Rasa syukur adalah sikap menghargai dan berterima kasih atas setiap anugerah dalam hidup—baik besar maupun kecil. Ia hadir dalam bentuk penghargaan atas kesehatan, keluarga, pertemanan, pengalaman, bahkan momen sederhana seperti secangkir kopi hangat di pagi hari. Syukur sejati bukan hanya muncul di kala segalanya berjalan baik, tetetapijustru menjadi paling bermakna saat seseorang mampu melihat cahaya di tengah kegelapan. Ia bukan berarti menutup mata terhadap kesulitan, melainkan memilih untuk tetap menemukan kebaikan dalam setiap ujian. Semakin hati dipenuhi rasa syukur, semakin terasa kecukupan hidup yang hakiki.
Dalam gerakan Hizmet, syukur menjadi inti kehidupan spiritual. Ia tidak berhenti sebagai ungkapan lisan, melainkan termanifestasi dalam pelayanan yang tulus kepada sesama. Hocaefendi Fethullah Gülen menekankan bahwa syukur sejati mendorong lahirnya kerendahan hati, sebab seorang hamba yang sadar bahwa segala nikmat berasal dari Allah ﷻ akan terdorong untuk menggunakan nikmat itu demi kemaslahatan. Dalam perspektif ini, pengabdian adalah bentuk syukur yang paling luhur—ibadah yang tumbuh dari kesadaran spiritual dan kepedulian sosial.
Syukur juga menjadi energi yang mendorong lahirnya karya dan aksi nyata: di bidang sosial, pendidikan, budaya, hingga dialog lintas iman. Ia menjembatani kesenjangan, menumbuhkan solidaritas, dan mempererat ikatan kemanusiaan. Sebagaimana pepatah mengatakan, “True gratitude is expressed not only in words, but in service to others.” Maka, syukur yang tulus tak cukup diucapkan, tetetapiharus diwujudkan dalam pengabdian. Nikmat Allah adalah amanah yang harus dibagikan demi kebaikan bersama.
Nabi Muhammad ﷺ adalah teladan agung dalam menebar kasih dan melayani dengan penuh syukur. Dikisahkan, suatu hari ketika beliau sedang lapar, datang seorang wanita yang memberinya sepotong roti. Namun, beliau tidak menyantapnya untuk diri sendiri, melainkan membagikannya kepada para sahabat. Saat ditanya, beliau menjawab bahwa memberi kepada orang lain membuatnya merasa lebih bahagia. Syukur beliau juga tercermin dalam hubungannya dengan Allah ﷻ. Meskipun sudah dijamin masuk surga dan diampuni, beliau tetap beribadah dengan sungguh-sungguh hingga kakinya bengkak. Semua itu adalah wujud syukur yang mendalam—melayani umat tanpa pamrih dan terus beribadah sebagai bentuk cinta kepada Sang Pencipta.
Sahabat Abu Hurairah raḍiyallāhu ‘anhu merupakan contoh lain dari pribadi yang hidup dalam syukur. Meski hidup dalam kekurangan dan sering menahan lapar, beliau tidak pernah mengeluh. Sebaliknya, beliau senantiasa berada di sisi Rasulullah ﷺ, menyimak setiap sabda, dan menyebarkannya dengan semangat. Dari beliau kita belajar bahwa keterbatasan bukanlah halangan untuk tetap memberi dan mengabdi.
Fethullah Gülen dan Bediüzzaman Said Nursi juga menunjukkan keteladanan serupa. Said Nursi, meski berada dalam penjara dan pengasingan, tidak menyia-nyiakan waktunya. Ia menulis Risale-i Nur, karya yang menegaskan pentingnya sabar, syukur, dan pelayanan di tengah cobaan. Fethullah Gülen, meski harus hidup jauh dari tanah kelahirannya dan menghadapi berbagai kesulitan, tetap berkomitmen dalam menyebarkan nilai-nilai pendidikan, kedamaian, dan dialog antaragama. Keduanya mengajarkan bahwa pengabdian bukan hanya soal ibadah pribadi, tetapijuga aksi nyata yang memberi manfaat luas bagi umat manusia.
Dalam Surah Al-Baqarah ayat 152, Allah ﷻ berfirman:
“Maka ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat pula kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari nikmat-Ku.”
Dan dalam Surah Ibrahim ayat 7:
“Jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu kufur, sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”
Bagi mereka yang berada di jalan Hizmet, syukur bukan sekadar pengakuan terhadap nikmat, tetetapijuga bahan bakar untuk terus bergerak, melayani, dan berkontribusi. Syukur menumbuhkan kerendahan hati dan kesadaran bahwa setiap karunia adalah amanah untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya. Maka, bersyukur berarti menjadikan hidup sebagai ladang pengabdian yang tulus—bukan hanya bagi Allah ﷻ, tetetapi juga bagi sesama.
Ya Rabb, kami bersyukur atas segala nikmat dan karunia-Mu yang tak terhitung. Jadikanlah hati kami selalu terhubung dengan-Mu dalam rasa syukur yang tulus, dan arahkan langkah kami untuk terus melayani dengan ikhlas di jalan-Mu.
Ya Rabb, kuatkan kami untuk bersyukur melalui tindakan, bukan hanya dengan ucapan. Jadikanlah pengabdian kami sebagai bukti cinta dan kerinduan kami kepada-Mu dan Rasul-Mu. Jauhkan kami dari kekufuran dan kelalaian, dan tumbuhkanlah dalam hati kami rasa cukup, lapang, serta bahagia atas apa pun yang Engkau anugerahkan.
Aamiin.
Wallāhu Ta‘ālā A‘lam.