudah dilakukan oleh para nabi yang agung.

Itulah mengapa jalan anda disebut “Jalan Para Nabi”. Karena para nabi tidak menghubungkan tugas dakwah dengan apa pun yang bersifat duniawi sebagai imbalan atas apa yang mereka lakukan, dan tidak mengharapkan balasan apa pun. Mereka yang telah melakukan hal-hal suci pun dengan mengharap balasan duniawi, mereka tidak akan pernah berhasil dan keberhasilan semu yang telah mereka lakukan tidak akan berlangsung lama. Oleh karena itu para nabi selalu menyuarakan: “Upahku tidak lain hanyalah dari Allah”. Ungkapan yang sama juga terdapat dalam surat Yasin, Habib Najjar berkata: Ikutilah orang yang tidak meminta imbalan kepadamu dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. (Yasin-21).

Mereka berada di jalan hidayah, jalan para nabi dan pada saat yang sama mereka tidak meminta imbalan apa pun dari Anda. Seandainya mereka mulai tugas ini dengan memakai satu kemeja,  bahkan saat untuk pergi ke kubur pun, membuat orang-orang berkata: “Karena dia tidak memiliki uang untuk membeli kain kafannya, apakah kita akan menguburnya dengan kemeja ini saja?” Sampai pada tingkat itulah mereka berkhidmah dengan semangat istigna dalam hidupnya.

Jika aku berharap suatu imbalan seukuran jubah atas khidmahku kepada Allah, Ya Allah, ambillah nyawaku ini. Biarlah jasad ini melebur dengan tanah. Berkhidmahlah atas pertimbangan ini. Tidak mempergunakan nilai-nilai suci demi meraih pangkat duniawi, bila memang benar berada di jalan Allah, maka ia takkan menautkan pengabdian yang dilakukan dengan sebuah imbalan. Jika dengan khidmah ini anda bertujuan untuk memiliki sebuah rumah, mobil dan beberapa mobil berlapis baja, atau anda berpikir lebih dari itu -seperti Namrud- untuk memiliki sebuah istana, villa di beberapa tempat, jika anda mengharapkan hal-hal seperti ini dari khidmah yang anda lakukan, maka anda sudah keluar dari jalan para nabi. Berarti anda tidak menyadari bahwa anda sudah mengikuti setan yang terlaknat langkah demi langkah. Meskipun anda sering datang ke masjid, namun anda tidak menyadari bahwa anda telah mengikuti setan yang terlaknat. Al-quran memberikan tolak ukur tentang hal ini yaitu

Orang-orang yang selangkah demi selangkah, mereka berjalan di jalan para nabi dan mereka tidak menginginkan imbalan apa pun dari Anda!”